Share

BAB 5 Adelia Ketahuan Tidak Ingin Hamil

"Ayah, barusan Ayra ditelepon bos Ayra, Ayra harus melakukan perjalanan bisnis bersama bos Ayra di London," jawab Ayra jujur.

"Eleh, paling itu cuma alasannya aja ayah," ucap Winda.

Tring...Tring... 

Suara ponsel Ayra kembali berdering

"Ayah bos Ayra menelepon, Ayra angkat dulu ya ayah," pamit Ayra.

Baskara hanya menganggukkan kepalanya.

"Hallo pak," jawab Ayra setelah mengangkat panggilan teleponnya.

"Saya sudah berada di depan, cepat kamu keluar," perintah Arthur yang langsung mematikan panggilan teleponnya.

Apa dia sudah di depan? darimana dia tahu rumah gue?, batin Ayra.

"Ayah, bos Ayra sudah ada di depan, kalau ayah gak percaya ayo ayah temui bos Ayra," ajak Ayra.

"Baiklah ayah akan bertemu dengan bos kamu," ucap Baskara.

Baskara dan Ayrapun keluar menemui Arthur.

Ayra mengetuk kaca jendela mobil Arthur, Arthur menurunkan kaca mobilnya.

"Maaf pak, ini ayah saya, ayah saya hanya ingin tahu apa benar saya pergi untuk perjalanan bisnis," jelas Ayra dengan menunduk.

Arthur keluar dari mobilnya, karena tidak akan sopan jika berbicara dengan orang tua jika dia duduk di dalam mobil.

"Maaf pak, membawa Ayra malam-malam begini, kami harus berangkat ke London sekarang juga, dan kami akan pergi selama empat hari," ucap Arthur.

"Ah, baiklah pak, kalau begitu saya mohon, bapak jaga baik-baik anak saya," pesan Baskara.

"Baiklah pak, Ayra masuklah, kita hampir telat," perintah Arthur dan masuk kedalam mobil.

Hening! tidak ada dari mereka yang membuka percakapan, Arthur yang memang tidak suka banyak bicara dengan orang lain apa lagi seorang wanita kecuali dengan istrinya, dan Ayra yang suasana hatinya masih memburuk membuatnya tidak ingin banyak bicara dan banya bertanya.

Sebenarnya suasana hati Arthur pun kacau, dia habis bertengkar dengan istrinya, seharusnya ia pergi ke London 2 hari lagi selama 2 hari, namun ia percepat ingin menenangkan diri dan menjauh dri istrinya terlebih dahulu.

 Arthur sedang mengingat pertengkarannya tadi dengan Adelia istrinya.

(Flash Back On)

Adelia sedang duduk dimeja riasnya, ia sedang memakai skincarenya, sedangkan Arthur sedang melihat tabletnya.

"Mas, aku tidak suka jika wanita tadi menjadi sekretaris kamu, aku pinta kamu mengganti sekretaris kamu itu," pinta Adelia.

"Gak bisa sayang, dia baru hari ini menjadi sekretaris aku, dan kamu tahu dia sudah mendapatkan kontrak kerja sama dengan tuan Smith yang hampir batal." puji Arthur.

"Eleh, paling dia mendapatkannya dengan cara merayu tuan Smith, tuan Smith itu kan terkenal sangat suka dengan gadis cantik dan seksi dan juga muda, sedangkan Sekeretaris kamu tadi mempunyai semua kriteria yang disukai tuan Smith," ucap Adelia panjang lebar.

"Sayang jangan berbicara seperti itu, mas melihat dia orangnya memang giat dan ulet bekerja, dan jika dia memang penggoda, sudah pasti dia gagal menjadi sekretaris mas," ucap Arthur meyakini istrinya.

Adelia yang tidak terima suaminya yang terus-terusan membela Ayra, Adelia sangat marah.

Lihat saja kamu gadis penggoda, akan aku buat hidupmu tidak tenang, batin Adelia.

Arthur mendekati Adelia, "sayang apa belum selesai kamu melakukan perawatannya," tanya Arthur yang memeluk Adelia dari belakang.

"Mas lepas ih, aku belum selesai," marah Adelia.

"Sayang apa kamu sudah meminum obat dari dokter?" tanya Arthur.

"Mas, aku sebenarnya sangat capek harus meminum obat ini, obat itu, belum lagi jamu dan herbal, aku ingin terbebas dari obat-obatan itu," ucap Adelia.

"Sayang, bertahanlah sedikit lagi, jika disini sudah ada malaikat kecil, maka penantian kita sudah berakhir, kamu tidak perlu meminum obat-obat, herbal dan jamu itu lagi." ucap Arthur.

"Udah lah mas, jangan terlalu memaksa, jika kita tidak punya anak ya terima ajalah, gitu aja kok repot," bentak Adelia tanpa sadar.

Arthur sekarang sudah berdiri dihadapan Adelia,"Apa kamu bilang? terima aja kalau tidak mempunyai anak? kamu dan aku itu sama-sama sehat dan subur, dan mas masih berharap mas menjadi seorang ayah, dan kamu menjadi seorang ibu, agar keluarga kita menjadi lengkap."

"Mas, kamu ini kenapa sih, kita selalu aja bertengkar karena hal sepele seperti ini." keluh Adelia.

"Hal sepele kamu bilang, jangan-jangan selama ini kamu memang tidak mau mempunyai anak dariku," ucap Arthur yang kini menatap tajam Adelia.

Adelia yang ditatap tajam oleh Arthur merasa ketakutan, dia gugup matanya bergerak kekanan dan kekiri mencari alasan lagi.

"Mas! ah sudah lah, pasti ini akan menjadi panjang jika aku meladeni kamu bertengkar," ucap Adelia dan naik keatas ranjang.

Arthur semakin marah karena Adelia tidak ingin mendengarkan kata-kata Arthur, " Adel, mas belum selesai bicara,"

"Mas aku mengantuk, lebih baik mas tidur juga," ucap Adelia.

Arthur meremas rambunya, dia sangat merasa frustasi. Arthur pergi ke dapur untuk membuat kopi, masuk kedapur adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh Arthur, karena sebuah kebutuhannya selalu di layani oleh pelayan di rumahnya.

"Dimana lagi ini kopi sama gula," gumam Arthur.

Namun ketika Arthur membuka laci-laci di lemari dapur, dia mendapatkan beberapa obat-obatan.

"Obat-obat ini masih utuh? jadi dia tidak pernah meminumnya!" gumam Arthur yang kini sudah sangat marah.

Arthur melihat obat yang tinggal sedikit lagi,"obat apa ini yang dia minum, seingatku obat dari dokter tidak seperti ini,"

Arthur mengambil ponselnya, dan mengetik nama obat tersebut, Arthur sangat penasaran dengan obat tersebut. "Obat pencegah kehamilan," gumam Arthur.

Arthur meramas ponsel dan obat itu, ia menggenggam tangannya sangat kuat, wajah Arthru kini sudah memerah akibat amarah yang ia tahan.

Arthur memasuki kamarnya, dan menarik Adelia dengan kasar."Bangun kamu,"

"Mas apa-apaan sih, ganggu aja, ini jam tidur aku loh." omel Adelia.

Arthur melemparkan obat-obatan yang diminum oleh Adelia," Apa ini?"

Adelia melihat obat-obat yang sering diminumnya, "I-ini obat dari dokter-dokter kamu itu lah," 

"Kamu jangan bohong Adel, ternyata kamu selama ini memang tidak ingin mempunyai anak?" tanya Arthur yang kini menatap Adelia dengan tatapan tajam.

"Ma-Mas, aku bisa jelasin," ucap Adelia yang ingin memegang tangan Arthur namun di tepis oleh Arthur.

"Katakan sejujurnya apa maksud kamu dengan meminum obat ini," desis Arthur.

"Baiklah, akan aku katakan kepadamu," ucap Adelia.

"Ya benar, aku memang tidak mau hamil, aku tidak memiliki anak," lanjut Adelia.

Arthur menggeram marah. Arthur sekarang sangat emosi dengan Adelia.

"Apa maksud kamu tidak ingin memiliki anak?" tanya Arthur yang kini sudah mencengkram rahang Adelia.

"A-aku, aku tidak mau tubuhku menjadi melar, jelek karena hami, dan aku tidak mau direpotkan oleh anak, aku melihat teman-teman sosialitaku yang mempunyai anak mereka sangat kerepotan," jawab Adelia dengan jujur.

"Kamu sangat keterlaluan Adelia," ucap Arthur dan mengemas pakaiannya.

"Mas, kamu mau kemana? jangan tinggalkan aku," pinta Adelia.

"Untuk apa aku hidup dengan perempuan yang tidak ingin memiliki keturunan, aku sudah mengatakan aku ingin memeliki keturunan penerus AWR kedepannya." ucap Arthur.

Arthur menyeret kopernya keluar kamar.

Adelia mengejar Arhtur dan memohon dikaki Arthur dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, "Mas jangan tinggalkan aku, aku mohon."

 Arthur menepis tangan Adelia, "Jika kau tidak ingin memiliki anak, jangan salahkan aku mencari wanita lain yang ingin melahirkan anak-anakku," 

Arthur meninggalkan Adelia yang menangis sendiri di kamar, sedangkan para pelayan yang mendengar keributan pun keluar dari kamar mereka melihat tuan dan nyonya mereka yang bertengkar.

Arthur pergi menaiki taxi, Arthur mengusap wajahnya dengan kasar dan mengambil ponsel disakunya. Ia menghubungi Ayra dan mengajaknya ke London malam ini juga.

(Flash Back Off)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status