"Selamat ya Ayra, kamu diangkat menjadi sekretaris bos," ucap teman-teman Ayra yang berada disatu divisi dengannya.
"Terima kasih untuk semuanya, dan terima kasih atas dukungan dan kerja sama kita semua" ucap rasa syukur Ayra.
Ayra sangat merasa sangat bahagia bisa diangkat menjadi seorang sekretaris karena yang dipikir Ayra adalah mendapatkan gaji yang lebih besar agar bisa dapat menutup mulut ibu tiri dan kedua adik tirinya yang selalu ribut meminta uang kepadanya.
Sekretaris lama yang bernama dewi memanggil Ayra keruangannya," Ayra ayo keruangan kamu yang baru,"
"Baik bu." Ayra mengikutinya keruangannya.
Dewi sekretaris Arthur yang sudah sangat lama bekerja dengan Arthur, namun kali ini Dewi harus resign karena sebentar lagi dia harus melahirkan anak keduanya, sebenarnya dari hamil anak pertama Dewi ingin resign, namun Arthur tidak pernah mengizinkannya dengan alasan tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan Dewi.
Namun kali ini Arthur harus melepaskan Dewi karena Dewi mengatakan ingin menjadi ibu rumah tanga dan menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya dan suaminya, dia ingin full time berada di rumah untuk menjaga anaknya. Karena Arthur yang sudah sangat ingin sekali menjadi seorang ayah dia juga ingin merasakan hal yang sama dengan apa yang diucapkan Dewi.
Namun Arthur harus menelan pil pahit karena sudah tiga tahun pernikahannya, Dia dan istrinya belum juga dikaruniai seorang anak, apalagi istrinya selalu sibuk dengan sosialitanya Arthur sangat tidak suka, Awalnya Arthur mengizinkan istrinya Adelia untuk ikut arisan dengan teman sosialitanya karena istrinya mengatakan jenuh dirumah terus sampai akhirnya Arthur mengizinkannya, namun setelah Arthur mengizinkan Adelia ikut arisan dan berkumpul dengan teman sosialitanya Adelia selalu berpergian bahkan terkadang tidak ada waktu untuk Arthur.
"Ayra saya harap kamu bisa bertahan dengan sikap bos kita nanti ya, karena butuh kesabaran yang ekstra untuk menghadapinya, kamu tahu sendiri bagaimana sikap bos kita itu" pesan Dewi yan menjadi sekretaris lama.
"Iya bu, saya akan sabar menghadapinya, karena sikap seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari saya, malah menghadapi tiga orang sekaligus dalam sehari."
"Kamu ini ada-ada aja, kebetulan hari ini bos tidak masuk karena lagi ada urusan, jadi saya akan memberi tahumu pekerjaanmu dan bagaimana menyikapi bos kita, kamu sekarang adalah sekretarisnya maka akan lebih sering berinteraksi dengan bos kita,"
"Baik bu Dewi, saya mohon bimbingannya,"
"Kamu tidak boleh datang terlambat, bos sangat tidak suka karyawan yang terlambat apalagi itu yang menjadi sekretarisnya , kamu harus merapikan ruangan bos dan menyediakan kopi di meja bos lima menit sebelum bos masuk keruangannya, kamu pasti sudah tahu jam berapa bos kita itu datangkan..."
Ayra menganggukkan kepalanya "Iya bu, saya sudah tahu bu,"
"Bagus, sekarang saya lanjut lagi, kamu harus berpenampilan sopan dan rapi karena bos tidak suka sekretarisnya seperti wanita penggoda dia juga harus menjaga perasaan istrinya, istri bos sangat posesif kepada bos, dia tidak akan terima jika sekretarisnya lebih cantik dan lebih seksi darinya," jelas Dewi.
"Apa bu! bagaimana bisa begitu? saya kan cantik dan seksi bu, apa istrinya akan menyuruh bos untuk memecat saya," kata Ayra dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.
"Kamu tenang aja, bos tidak akan memecat sembarangan karyawannya kalau tidak memiliki kesalahan, bos orangnya sangat profesional, tidak akan mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan." jelas Dewi.
"Tapi kamu sebisa mungkin harus menghindar dari penglihatan istrinya, karena istrinya sangat tidak suka jika sekretaris atau wanita lain sering-sering masuk ke ruangan suaminya." ucap Dewi kembali.
"Bagaimana bisa bu, saya harus menghindar, kalau ada berkas yang penting yang harus saya berikan kepada bos tidak mungkin saya menundanya," ucap Ayra yang semakin bingung dengan tingkah istri bosnya itu.
"Kalau kamu ada kepentingan kamu harus segera keluar dari ruangan itu setelah urusan kamu selesai," ucap Dewi.
Dewi menjelaskan kembali semuanya kepada Ayra dan memberikan schedule bosnya satu minggu kedepan dan bagaimana menyusun schedule untuk bosnya.
***
Arthur Wicaksana Raka saat ini sedang mengantarkan istrinya kedokter kandungan untuk memeriksa kembali kesuburan mereka.
"Bagaimana dok hasilnya?" tanya Arthur yang berharap ada mukjizat kali ini.
"Maaf pak, istri anda belum hamil," jawab dokter tersebut.
"Bagaimana bisa dok? semua dokter mengatakan jika kami berdua sehat, tidak ada yang bermasalah dengan kami berdua," cecar Arthur.
"Mas sudahlah, jangan marah dengan dokter, dokter gak tahu apa-apa, mungkin tuhan belum memberikan kita rezeki untuk memiliki anak." Adelia mencoba menenangkan Arthur yang setiap kali bertemu dengan dokter kandungan akan selalu mengamuk.
"Mas gak habis pikir Adelia, apa kesalahan mas sampai tuhan tidak memberikan kita kepercayaan untuk memiliki seorang anak, sudah tiga tahun kita menunggu kehadiran malaikat kecil di dalam sini," ucap Arthur mengusap perut Adelia.
"Sudahlah mas, kita harus bersabar lagi, lagi pula masih ada waktu untuk kita mencobanya lagikan," ucap Adelia yang mencoba menenangkan Arthur.
Mas pikir aku mau punya anak, tidak mas aku tidak mau punya anak, batin Adelia,
Aku masih ingin menikmati hidup yang tenang, senang-senang tanpa beban dan gangguan dari seorang anak apalagi aku tidak ingin tubuhku rusak karena harus hamil dan mempunyai anak, batin Adelia.
"Mas lebih baik kamu kembali ke kantor," usul Adelia.
Arthur menoleh melihat Adelia yang berada disampingnya sambil memijit bahu Arthur,"Memangnya kamu mau kemana?"
"Aku udah ada janji dengan teman-teman sosialita aku siang ini," jawab Adelia.
"Kamu ini selalu sibuk dengan teman sosialita kamu, tidak pernah lagi mengurus mas," marah Arthur.
Adelia merasa tak terima dengan ucapan Arthur, Adeliapun meninggikan suaranya" mas, aku dari awal sudah meminta izin kepada mas, dan mas sudah mengizinkan aku, kenapa sekarang mas malah mengatakan aku tidak pernah mengurus mas lagi, lagian mas kan bisa megurus diri mas sendiri,"
"Kamu ini..." Arthur mengangkat tangannya dan hampir saja mendarat dipipi mulus Adelia.
"Apa kamu mau tampar aku, aku sangat muak pertengkaran kita selalu ini-ini saja," desis Adelia dan pergi meninggalkan Arthur seorang diri.
"Kenapa kamu menjadi seperti ini Adelia, mas itu sangat mencintaimu, tapi kamu semakin tidak peduli dengan mas, kamu selalu mengurus sosialita kamu itu, dan tidak peduli dengan mimpi kita yang ingin mempunyai seorang buah hati" gumam Arthur.
Dengan langkah gontai Arthur pergi dari rumah sakit menuju mobilnya, Arthur berniat ingin menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja. Dan hari terburuk Ayra pun akan segera dimulai dari hari pertama Ayra menjadi seorang sekretaris dari bos yang Arogan.
Arthur sudah kembali di gedung pencakar langit miliknya. Ayra yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas yang akan dibawa metting tidak mengetahui jika Arthur sudah kembali ke kantor.Arthur mengangkat gagang telepon yang ada di meja kerjanya dan menekan tombol yang terhubung dengan sekretarisnya."Dewi, masuk keruangan saya," perintah Arthur."Ma...." TutPanggilan diakhiri oleh Arthur sebelah pihak tanpa mendengarkan ucapan dari orang yang ada diseberang telepon.TokTokTokArthur yang mendengar suara ketukan mempersilahkan orang itu masuk yang sudah diyakininya kalau itu adalah Dewi sekretarisnya,"masuk"."Dewi bacakan schedule saya hari ini," ucap Arthur yang masih fokus dengan berkas-berkas dimejanya."Maaf pak, saya bukan Dewi, saya sekretaris bapak yang baru," ucap Ayra sopan.Arthur melihat wanita yang menjadi sekretaris barunya dari atas sampai bawah,"jadi kamu pengganti Dewi,""Ya, pak," jawab Ayra."Baiklah Dewi sudah menjelaskan semuanya kan?" tanya Arthur."Sudah pak,"
Tuan Smith sangat marah dengan Arthur, dia membatalkan untuk bekerja sebelum mereka mebicarakannya karena keributan yang dibuat Adelia istri Arthur.Ayra mengejar tuan Smith yang ingin masuk kedalam mobilnya,"Tuan Smith, saya mohon anda jangan membatalkan kerja sama kita sebelum kita membicarakannya," "Maaf nona Ayra, tapi apa yang dilakukan oleh istri tuan Arthur sudah sangat keterlaluan, itu sangat membuat saya malu," tutur tuan Smith.Ayra menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar, "Baiklah kalau begitu apakah anda mau membicarakan tentang proposal ini, dan kita mencari tempat lain.""Saya tidak mempunyai waktu banyak, karena waktu saya sudah terbuang sia-sia melihat pertengkaran rumah tangga orang lain," ucap tuan Smith.Ayra tak habis pikir, Ayra akan melakukan segala cara agar tuan Smith tidak membatalkan kerja samanya."Bagaimana kalau kita membicarakannya di dalam mobil tuan Smith? dan setelah selesai anda bisa menurunkan saya di tempat kita selesai membi
"Assalamu'alaikum...," salam Ayra yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah."Wa'alalikum salam!" jawab Yuni ibu tiri Ayra."Darimana saja kamu? kenapa baru pulang jam segini? tanya Yuni dengan angkuhnya."Ya dari kerja lah, saya kan bukan pengangguran seperti mereka," jawab Ayra yang melirik kedua saudara tirinya.Yuni pun tak terima ketika anaknya dikatai pengangguran "Berani sekali kamu menyindir anak-anak saya,"Ayra hanya memutar kedua bola matanya yang sangat malas mendengar ocehan ibu tirinya."He, Ayra lama banget sih kamu pulangnya, cepatan masak, kami sudah sangat lapar." Mayumi tiba-tiba datang dan mengomeli Ayra.Ayra hanya diam tak menanggapi ucapan Mayumi ia langsung ke kamar meletakkan tas kerjanya dan mengganti baju agar lebih nyaman untuk memasak dan beres-beres."He Ayra, minta uang dong, gue mau beli baju," ucap Winda "Gue belum gajian!" jawab Ayra."Lo pelit banget sih, gue baru minta uang untuk beli baju aja gak lo kasih," omel Winda.Ayra saat ini sangat mera
"Ayah, barusan Ayra ditelepon bos Ayra, Ayra harus melakukan perjalanan bisnis bersama bos Ayra di London," jawab Ayra jujur."Eleh, paling itu cuma alasannya aja ayah," ucap Winda.Tring...Tring... Suara ponsel Ayra kembali berdering"Ayah bos Ayra menelepon, Ayra angkat dulu ya ayah," pamit Ayra.Baskara hanya menganggukkan kepalanya."Hallo pak," jawab Ayra setelah mengangkat panggilan teleponnya."Saya sudah berada di depan, cepat kamu keluar," perintah Arthur yang langsung mematikan panggilan teleponnya.Apa dia sudah di depan? darimana dia tahu rumah gue?, batin Ayra."Ayah, bos Ayra sudah ada di depan, kalau ayah gak percaya ayo ayah temui bos Ayra," ajak Ayra."Baiklah ayah akan bertemu dengan bos kamu," ucap Baskara.Baskara dan Ayrapun keluar menemui Arthur.Ayra mengetuk kaca jendela mobil Arthur, Arthur menurunkan kaca mobilnya."Maaf pak, ini ayah saya, ayah saya hanya ingin tahu apa benar saya pergi untuk perjalanan bisnis," jelas Ayra dengan menunduk.Arthur keluar dari
Ayra dan Arthur sekarang sudah berada di dalam pesawat, Ayra melihat ipadnya dan mengecek jadwal namun ia tak melihat besok ada jadwal metting di London bahkan dua hari itu dikosongkan karena jadwal Arthur membawa Adelia kedokter kandungan untuk pemeriksaan program hamil Adelia."Em... maaf pak, apakah bapak tidak kecepatan berangkatnya?" tanya Ayra.Arthur tak mengubris Ayra, sedikitpun Arthur tak ingin bicara apapun."Pak, bapak tidak berniat menculik saya kan?" selidik Ayra yang sudah merasa takut dengan Arthur.Arthur menatap Ayra dengan tatapan yang tajam,"Saya tidak tertarik untuk menculik kamu, lagian akan sangat merugikan saya jika menculik kamu, tubuhmu sangat kurus, kurang gizi.""Lalu untuk apa kita berangkat secepat ini ke London pak, bukankah besok dan lusa bapak dan istri bapak harus kedokter kandungan untuk program hami istri bapak," ucap Ayra memberanikan diri.Arthur menatap Ayra semakin tajam, dengan rahang mengeras, Arthur meremas kedua bahu Ayra sampai Ayra meringi
Kini Arthur dan Ayra sudah sampai di Bandara International London Heathrow, mereka menyeret koper mereka masing-masing.Arthur dan Ayra kini sudah berada di dalam taxi menuju hotel tempat mereka menginap, namun itu adalah hanya pikiran Ayra saja, karena Arthur sudah memesan sebuah Villa di London."Pak, kita kan meetingnya lusa, 2 hari ini apa yang akan kita lakukan?" tanya Ayra yang sedari dari dalam pesawat terus mengusik pikirannya."Terserah kamu, kamu mau liburan, jalan-jalan, shoping, terserah kamu, anggap aja ini libur gratis kamu dan keuntungan kamu menjadi sekretaris saya, " ketus Arthur."Ya bapak, saya baru pertama kali ini naik pesawat dan keluar negeri, kalau saya melakukan itu semua sendiri yang ada saya nyasar, kalau saya nyasar pasti bapak akan sangat repot mencari saya,""Siapa bilang kalau kamu hilang saya akan mencari kamu! saya tidak peduli dengan kamu,""Benarkah pak? bapak sudah minta izin dengan ayah saya membawa saya kesini, berarti bapak harus mengembalikan sa
Ayra terbangun di malam hari, ia mengedipkan matanya melihat sekelilingnya.Seingatku tadi aku sedang berada di dalam mobil bersama dengan pak Arthur, kenapa sekarang sudah berada di dalam kamar? dan ini kamar siapa rumah siapa, batin Ayra.Ceklek...Pintu kamar Ayra terbuka terlihat Arthur yang berpakaian santai, Ayra tak mengedipkan matanya ketika melihat Arthur berpakaian santai, Arthur terlihat berkali-kali lebih tampan."Akhirnya kamu bangun juga, bersiap lah kita akan keluar untuk makan malam," kata Arthur."Makan malam... sebentar ya pak saya mau mandi dulu," ucap Ayra yang langsung berlari ke kamar mandi.Arthur hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ayra.Ayra baru menyadari jika dia tidak berada di hotel melainkan disebuah Villa."Pak," panggil Ayra."Hm....""Ini Villa milik bapak?""Kenapa?""Tidak apa-apa pak, hanya bertanya.""Saya tidak mempunyai Villa disini, tetapi saya mempunyai apartemen disini, saya tidak mau tinggal diapartemen, jadi saya menyewa Villa ini,
Setelah melihat kelembutan Ayra dengan seorang anak Arthur merasa jatuh hati kepada Ayra. Arthur dan Ayra sekarang ini sudah berada di villa tempat mereka menginap. "Kamu suka anak-anak?" tanya Arthur. "Iya pak, saya sangat menyukai anak-anak," ucap Ayra dengan senyum manisnya. Arthur menatap Ayra dengan penuh arti. Apa aku harus menikah lagi setelah tahu kalau Adelia tidak menginginkan anak? batin Arthur, tapi baik Adelia atau Ayra pasti mereka tidak mau di duakan, pikir Arthur. "Ayra, apakah setelah menikah kamu ingin memiliki anak?" "Bapak ngomong apa sih, ya setiap orang yang mau menikah pasti menginginkan anak, bapak aja begitu kan? ya saya juga begitu pak," "Ya kamu benar semua orang pasti ingin memiliki anak, tapi tidak dengan istri saya, dia lebih ingin tampil sempurna tanpa ingin memliki anak," lirih Arthur. "Apa pak, tapi pak bukannya istri anda dan anda sering kedokter kandungan untuk mengecek nona Adelia?" "Ia benar, dia membohongi saya," "Bapak yang sabar ya, mu