Semua Bab Sangkar Pernikahan: Bab 121 - Bab 130
157 Bab
Di Atas Ranjang Renata
Sepeninggalan Renata, Langit jadi merasa bersalah karena telah terlalu mengacuhkan kekasihnya itu. Perasaannya menjadi tak menentu. Ia tahu Renata hanya menuntut dirinya untuk lebih sedikit perhatian. Sadar betul, kalau beberapa waktu ke belakang, memang tak pernah memberikan waktunya sedikit saja untuk Renata.Setelah berpikir sejenak, ia kemudian mengambil ponsel yang ada di atas meja, berniat untuk menghubungi Renata. Hanya saja, belum sempat ia menekan tombol pintu kamarnya diketuk."Masuk," sahut Langit.Terlihat seorang suster yang berjalan masuk. "Maaf, Bapak Langit? Ada beberapa obat yang harus dibeli Pak. Kebetulan di rumah sakit kami ketersediaan obat tersebut sedang kosong."Langit menganggukan kepalanya, dia kemudian membatalkan niat untuk menghubungi Renata. Dan berencana akan menghubungi nanti setelah ia selesai membeli obat tersebut."Baik suster."Sang suster mendekat, kemudian memberikan secarik kertas resep kepada Langit. "Obat yang belum ada, yang diberi stabilo ole
Baca selengkapnya
Gugurkan bayi itu Renata
Renata mengenakan pakaiannya kembali setelah beranjak dari tempat tidur. Perempuan itu melirik ke arah pria yang membantunya untuk melampiaskan hasratnya semalam. Wajah David tampak tertidur pulas di balik selimut dengan setengah badannya yang tampak bertelanjang dada. Melihat pria itu tidur dengan damainya, Renata hanya bisa menghela napas pendek.Pagi-pagi, Renata meninggalkan rumah itu tanpa berpamitan. Dia bukannya merasa bersalah bila membangunkan David. Hanya saja, Renata merasa kalau hubungannya dengan pria itu memang hanya seperti itu. Saling memuaskan satu sama lain. Tak perlu bersikap intim lebih jauh secara emosional.Di perjalanan pulang, perasaan bergejolak tak kunjung hilang dari dalam dada Renata. Sesuatu berkecamuk, mengoyaknya hingga dadanya terasa sesak. Kemarin, saat Renata sibuk bersama David, Langit menelepon. Renata tidak mengangkatnya karena merasa kesal. Namun, barulah sekarang ia merasa menyesal.Sementara mobilnya melaju perlahan, kenangan yang ia lalui bersa
Baca selengkapnya
Ingin Membunuh Bayi Danas
“Kumohon untuk mengerti!”Pria itu tampak memalingkan wajah ketika mengucapkannya. Matanya tidak sanggup menatap balik tatapan yang ada di depannya. Dia sadar bahwa ucapannya itu sudah keterlaluan. Namun, dia sudah memilih prioritas utamanya.“Menggugurkan? Kau pasti bercanda …,” Renata kehabisan kata-kata. Bibirnya kelu. Dia sama sekali tidak mengharapkan respons Langit yang seperti itu. Seketika, dunianya seolah runtuh. Dia bisa merasakan kalau dirinya tidak lagi penting di mata Langit.“Sorr—”Belum sempat Langit mengucapkan maaf, Renata langsung memotong kalimatnya. “Jangan bercanda!” Suara wanita itu keras. Cukup keras hingga membuat orang-orang yang berada di sekitar menoleh ke arahnya. “Kenapa kau tega? Bukannya kau ini mencintaiku? Apa kau tidak ingin memiliki anak dari sosok yang kamu cintai? Kenapa kau memperlakukanku berbeda? Apa pentingnya anak Danas dibanding anak yang sedang ada di kandunganku?”Renata tidak sedang mengandung anak Langit. Jangankan anak Langit, di dalam
Baca selengkapnya
Awasi Renata
“Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kau lakukan?”Langit membentak Renata karena sangat terkejut dengan pemandangan yang baru saja dia lihat. Bisa-bisanya Renata bertindak seperti itu. Langit tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Renata sampai tega melakukan perbuatan semacam itu? Apalagi terhadap putrinya.Pria itu ingin menumpahkan seluruh emosi marahnya, tetapi ia pun begitu khawatir dengan putrinya. Keadaan bayi itu mengenaskan. Dia sampai menangis karena alat bantunya secara paksa dilepas.“Suster!” Langit berteriak memanggil-manggil. Dia terlihat panik saat melihat keadaan putrinya.Sementara itu, Renata yang terhempas sampai jatuh duduk hanya bisa bungkam. Bibirnya kaku dan ia tidak bisa bergerak. Wanita itu pun tidak menyangka dirinya bisa bertindak sampai seperti itu saat Langit juga berada di rumah sakit. Dia baru saja menyesali perbuatannya karena telah bertindak gegabah. Padahal selama ini dia selalu bertindak dengan cukup baik untuk menutupi semua perbuatan kejinya.
Baca selengkapnya
Ditemukan Ponsel Aleta
“Mama? Ini nomor Mama?”Tangan Langit gemetaran saat ia melihat nama yang tercantum di layar ponselnya. Ia masih sulit percaya. Pasalnya, itu adalah nomor dari sang ibu yang notabenenya sudah meninggal.Langit mencoba menenangkan diri. Pada dasarnya ponsel ibunya memang tidak ditemukan di manapun. Pria itu berusaha agar tetap berpikir jernih dan tidak berprasangka terlebih dahulu.Meski ada perasaan ragu, tetapi Langit berusaha tidak mengindahkannya kemudian akhirnya mengangkat telepon tersebut.“Halo?” Suara Langit terdengar berat. Walau dia kelihatannya menunjukkan ekspresi datar, jantungnya sebenarnya berdegup dengan kencang. Ada perasaan gugup di sana.Beberapa detik tidak ada suara di balik telepon. Langit kemudian bersuara sekali lagi. “Halo … ini siapa?”Tidak lama setelah itu barulah terdengar suara seorang pria yang bergetar di balik telepon. “Ha, halo … maaf. Anu ….”“Ini dengan siapa? Kenapa Anda bisa memegang ponsel ini?”Kegugupan Langit berubah menjadi rasa penasaran. Ad
Baca selengkapnya
Perasaan Aneh Langit
“Sudah jam segini ….” Langit melihat jam dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul satu lewat.Lewat tengah hari, Langit sebentar lagi akan sampai di rumah sakit. Dia harus tiba di sana sebelum dokter yang bertugas menangani anaknya datang memeriksa. Akhirnya, pria itu menambah kecepatanya, membuat mobil itu melesat mendahului pengendara-pengendara lain.Tiba di rumah sakit, Langit bergegas menuju ruangan putrinya. Saat ia tiba di depan, ia membuka pintu dan melihat perawat yang berjaga di sana. Perawat tersebut terkejut karena pintu tiba-tiba saja terbuka.“Apa dokternya sudah selesai memeriksa?” tanya Langit.Perawat pria yang kebagian tugas untuk berjaga berdiri dari kursi. Ia kemudian menunjukkan senyum ramah. “Ah, belum, Pak. Dokternya mungkin masih berada di poli. Hari ini cukup banyak pasien yang berkunjung. Sebentar lagi dia pasti akan mulai berkeliling di bangsal.”Perawat tersebut bisa melihat air muka Langit yang kelihatan panik. Dia menduga, ayah dari bayi yang sedang ia
Baca selengkapnya
Sedikit Lagi Terbongkar
Trut … trut …Ponsel yang berada di saku celana Langit bergetar. Itu adalah ponsel Aleta yang ia ambil sebelumnya. Karena ponsel tersebut berdering, lamunan Langit seketika menjadi buyar. Perhatian dokter dan perawat juga sempat tertuju kepada suara yang dikeluarkan ponsel tersebut.“Ah, maaf,” ucap Langit.Langit pun melepas genggaman tangan putrinya perlahan. Ia kemudian mengambil ponsel tersebut, penasaran dengan alasan dari ponsel itu bisa sampai berdering. Lalu, saat ia melihat layar. Ternyata itu adalah dering alarm Aleta. Langit sempat bingung saat melihatnya. Namun, buru-buru ia mematikan alarm tersebut agar ia bisa segera mendengarkan penjelasan dokter mengenai bayi kecilnya.“Hari ini semuanya normal. Anda bisa lebih relaks. Tidak perlu terlalu tegang. Sesekali Anda juga bisa mengajaknya berbicara. Putri Anda pasti senang,” jelas dokter tersebut. Setelah selesai pemeriksaan, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Masih ada pasien lain yang harus ia periksa. Dokter dan asi
Baca selengkapnya
Hasil Penyelidikan Marvin
“Apa yang sebenarnya ingin Marvin katakan?”Biasanya, Langit akan menolak untuk meninggalkan putrinya tanpa alasan yang jelas. Dia merasa lebih aman jika bisa menghabiskan banyak waktu bahkan dua puluh empat jam untuk mengawasi putrinya. Namun, kali ini adalah situasi darurat. Langit tidak bisa menunggu lebih lama untuk mengetahui kejelasan dari hal yang ditemukan Marvin. Belum lagi, video yang sempat terekam di ponsel Aleta terus mengganggunya.Langit mengenderai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia sudah meminta Marvin mengatur pertemuan di sebuah restoran elit yang sering ia kunjungi saat ada pertemuan penting. Restoran tersebut menyediakan ruang VIP. Dia bisa berbicara panjang lebar dengan klien atau orang penting lainnya tanpa merasa terganggu di sana. Karena dia reguler di tempat tersebut, pihak restoran tidak segan mengosongkan tempat bahkan membatalkan pesanan orang lain hanya untuk dirinya.Setelah sepuluh menit perjalanan, Langit akhirnya tiba di restoran berbintang
Baca selengkapnya
Ingin Memanipulasi Langit Lagi
“Beri tahu aku segera kalau kau sudah ada perkembangan lain.”Usai berpamitan dengan Rangga, Langit segera kembali ke rumah sakit. Di perjalanan, wajahnya terlihat sangat kusut. Suasana hatinya sangat buruk. Bagaimana tidak, wanita yang selama ini ia percayai rupanya telah mempermainkannya sampai seperti itu. Langit paling benci dengan orang-orang yang punya niat terselubung dan menipunya.Lalu, saat Langit berniat untuk menghubungi Renata, kekasihnya itu justru meneleponnya lebih dulu. Kebetulan karena Renata sudah menghubunginya, dia pun lekas mengangkat panggilan tersebut.“Halo?” Suara berat Langit terdengar sangat dingin.Walau begitu, wanita yang berada di balik telepon tampaknya tidak peduli atau memang dia tidak menyadarinya.“Halo, sayang … aku …,” Suara Renata tersendat karena terisak. Mungkin dia sedang menangis. “Aku ingin minta maaf soal kejadian kemarin. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya kesal karena kau lebih mementingkan anakmu bersama Senna ketimbang dengan a
Baca selengkapnya
Isi Rekaman Ponsel Aleta
“Berani sekali kau membohongiku, dan berani pula kau mengatai putriku! Aku tidak ingin melihat wajahmu. Pergi sekarang!”Renata masih sangat terkejut setelah Langit melayangkan tamparan kepadanya. Ia terdiam kaku di lantai sembari memegangi pipinya yang memerah.Pelayan yang bertugas di ruangan tersebut segera menangkan Langit dan membantu Renata untuk bangkit. Saat Renata akhirnya kembali pada kesadarannya setelah ditampar Langit, ia yang tadinya sudah bangkit malah menghempaskan tangan pelayan yang sudah membantunya untuk berdiri. Wanita itu justru kembali bersimpuh di kaki kekasihnya tanpa rasa malu sama sekali.“Tolong … tolong … maafkan aku!” Air mata Renata terus mengucur keluar hingga membuat riasannya tampak tidak karuan. Walau begitu, Renata tidak peduli. Dia sangat takut kalau Langit sampai meninggalkannya setelah semua yang ia lakukan demi mendapatkan pria itu. “Aku kelepasan tadi. Aku enggak bermaksud menghina anakmu, Sayang!”“Lepaskan!” bentak Langit dengan ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status