All Chapters of CEO Mencari Cinta: Chapter 241 - Chapter 250
273 Chapters
Salah Kamu
 “Kamu jangan menyalahkan Aditya. Kamu yang salah. Istrimu hamil tapi kamu nggak kasih tahu.” Ilham memutar bola matanya. “Papa menikah juga diam-diam. Apa sih mau papa?” Ilham sudah sangat muak bicara dengan sang papa.  “Kamu sudah nggak mau anggap papa lagi?” Mahardika terdengar sangat marah.  “Habisnya papa itu ribet. Jadinya aku nggak mau melibatkan Papa. Ini nggak boleh, itu nggak boleh.” Mahardika di seberang  kesal dengan anaknya itu. Selalu saja tidak bisa dibilangi.  “Itu demi kebaikan kamu,” sanggah sang papa.   “Bukan demi kebaikan aku, tapi demi kebaikan Citra papa. Dengar ya, Pa. Aku sudah bahagia, jadi nggak perlu papa mengusik aku lagi.” Mahardika tidak tersinggung dengan ucapan putranya karena sudah tahu tabiatnya.  “Aku hanya
Read more
Kedatangan Mertua
“Iya besok papa ke rumah bareng sama mama kamu, dadah.” Panggilan diakhiri. Tias memberikan ponsel tersebut kea rah suaminya. Ilham duduk di tepi ranjang. Ada perasaan gamang untuk meninggalkan istrinya. Mahardika tepat janji sesuai dengan yang diucapkan. Esok harinya dia datang bersama istri barunya. Dia memandang seluruh sudut ruangan dan mengangguk-anggukkan kepalanya merasa puas dengan tata letak ruangan itu. Tetapi tidak dengan istri barunya. Istri barunya yang bernama  sesungguhnya Solehatun, yang sudah di ubah menjadi Sabrina merasa tidak suka bahkan dia mencibir. “Aduh ini ruang tamu itu bagaimana penataannya? Kelihatan kusam banget.” Wanita itu mengusap permukaan sofa itu. ”Pekerjaanmu itu ngapain aja, sih? Kenapa bisa ruang tamu jelek begini? Suamimu itu CEO dan uangnya banyak. Masa beli sofa yang elegan saja nggak bisa.” Tias mengerutkan keningnya. Sofa itu harganya ham
Read more
Mertua Julid
“Ya pokoknya minuman sehatlah. Masa itu aja harus diajarin, sih? Istri macam apa kamu?” Sabrina menghardik Tias. Sesungguhnya Tias mulai tidak nyaman. Namun mau bagaimana lagi? Dia adalah istri dari mertuanya. Seeprtinya harus sabar.  “Mah tinggal bilang apa susahnya, sih?” Mahardika sudah malas mendengar ocehan istrinya, sebab dia sangat Lelah. “Ih, si Papah ikut campur aja.” Sabrina mencibik. Sungguh rasanya Tias ingin pergi jauh dari depan wanita itu yang mulutnya super nyebelin.  “Aku bikinin es selasih ya, Ma?” Tias bermaksud pergi dari hadapan sang mertua.  “Tunggu! Kamu mau bikin aku gendut? Es selasih?” protes Sabrina. Tias mengembuskan napas halus agar tidak ketahuan oleh mertuanya itu, bahwa dirinya lelah mengikuti cara wanita itu, mau wanita itu.  “Ya, udah selasih hangat saja kalau b
Read more
Bikin Emosi
 “Ya jelas bunga-bunga lah. Hewan, emang aku anak-anak? Kalau ngomong dipikir dulu, jangan pakai dengkul.” Tias memejamkan matanya untuk menetralkan perasaanya.  “Baik-baik, Bi Minah ….” Wanita paruh baya yang sudah  bekerja dengan keluarga Ilham sejak dia bayi itu tergopoh-gopoh. “Minta tolong ya, ganti sprei kamar Mama.” Sabrina terlihat tidak suka.  “Apa? Gitu aja kamu mau minta tolong? Sok manja kamu.” Tias tidak keberatan untuk menggantinya. Walau sejujurnya dia sangat takut kalau ketahuan sang suami, karena lelaki itu pasti akan mengamuk dan meyalahkan Bi MInah.   “Baik, Mah aku akan menggantinya.” Akhirnya dia sendiri yang mengganti sprei itu. “Nya, biar Bibi. Nanti Ndoro Tuan bisa marah sama saya. Ndak bisa, Nyonya nggak boleh ….” Bi Minah ingin melakukan untuk menggati
Read more
Damai (21+)
Melihat pertengkaran mereka berdua Sabrina tersenyum puas. Dia memandang licik kea rah mereka bertengkar. Dalam hatinya menyuruh mereka terus saja bertengkar.   Ilham mengetuk pintu kamarnya karena dikunci oleh sang istri . “Sayang, kok jadi marahnya sama aku, sih?” Ilham Mengetuk pintu kamar. Namun tidak bergeming. “Sayang, jangan gitu dong.” Tias melempar sesuatu ke arah pintu. Hal itu membuat Ilham kaget.  “Jangan ganggu aku,ih. Minta maaf dulu dengan Bi Minah baru aku akan bukakan pintu.” Ilham menarik napasnya sangat dalam.  “Baiklah! Baik aku minta maaf sama Bi Minah. Jangan ngambek ya Ilham pergi menemui Minah untuk minta maaf. “Bi … Bi ….” Bi Minah yang dipanggil tergopoh-gopoh menyongsong sang majikan. “Iya, Tuan.” Wanita paruh bay
Read more
Ngidam
“Tidak bisa, Sayang. Ingat dedek bayi.” Suara desahan dari mulut Ilham terasa membahana bagi telinga Tias. Dia terus menuntut dan menuntut agar lelakinya itu memuaskannya. Libidonya sangat besar meminta untuk dipuaskan. Namun tentu sang suami harus ekstra hati-hati seperti saran dari dokter. “Aku keluar sekarang, ya? Ahhh ….”: ***Meyyis_GN*** Ilham sedang lapar ketika sekertarisnya menuju ke ruangan rapat tersebut. Aditya memang keluar dari ruangan rapat karena ada yang tertinggal di ruangan Ilham. Dan lelaki itu disuruh untuk mengambil dokumen itu. Aditya mengerutkan kening, ketika mendengar ponsel bosnya berdering.  T “Halo, ada apa, Nyonya Bos?” sapa Aditya. “Adit? Sampaikan saja kalau begitu.” Aditya mengangguk, walau Tias tidak mungkin melihatnya. “Bos sedang rapat. Apa ada yang gawat? Nan
Read more
Apa Maunya?
Aku Kangen dengan kalian readersku. Komen, dong. Kebahagiaan yang diperoleh Ilham karena istrinya yang tengah hamil, berbanding terbalik dengan Galih. Kini Galih sudah sedikit demi sedikit meninggalkan Tias di pikirannya. Dia konsen dengan putranya yang baru berusia sekitar tiga bulan. Milea tidak mau mengurusnya. Dia selalu saja pergi dan pergi. Bahkan dia menolak memberikan ASI. Alhasil Galih yang harus pontang-panting merawatnya. Walaupun sudah ada perawat di rumah, namun dia kurang percaya dengan orang lain.  Seperti malam ini, lagi-lagi Milea tidak pulang. Galih sudah lelah berdebat dan berantem sama Milea. Dia mulai membanding-bandingkan  sifat Tias dan Milea. Jika dulu dia berantem dengan Tias, Tias yang akan memilih untuk tidak meladeninya, hanya diam dan menerima saja. Tapi sekarang Milea bahkan tanpa ada pemantik apa pun selalu saja memancing pertengkaran. Dia sudah malas memperingatkannya. Biarkanlah mau
Read more
Makan Malam
Hai ... komen dong, biar aku semangat up nya.   “Aduh! Kenapa aku menyuruh dia untuk istirahat, sih? Aku belum mandi. Gimana ya?” Dia memandang wajah pula situ, yang tertidur dalam gendongannya.  “Sayang, kamu tidur di sini dulu ya? Papa mau mandi dulu. Jangan berulah. Nanti jatuh.” Lelaki itu melepas semua pakaiannya dan dan masuk ke kamar mandi. Dia hanya sekedar membersihkan tubuhnya sangat kilat. Boleh dibilang seperti mandi bebek. Mira datang ke kamar Galih untuk memberikan minuman kepada lelaki itu. Tidak bermaksud apa-apa tetapi karena Galih baru pulang, tidak ada istrinya, maka dia berinisiatif membuatkan minum. Segelas teh dengan campuran mint, tetapi dia menjerit ketika melihat Galih hanya memakai handuk saja. “Aaa.” Dia meletakkan gelas itu di meja.  Galih yang ikut kaget juga melonjak sehingga ha
Read more
Kesan
Hai Readers ... aku menyapamu ... komen dong, aku nggak semangat ini.  “Baik, Tuan. Saya akan masak untuk Anda.” Wanita itu langsung setengah berlari menuju ke dapur. Rasanya, Galih ingin mendekatinya melihat, lebih tepatnya, apa yang dia masak? Namun dia pun terlalu canggung karena kejadian tadi. Kali ini, hanya mengintip dari dinding kosong di atas bar yang menampilkan tubuh Mira setengah badan sampai ke dadanya, yang  terlihat bergerak meliuk memeprlihatkan keterampilannya di dapur. Terlihat sesekali Gadis itu tersenyum. Mungkin karena masakannya sudah hampir jadi. Tidak berapa lama, Mira membawa sepiring kwetiau goreng yang sudah dihias mirip di restoran.  Ada parsley yang menyerupai sebuah pita rambut, dengan helaian kwetiaw itu sebagai rambutnya dan dibawahnya ada sedikit nasi yang dibentuk pipih sehingga mirip seperti wajah. Bibir yang tersenyum terbuat dihias dari telur dadar yang diiris ti
Read more
Sayangnya Laki Orang
Hai, Readers, aku menunggu kalian komentar lho, hari ini sengaja up banyak.  “Jadi kamu enggak usah terlalu sensi kita makan bersama.” “Tapi, Pak?”  “Enggak ada tapi-tapian.” Galih menyendok kwetiaw tersebut kemudian memasukkan ke mulut Mira, sehingga wanita itu berhenti bicara. Wajah Mira sudah semerah buah cerry. Mereka makan bersama tanpa bersuara sesekali saling melempar senyum. Mira mulai malu-malu dan mungkin juga mulai baper. Saat sudut bibirnya, terlihat kotor dengan saus, Galih menyekanya dengan jempol kananya, sedikit lembut. Nyes … terasa dadanya berdesir hebat. Mungkin saja, darahnya sudah digelondorkan bareng dengan salju, di musim kemarau. Terasa sejuk namun hangat. Walaupun dia nampak wajah tidak seganteng artis-artis Korea idolanya, tapi tetap saja menunjukkan kharis
Read more
PREV
1
...
232425262728
DMCA.com Protection Status