Semua Bab PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG: Bab 91 - Bab 100
121 Bab
KETAKUTAN
Pagi itu sarapan sudah siap di meja, Maysa naik kembali ke kamarnya memanggil Arlesa, meski jalannya agak kaku namun Maysa tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. "Aku sudah siapkan sarapan," kata Maysa. Arlesa  siap-siap berangkat lagi memenuhi panggilan polisi."Kamu masih sakit?" Arlesa balik bertanya sebab cara jalan istrinya tak beraturan."Kamu berlebihan," protes Maysa kesal.Arlesa tertawa, dia menginggit mesra bahu istrinya. "Aku hebat 'kan?" tanyanya."Iya, iya, kamu memang yang terbaik!"Mereka turun ke bawah, Arlesa yang emnggendong Inara sesekali menggelitik putrinya agar tertawa riang pagi ini."Bi, panggil Luna untuk sarapan," pinta Maysa. "Kamu kenapa Maysa?" tanya Bu Rohma yang melihat jalan anaknya kaku."Habis terpeleset di kamar mandi, Bu," kelik Maysa."Ayah panggilkan tukang urut," kata Pak Sali
Baca selengkapnya
HARUS MENIKAHI LUNA
Setelah banyak proses yang di lalui, Arlesa  sselamat dari penyelidikan polisi, justru Gala yang sebagai pemilik harus di minati keterangan. Jika tetap tertuju lada Arlesa maka jati diri pria itu terbongkar karena di dunia ini dia belum memiliki identitas sebagai manusia.Dia lebih dulu pulang bersama Luna. Arles Menyempatkan diri menyinggahi toko boneka, membelikan Inara berbagai macam boneka dan permianan, juga menyinggahi toko bunga untuk di hadiahkan untuk istrinya. Kuna yang menunggu di mobil melihat dari kejauhan sangat terkesima dengan sikap Arles ake istri dan anaknya.Setelah Arlesa kembali, Luna segera membutarkan lamunannya bila dia yang mendapat perhatian demikian dari suaminya. ."Maaf Luna, menunggu lama," ucap Arlesa."Untuk Inara dan Bu Maysa ya?" tanyanya."Iya, saya jaramg berikan mereka hadiah," kata Arlesa.Dia kembali melajukan mobilnya, Luna pun kembali melirik wajah pangera
Baca selengkapnya
PERCOBAAN BUNUH DIRI
Luna diam merenung di kamar perawatannya. Dia pun juga sudah mendapat penjelasan tentang hukum hamil di luar nikah, dirinya merasa kotor dan jijik, tak berarti, anak yang di kandungannya hanya sebuah beban yang harus ia lenyapkan bersama nyawanya pula.Dia mengumpulkan tenaga, beranjak pelan ke arah meja yang menumpukan alat medis. Disana ada pisau bedah yang belum di bereskan oleh suster-suster tadi. Luna sudah gelap mata, jika Hadi berani mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup, lalu mengapa dia tidak melakukan juga? ini resiko mereka berdua, harus sepenanggungan dosa pula, pikir Luna.Saat pisau itu ingin ia tancapkan ke perutnya, gagangan pintu di putar oleh Maysa, betapa terkejutnya istri Arlesa itu."Luna kamu mau apa?" tanya Maysa.Arlesa yang juga melihat segera berlari mengambil paksa pisau dari tangan Luna, sekuat tenaga Luna mendorong tubuh Arlesa agar tak menghalangi aksi nekat bunuh dirinya."Jangan gan
Baca selengkapnya
DUKUN HITAM
 "Lalu solusinya bagaimana, Kak?" tanya Maysa.Arlesa melepas pelukannya, dia berpimir sejenak, di dunia manusia dia sangat terbatas melakukan sesuatu, sulit memang menyesuaikan diri di dunia berbeda darinya."Kita tanya Gala dulu, mungkin saja dia sudah menemukan orang lain," sahut Arlesa.Keduanya kembali ke kamar rawat Luna, disana perempuan itu tertidur karena sudah di beri obat penenang dari suster. Sheea yang di samping Gala memasang wajah lesuh, sungguh tak ikhlas membantu Luna."Kamu sudah dapatkan?" tanya Maysa."Belum, Kak. Sulit, karena harga diri pria ada di aib ini," jawab Gala.Dari balik pintu luar ada seseorang wanita tua yang mengintip pergerakan mereka, ada sesuatu yang membuatnya penasaran dengan aroma yang berbeda dari kedua tubuh mahluk di dalam ruangan itu.'Apakah mereka siluman?' gumam wanita tua itu.Dia enyah dari tempat penguntitnya, meski begitu di
Baca selengkapnya
KELICIKAN DEWI PATIH
Seminggu kemudian, Luna sudah kembali dari rumah sakit, dia tidak memikirkan lagi soal aibnya. Satu di pikrannya ialah menjalankan sesuai rencana Dewi Patih. Dia di bawa ke rumah kontrakkan yang di sediakan Gala, Maysa dan Arlesa masih tetap mendampinginya. "Ini rumah kamu, Luna. Ada asisten rumah tangga yang akan menemanimu," ujar Maysa.Arlesa hanya duduk di luar teras, Luna menanti pria itu masuk tapi karena tak penting masuk menemui Luna, Arlesa hanya berdiam saja."Terima kasih Kak," ucapnya.Maysa memeluk Luna, dari hati yang tulusnya dia sudah menganggap Luna sahabatnya. Sementara di hati Luna merasa muak, kebaikan Maysa membuatnya iri, inilah yang tak bisa membuat Arlesa lepas dari istri tercintanya itu."Kamu sangat baik," puji Luna."Ah, tidak. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya di lakukan," timpal Maysa."Pak Arlesa tidak di ajak masuk?" tanya Luna."Iya yah,
Baca selengkapnya
PENCULIKAN
Gala sejak tadi mencari Shera, dia bahkan menanyakan ke semua karyawan  Shera, kembali ke rumah, tapi sosok kekasihnya tak ia temukan, Gala menelpon ke Maysa, kata kakakknya pun ia tak melihat Shera seharian. Gala kembali mengitari sekitar kota, berharap Shera terdampar di suatu tempat tanpa sengaja karena putri Rajab itu memang belum menghafal jalan kota Palu seluruhnya.Ponsel Shera pun sudah tak aktif lagi, Gala tentu makin khawatir, hanya dia yang Shera miliki di dunia manusia, Gala merasa bertanggung jawab atas Shera sepenuhnya. "Kamu dimana Shera," gumam Gala menjalarkan pandangan ke setiap sisi jalan yang ia lewati.Gala membelok lagi ke setiap lorong, tapi sama tak ada jejak Shera ia temukan. Dia memutar arah ke rumah Arlesa, dia ingin meminta bantuan pada kakak iparnya itu, bisa saja Arlesa membantunya mencari Shera sebagai sesama mahluk wandara. Setiba disana, Gala bergegas masuk ke d
Baca selengkapnya
DI SEKAP
Sudah sejam Maysa dan Pak Salim mengitari sekitar Kota Palu, namun yang ia temukan hanya mobil Arlesa yang kosong di pinggir jalan. Sebagai istri, Maysa tentu di gelayut rasa khawatir, bagaimana tidak, di dunia manusia Arlesa tak mengenal banyak orang, bahkan dia belum mengetahui sepenuhnya seluruh area Kota Palu.  "Mungkinkah dia ke wandara, Nak?" tanya Pak Salim. "Aku rasa itu tidak, Pak. Lalu kenapa dia tidak pamit dan meninggalkan mobil begitu saja," sahit Maysa berfirasat lain. Dia mendial lagi nomor Gala, adiknya itu juga masih sibuk mencari Shera.  "Kamu pulang sekarang, kita bicara di rumah," kata Maysa. Mereka menuju kembali ke rumah, memutari Kota Palu tak memubuahkan hasil, tetap saja jejak Shera dan Arlesa tak di temukan rimbanya. Di rumah, audah ada Gus Alam baru sjaa pulang dari Makassar, sahabat Aelesa itu sanhat sibuk menglelola usaha supermarket Arlesa. Kedatangannya membuat Maysa bers
Baca selengkapnya
KEDATANGAN KELUARGA
Tiga hari kemudian .. "Arlesa!" pekik Maysa terbangun dari mimpi buruknya. Dia melihat di sekeliling kamar, tak ada sosok suaminya, hanya ada Inara yang tertidur pulas di atas kasur bersamanya, Maysa menutup wajah dengan kedua tangan, berusaha agar tak menangis namun usaha itu gagal, tetap saja lelehan air itu mengucur deras ke kedua pipinya. "Kamu dimana sayang?" gumam Maysa. Dia beranjak membuka lemari, pakaian-pakaian Arlesa masih tergantung rapi, wangi parfum aroma khas suaminya. Maysa mengambil kemeja biru kesukaan Arlesa, memeluk kemeja itu meluapkan rindu pada tuannya. "Aku masih butuh kamu, Inara anak kita anak kita mencari-cari kamu," lirih Maysa meneteskan setiap air mata ke kemeja itu. Tanpa Arlesa, hidupnya hampa. Sosok sami yang begitu teladan, telaten, terlembut di dunia, kini menghilang begitu saja, tanpa pamit dan tanpa menaruh jejak sedikit pun.  Suara Inara terdengar menangis, Mays
Baca selengkapnya
INGIN LOLOS
Luna masih sibuk memilah-milah satu per satu botol itu, membaca setiap nama judul yang tertulis, namun tulisan itu hanya memakai  Luna kesal.Dari luar ada suara Dewi Patih yang lewat di depan, Luna mencari tempat persembunyiaan aman. Dia menyelinap ke dalam lemari kosong, nasib baik lemari itu cukup menutupi seluruh bagian tubuhnya."Kemaa Luna?" tanya Dewi Patih pada kedua asistennya."Tadi ada di ruangan ritual, tapi mungkin saja dia di kamarnya, Bu Dewi," sahut salag satu asisten itu."Jangan biarkan dia lolos dari rumah ini, malam jum'at kliwon kita tumbalkan dia untuk ayahku," kata Dewi Patih. Dari balik lemari, Luna mendengar itu terkesiap sembari menutup mulutnya sendiri. Dia begitu ketakutan atas rencana Dewi Patih terhadapnya."Yang di katakan Shera benar, aku hanya di manfaatlan oleh Bu Dewi, sial! Permepuan itu sangat jahat, di bantu malah menodongku dari belakang," gerutu Luna
Baca selengkapnya
KECEWA PADA LUNA
Mobil yang di tumpangi mereka sudah tiba di jalan yang Arlesa tujukan, disana sudah ada Gala dan Gus Alam menunggu, saat itu kondiis Shera sangat parah, banyak mengeluarkan darah kuning."Shera, bangun," ucap Gala mengguncang-guncang tubuh Shera."Kita bawa ke rumah dulu, takut bila dia tak bisa tertolong lagi, sepertinya dia di racuni siluman ular itu saat di lumpur," jelas Arlesa. Mereka membawanya masuk ke dalam mobil, Luna ikut pula. Dia tak menyadari resiko saat Maysa tahu kelakuannya.Sepanjang perjalanan, Arlesa mencoba memulihkan dirinya pula, sisa air bawang putih dan lilitan sihir ular itu berekasi di tubuhnya. Dia menahan sakit yang peroh namun tak menimbulkan luka."Kau tidak apa, pangeran?" tanya Gus Alam."Seluruh tubuhku seperti terbakar, Pak Gus," sahut Arlesa."Di rumah ada baginda Raja dan Rexa, mereka pasti bisa mengobatimu," kata Gus Alam khawatir.Seme
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status