Share

Mencari Cara Meluluhkanmu

"Ayo bercerai, Pak," dingin Zahra, mendongak dengan melayangkan tatapan kosong pada Zein.

Zein kaget, terkesima serta tak percaya. Dia menatap Zahra lekat, memperhatikan perempuan tersebut secara teliti. Zahra terlihat serius dan tidak main-main dengan perkataannya. Itu membuat Zein sangat bingung.

Tidak mungkin! Zahra tergila-gila padanya, Zahra menginginkannya dan sangat terobsesi menjadi nyonya Melviano. Tidak mungkin perempuan ini meminta cerai.

"Kau sedang berdua, jadi berhenti berbicara omong kosong," tegur Zein, tiba-tiba menggenggam tangan Zahra. Entah kenapa dia melakukan hal itu.

Zahra menepis tangan Zein lalu menggelengkan kepala. "Yah, karena aku sedang berduka, Pak. Oleh sebab aku ingin menghentikan duka dan penderitaan ini. Anda tidak mencintaiku, dan wanita yang anda tunggu telah kembali. Jadi, mari bercerai, Pak," ucap Zahra tegas.

"Diam!" marah Zein, melayangkan tatapan membunuh serta penuh peringatan pada Zahra. Dia tidak suka perempuan ini mengatakan omong kosong, dia juga tak suka melihat sosok ini lemah dan penuh keputusasaan. "Sudah sore, ayo pulang," tambah Zein, menarik Zahra untuk pergi dari sana.

Sedangkan Zahra, dia terpaksa menurut sebab kepalanya mendadak sakit. Daripada dia pingsan di sini, jadi lebih baik dia ikut dengan Zein.

***

Setelah hari itu, Zein berada di kantor–lebih tepatnya di ruangannya. Dia tengah memikirkan Zahra yang tiba-tiba saja meminta cerai padanya.

Tidak mungkin Zahra meminta cerai tanpa alasan. Perempuan itu sangat mencintainya dan selama pernikahan terus mencoba merayunya. Bahkan, tiga tahun yang lalu, wanita itu nekat menjebaknya hanya demi status Nyonya Melviano dan istri dari sang CEO KrystalRoyal'M. Orang yang nekat sejauh itu tidak mungkin melepas dengan mudah, kecuali Zahra tengah bermain-main dengannya.

"Cih." Zein berdecis sinis, "mungkin dia pikir aku akan luluh jika mengancam dengan perceraian," gumamnya yang bermonolog sendiri.

"Tuan, kenapa anda termenung? Apa ada yang menggangu pikiranmu?" tanya Marcus, tangan kanan sekaligus teman untuk Zein.

Zein mengangkat pandangan, menatap Marcus dengan tatapan datar. "Zahra tiba-tiba meminta cerai," ungkap Zein.

"Tidak mungkin, Tuan. Sebab Nona Zahra terlihat sangat mencintai anda."

Zein menatap Marcus, dia juga bingung kenapa Zahra mendadak nekat dan serius untuk bercerai dengannya. Dari tatapan dingin Zahra, Zein merasa tidak nyaman. "Kurasa dia memiliki pria lain di belakangku. Coba selidiki," pintanya.

Marcus mengerjap-erjap, sedikit tak menyangka tuannya akan berpikiran seperti itu pada Zahra. Dia bisa melihat ketulusan di mata Zahra untuk tuannya, jadi tak mungkin Zahra melakukan hal itu.

"Baik, Tuan." Namun, Marcus memilih patuh. Mencampuri urusan tuannya bukanlah tugasnya. Dia dalam masalah jika berani melakukan itu.

"Pergilah." titah Zein. Marcus membungkuk memberi hormat lalu segera beranjak dari ruangan tuannya untuk melaksanakan tugas.

Zein kembali termenung, masih memikirkan Zahra. Apa Zahra meminta cerai sebab kemunculan dan kehamilan Belle? Zahra cemburu lalu menyerah pada hubungan mereka?

Zein akui dia memang peduli pada Belle, dia juga frustasi sebab membuat Belle hamil. Tetapi, anak itu tak bersalah dan Zein harus bertanggung jawab.

"Ck, coba saja malam itu aku tidak mabuk. Dasar bodoh!" umpat Zein, memaki dirinya sendiri. Dia melakukan hal bodoh, one night stand dengan Belle saat malam kepulangan perempuan tersebut dari luar negeri.

Belle menghubunginya untuk dijemput di bandara. Setelah itu, mereka ke club untuk merayakan kepulangan Belle ke tanah air. Zein mabuk dan berakhir bercinta dengan Belle. Sungguh, Zein menyesal dan mengakui ke-bastard-annya.

Meskipun Belle mengandung anaknya, Zein sama sekali tidak berniat menikahinya. Dia hanya bertanggung jawab dengan menafkahi anak itu. Zein tak pernah berpikir menceraikan Zahra hanya karena Belle mengandung anaknya. Tidak pernah sekalipun!

"Dia tidak bisa hidup tanpaku, dia hanya punya aku di dunia ini. Hidupnya tidak akan layak setelah ini." Zein kembali bermonolog, memikirkan kehidupan Zahra jika semisal mereka bercerai. Selama ini Zahra terpenuhi kebutuhan hidupnya dari Zein, jika mereka bercerai maka Zahra akan hidup dengan kemiskinan. Menyedihkan!

"Mungkin dengan menghadiahinya bunga tulip dia akan luluh. Kuingat dia suka bunga." Zein tersenyum penuh percaya diri. "Dia hanya sedang bermain-main denganku," gumam Zein lagi, Zahra hanya menggertak nya saja. Karena tak mungkin perempuan itu bisa hidup tanpanya.

Zein akan memberikan bunga tulip merah muda yang merupakan lambang sebuah cinta yang lembut dan perhatian. Zahra sangat suka bunga dan suka dengan filosofi atau makna dari sebuah bunga. Dia yakin dengan bunga tulip merah muda, Zahra akan luluh dan berhenti berniat bercerai dengannya.

Zein mengeluarkan handphone lalu menghubungi Marcus. "Siapkan bunga tulip merah yang segar dan indah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status