Semua Bab Little Seducer: Bab 111 - Bab 120
182 Bab
Selfless expression
Mereka duduk di bangku taman tak jauh dari panggung tempat pertujukan musik sebentar lagi akan dimulai. Bangku taman yang mereka tempati letaknya sempurna untuk menyaksikan pertunjukkan tapi juga cukup jauh dari pengunjung lain."Kak Edward...""Em..""Kenapa ke sini?""Untuk mencarimu, tentu saja.""Kenapa?""Apa maksudmu kenapa?" Edward menoleh pada Rosie, menemukan si gadis remaja tengah menunduk."Kau tahu? Aku bersembunyi di sini karena malu padamu." Edward mengerutkan kening. Heran dengan perkataan Rosie."Karena aku kau harus menghadapi banyak masalah. Orang tua kita juga sangat menderita. Semua karena...aku...""Rosie sayang, lihat aku..." Edward membawa satu tangannya ke wajah Rosie lantas mengangkat wajah gadis itu untuk berhadapan dengannya. "Kejadian kemarin bukan salahmu. Lagi pula semua sudah ber
Baca selengkapnya
Abort
"Rosie, tunggu. Kenapa lari?" Edward menahan Rosie ketika mereka sampai di jalan setapak tadi. Dia mengamati raut wajah muram Rosie dan dibuat makin keheranan. Apa yang salah?"Jangan seperti ini.""Apa maksudmu?" kerutan di kening Edward kian dalam. Orang bilang para gadis memang sulit dimengerti, dia baru benar-benar merasakannya sekarang."Kau punya Alice."Itu. Tiga kata singkat itu sudah cukup menghempaskan Edward ke dasar jurang. Membuatnya kembali bangun dari angan-angan indah semu bersama Rosie.Betapa kejam, namun juga realistis.Edward terdiam sejenak. Segera membenahi pikirannya kembali. Merangkai segala rencana yang telah dia susun rapih sebelum dia memutuskan menyusul Rosie ke sini. Ini rencana gila. Bisa juga kalian menyebutnya egois, kejam, tidak berperasaan. Terserah. Edward tidak akan mengelak. Karena memang nyatanya begitu.Dia. Edward Carson Quin.
Baca selengkapnya
Feelings that oscillate
"Aku akan bicara pada mereka tentang kita. Aku akan meyakinkan mereka supaya merestui hubungan kita. Meskipun mereka tidak menyetujuinya, aku tetap akan mengajukan pembatalan atas adopsiku di keluarga Quin. Jadi tidak ada lagi penghalang antara kita, Ros."Edward Quin tersenyum kecil, kedua alisnya terpaut penuh pengharapan Rosie mau menerimanya. Segala macam persoalan yang mengelilingi mereka telah dia pikirkan dengan seksama. Memang mudah mengatakan solusinya, tapi dia sadar sangat sulit menjalankannya. Tapi lebih sulit lagi bagi Edward merelakan Rosie. Lebih menyakitkan baginya melihat Rosie setiap hari tanpa bisa menjamahnya. Itu sebabnya Edward rela menempuh jalan penuh bara api asalkan Rosie menunggunya di ujung jalan.Tatapan mereka masih menyatu. Manik hazel Rosie sedikit bergetar dibawah sorot tajam penuh kesungguhan dari Edward. Senyum kecil mengandung rasa sakit tersungging di bibir merah sang adik."Edward... aku ini man
Baca selengkapnya
Hidden overflow
"Barusan Alice datang mencari Edward," ucap Eliza setelah dia duduk di sebelah sang suami.Tuan Quin mengalihkan perhatiannya kepada wajah kuatir Eliza. Wanita itu memberikan sorot gelisah yang sama setiap kali mereka membicarakan topik ini. Sudah beberapa kali Eliza mengutarakan kekuatirannya akan hubungan Edward dan Alice. Menurutnya, ada sesuatu yang janggal dalam hubungan Edward dan tunangannya.Seperti suatu masalah besar yang coba mereka tutupi dari para orang tua. Namun masalah itu meraksasa seiring berjalannya waktu.Eliza pun sudah beberapa kali menasehati Edward dan Alice supaya selalu menjaga komunikasi dalam menjalankan hubungan. Wanita paruh baya itu bahkan sampai bicara empat mata pada Alice, meyakinkannya agar menceritakan apapun masalah yang sedang dia hadapi. Eliza sungguh tidak keberatan memberikan saran sebagai orang tua agar hubungan Alice dan Edward tetap baik. Tapi, Alice selalu menyangka
Baca selengkapnya
Argue
Diraihnya ponsel dari sebelah gelas. Ditekannya kontak yang belakangan sering dia hubungi. Alice langsung mengelurarkan seluruh kemurkaannya pada seseorang di seberang sambungan ketika suara klik terdengar."Hey! Katakan di mana?! Di mana Edward?!" untuk ukuran orang yang mabuk berat suara Alice cukup jelas. Jelas pula kemurkaan dan penderitaan di sana. Namun itu nampaknya tidak menggoyahkan pendirian lawan bicara."Sudah kubilang aku tidak akan mengatakannya, Nona John. Kau harusnya menyerah saja, sudah tidak ada harapa-""Diam! Brengsek! Tahu apa kau?! Edward tidak akan meninggalkanku! Dia mencintaiku!" sekarang suara Alice sudah berupa teriakan frustasi yang mengundang rasa ingin tau dari semua orang di tempat itu. Alice masih tidak perduli.Sejak awal dia masuk ke bar langganannya baru beberapa bulan terakhir seluruh atensi telah dia terima dari semua orang. Betapa tidak? Rambut panjang kusut juga air mata memba
Baca selengkapnya
Get back together
"Ro-Rosie..." suara Edward serak juga pelan.Pemuda Quin langsung bangkit ketika melihat Rosie. Kakinya terlihat ragu ingin mendekat, tapi dia urungkan niatnya menyadari gestur penolakan Rosie. Edward mencoba tersenyum hangat namun gagal total. Matanya merah, rambutnya tak karuan, bibirnya bergetar hingga harus dia gigit untuk menghentikan gemetarnya.Rosie tidak mampu memberikan jawaban maupun respon. Gadis itu ingin kembali ke kamar dan mengunci diri. Sekarang ini Edward lah orang yang paling dia hindari. Tapi tubuhnya mengkhianatinya, jangankan berbalik, menggerakkan satu otot jari pun Rosie kesulitan.Irene yang menyadari ketegangan di antara Rosie dan Edward langsung ambil inisiatif. Dia memberi kode pada Ginny dan Emily dengan matanya. Tiga gadis itu mengangguk kecil tanda mereka menerima pesan tersirat."Kami harus pergi." Irene melangkah ke pintu depan di susul dua gadis lain. "Anjingk
Baca selengkapnya
Something to talk about
"Tapi aku mulai memikirkan semuanya kembali. Waktu kau pergi dari taman begitu saja, pundakmu tertunduk lesu, aku lihat kau sangat terluka karena reaksiku. Lalu aku sadar,  aku sudah jadi orang brengsek. Setiap hari aku selalu bilang mencintaimu. Aku ingin melindungimu. Tapi aku lupa kalau cinta itu harusnya menerima apa adanya. Seburuk apapun orang yang kita cinta, kita harus ikhlas menerimanya kalau kita sudah memutuskan mencintainya. Menerima apa adanya... memang itu mudah diucap, tapi sulit dilakukan. Dan jujur saja... aku belum bisa menerima hal itu sepenuhnya. Tapi aku 'kan juga manusia yang tidak sempurna. Hatiku tidak sebesar itu langsung bisa menerima semuanya sekarang juga. Aku juga tidak sempurna, Rosie. Aku butuh waktu untuk menerima semua dengan ikhlas. Aku pun punya banyak kekurangan seperti kau. Makanya... tolong terima kekuranganku ini, Rosie. Aku janji akan belajar menerima kau apa adanya asal kau juga mau belajar menerimaku apa adanya."Sekara
Baca selengkapnya
Proof of love
"Rosie.. banguuun..." suara sang ibu dari balik pintu mau tak mau menghentikan cumbuan yang sedang berada di puncak.Rosie melompat bangun dari pangukan Edward tepat sedetik sebelum Nyonya Quin membuka pintu dan masuk ke kamarnya."Lho, Edward?" Nyonya Quin memiringkan kepalanya. Alisnya mengkerut tanda wanita itu keheranan."Aku baru saja mau bangunin Rosie, Bu." Edward menjelaskan dengan agak gugup. Dia dan Rosie berharap sang Ibu tidak menyadari bibir mereka yang memerah dan basah juga selimut yang menutupi setengah tubuh keduanya.Terasa seperti seabad bagi Rosie dan Edward sebelum mendengar Nyonya Quin bicara, "Yasudah. Kalian cepat turun. Sarapan hampir siap." Perempuan paruh baya berbalik lantas menutup pintu.Ketegangan hampir saja membunuh mereka akhirnya reda setelah sang ibu pergi. Rosie berani sumpah dia mau pingsan karena lemas tidak bisa menjawab pertanyaan penuh kecurigaan barusan. Ka
Baca selengkapnya
Does not match the looks
"Aku juga mau berterimakasih padamu. Karena selama ini telah menemani Edward dan merawatnya sebagai kakak yang baik. Aku bersyukur kalian akur dan bisa saling menyayangi sebagai saudara. Awalnya kalian tidak akur membuatku kuatir, tapi sekarang sepertinya aku tidak perlu kuatir lagi. Terima kasih, Rosie. Karena telah menjadi adik yang baik untuk Edward." Alice menyelesaikan kalimatnya dengan senyum lebar. Matanya kembali berbinar. Sungguh gadis baik....yang naif.Rosie mencoba membalas senyum Alice atas nama sopan santun. Pidato indah Alice begitu hangat, sehangat cuaca hari ini. Kalau saja Rosie datang tanpa tujuan besar, mungkin dia pun akan terharu mendengar kata-kata manis Alice. Sayangnya Rosie tidak."Kak, ada dua hal yang salah dalam kalimatmu." Suara Rosie, bukan hanya terdengar dingin tapi juga menciptakan kebekuan yang menusuk di sekitar mereka. Mentari hangat dan bersahabat yang Alice pancarkan tenggelam oleh dingin menusuk dari Rosie.
Baca selengkapnya
Talk about karma
"Dia akan memutuskanmu." Rosie kembali memotong. Memberikan serangan kejut luar biasa dahsyat yang membuat Alice bungkam seketika. Alice berusaha, sangak keras, dengan segenapbkekuatannya, untuk menyangkal Rosie. Tapi tak ada yang keluar dari bibirnya."Itu sebabnya Kak Edward ingin bicara denganmu beberapa hari ini. Setelah itu dia juga akan bicara dengan para orang tua. Tentang hubungan kalian dan tentang hubungan kami."Apa?! Alice tidak bisa mempercayai kalimat Rosie. Dia pikir Edward tidak akan melangkah sampai sejauh itu. Alice pikir Edward dan Rosie tidak akan pernah menjadi nyata karena dipisahkan oleh hubungan kedua orang tua mereka. Itu yang menjadi setitik harapan bagi Alice untuk terus menjaga Edward di sisinya. Namun jika benar Edward telah merencanakan memberitahu para orang tua, itu artinya hubungannya dengan Edward benar-benar di ujung tanduk."Ti-tidak... tidak mungkin! Kau berbohong!""Itu benar, K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status