Semua Bab PANGERAN DARI DUNIA SEBERANG: Bab 81 - Bab 90
121 Bab
RAHASIA JEVAL
Jeval diam. Bibirnya membeku, dia bahkan tidak memiliki alasan untuk mengelak. Pasrah saja akan kemarahan Rexa. Di luar pintu, ada Foland yang cemas, dia tahu ini akan jadi bom atom bagi kerajaan wandara. Entah apa reaksi adik pertamanya itu setelah tahu kebenaran."Jika kau diam, berarti itu semua benar?" tanyanya."Tidak semuanya benar," jawab Jeval."Tidak semuanya benar? berarti ada kebenaran yang  di katakan perempuan itu?" tanya Rexa agar meyakinkan.Jeval menguatkan diri untuk menjelaskan semuanya. Dia tahu sifat Rexa sangat bijaksana dalam menanggapi apapun."Awalnya aku mencuntai Maysa, jauh sebelum Arlesa menikah dengannya. Tapi setelah menikah, aku tidak pernah lagi menganggunya. Saat Maysa hamil dimana Arlesa memgkhianatinya,  dia pergi di istana, kami tinggal bersama, kami berencana untuk menikah, benar, aku pernah melakukannya sekali dengan Maysa, tapi itu tak di sengaja," jelas Jeval terbata-ba
Baca selengkapnya
TERTANGKAP
Dua hari kemudian, Arlesa turun kembali ke penjara bawah tanah. Dia ingin mengetahui kondisi tragis  Cusi. Adik ipar Rajab saat itu sudah tak mampu bersuara lagi. Tiga hari dia menjerit kesakitan karena bekas gigitan serangga. "Apa kau sudah melihat ajalamu?" tanya Arlesa.Cusi melempar tatapan tajam padanya. Dia bahkan belum sudi meminta ampun atas kejahatannya."Kau memang perwujudan iblis! Aku akan membuat kamu mati perlahan," kata Arlesa."Dendam kami tidak akan berhenti pada kalian, kamu seoranh calon Raja! Tapi bodoh! Kau mempertahankan perempuan yang tidak setia padamu, yang rela di nikmati tubuhnya pada pria lain!" Cusi lagi-lagi ingin mendoktrin Arlesa.Suami Maysa itu tergugu. Dia berusaha agar tidak mempercayai itu, namun perkataan Cusi selalu saja menggodanya untuk marah."Tanyakan sendiri pada Jeval, dan kedua kakakmu, apa yang mereka sudah ketahui, " lanjut Cusi."Penj
Baca selengkapnya
KESEDIHAN SHERA
Rajab dan Istrinya di bawah ke penjara bawah tanah. Di samping sel mereka ada Cusi yang merintih kesakitan karena tubuhnya di penuhi luka gigitan berbagai macam serangga. Istri Rajab berusaha menagajak adiknya itu bicara."Cusi, ini Kakak Cia, Dek," kata Istri Rajab pada adiknya itu.Cusi mendengar suara kakaknya membalikkan wajah. Dia merayap sedikit demi sedikit ke arah pembatas sel yang mengantarai mereka."Kak, badanku semua sakit," keluh Cusi. Istri Rajab melihat tubuh adiknya bentol di di penuhi darah. Semuat itu masih banyak menempel di tubuh Cusi."Cusi, maafkan Kakak, karena kami, kamu tersiksa seperti ini," lirih Cia menyesal melibatkan adiknya.Cusi menangis tersedu-sedu. Dia tidak menyesali semuanya. Melainkan karena mengapa harus gagal membantu kakaknya. Karena dia gagal sehingga mereka semua tertangkap."Rajab, adikku kesakitan, itu karena kamu!" Cia membentak suaminya. Ini baru pertama kali
Baca selengkapnya
JANJI JEVAL
Dalisah masih tetap terkurung di kamar tamu, dia belum berani menampakkan diri pada keluarga istana. Hanya Jeval yang sesekali menjenguknya, membawakan makanan. Dalisah juga sudah tahu dengan apa yang menimpa Maysa dan Inara. "Dalisah," suara Jeval nampak di balik pintu kamarnya. "Keadaan Kak Maysa dan Inara baik-baik saja 'kan?" tanyanya. "Keduanya sudah membaik,aku dari melihat Inara, lukanya masih nyeri tapi kata dokter sisa menunggu kering saja," sahut Jeval.  Dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur itu. Dua hari tak tidur di kasur Dalisah buat dia rindu berlebihan. Mengurus dan memikirkan resiko kemarahan Arlesa, Jeval hampir gila saat ini, reaksi Arlesa penuh misteri, tak ada yang bisa menebak apakah adiknya tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu. "Dalisah, pijit kepalaku," pinta Jeval. Perempuan cantik itu hanya mematung. Dia tahu keinginan Jeval lagi, Dalisah enggan beranjak ke arah Jeval.
Baca selengkapnya
KEPANIKAN
Dua hari berselang, Maysa sudah lebih baik. Dia sudah di perbolehkan untuk kembali ke istana. Namun dokter akan setiap saat mengecek kondisinya yang masih dalam pemulihan secara total. Begitu bahagianya, sebentar lagi dia akan bertemu Inara.Sebagai suami yang baik, Arlesa tetap mendampingi. Dia begitu gesit mengarahkan semua kebutuhan istrinya."Jangan terlalu begitu, Kak. Aku sudah merasa tidak perlu di tuntun jalannya," ujar Maysa. Arlesa tetap saja menuntunnya. Dia hanya bisa mengeleng dengan perhatian suaminya yang berlebihan. Di istana penyambutan kedatangannya di adakan secara meriah,  seluruh keluarga kerajan menyambutnya penuh suka cita. Sebagai calon Ratu utama Wandara, Maysa begitu di hormati.Setibanya di pintu gerbang, Maysa di hujani bunga-bunga dari rakyat wandara. Suara seru namanya menggelegar terucap oleh bibir rakyatnya."Aku sepertu berasa jadi Ratu sungguhan," gumma Maysa."
Baca selengkapnya
KEJUJURAN
Shera gamang. Dia bahkan tidak berani berbohong apabila itu tentang kebenaran ayahnya. Sebagai anak, dia sangat menyadari kesalahan ayahnya yang memang tak memiliki hati nurani."Ayah Shera baik-baik saja Yah," timpal Gala yang ingin meringankan beban Shera."Apa dia mengetahui hubungan kalian?" tanya Pak Salim pada keduanya."Sudah tahu, Pak. Tapi .." uajr Shera tak mampu melanjutkan kalimatnya."Om paham maksud kamu, kalian pelan-pelan saja, buat kami ini memang tidak mudah, tapi yakinlah kalian akan tetap bersama," tutur Pak Salim dengan segala kalimat kebijakannya.Setelah memberi sepatah kalimat wejangan, Pak Salim pamit dari kedua sejoli yang di mabuk cnta itu, dia kembali menemui istrinya, membujuk perempuan yang berwatak keras itu untuk menemui Shera."Sayang, ayah kamu orang yang sangat baik," bisik Shera.Gala mengusap lutut kekasihnya, " Dia memang baik, makanya aku berani membawa k
Baca selengkapnya
AMARAH ARLESA
Setelah Maysa tenang, Arlesa pamit keluar dari kamar, dia beralasan untuk ke kantor kerajaan, tapi itu hanya sebuah alasan agar Maysa tidak mengetahui bahwa dia akan menemui Jeval.Sembari mengepal tangan, Arlesa melangkah penuh amarah. Jeval dan Rexa sedang ada di ruangan Foland, mereka sedang meyusun pembagunan jembatan layang.Drak! Pintu ruangan itu terdobrak, di baliknya ada Arlesa yang menampakkan kemarahan yang berapi-api. Tatapannya tersorot tajam ke Jeval. Arlesa menuju ke kakaknya itu lalu menonjok wajah Jeval dengan keras."Brengsek kamu! Biadab!" Arlesa mengumpat sembari memukul.Jeval terjatuh ke lantai, pukulan Arlesa sangat keras sehingga darah kuning mengalir di sela kening Jeval. Reza dan Foland berusaha menahan tubuh Arelsa namun adiknya itu mengerahkan semua tenaga dalamnya saat ini, sulit menaklukkan Arlesa yang terbilang kuat karena kekuatan yang langka dari Raja Al Chamy turun pada anak bungsu Raj
Baca selengkapnya
HARAPAN RAJA GARSAN
Makan malam atas pemulihan Maysa dan Inara di rayakan oleh Raja Garsan. Di meja makan itu tersusun romantis buat keluarga tercintanya. Ketiga bunda ratu sudah duduk di kursi masing-masing, Foland dan Rexa juga ada di samping istrinya masing-masing. Sisa Jeval dan Arlesa belum jua nampak dengan istrinya. "Mana dua pasangan ini?" tanya Raja Garsan. Rexa dan Foland saling melirik, keduanya tak mampu menjawab takut bila jawban mereka memancing kerusuhan di meja makan lagi. "Risani, mana Arlesa dan Maysa, Inara juga?:" tanya Raja Garsan pada ibu kandung Arlesa itu. "Mungkin mereka masih di kamar, Ayah." "Biarkan saya memanggilnya yang mulia," kata Bun Great. Kepala pelayan andalan kerajaan itu menuju ke bagian tengah istana, tepatnya ke kamar Arlesa dan Jeval. Sebelum ke kamar Arlesa, Bun Great menyinggahi kamar Jeval terlebih dulu, di ketuknya beberapa kali. Dalisah nampak d balik pintu dengan keadaan yang sudah rap
Baca selengkapnya
TRAGEDI BUNUH DIRI
Seminggu kemudian ..Arlesa dan Maysa sudah tiba di rumah pribadi mereka di kota P tersebut. Di rumah yang memiliki banyak kenangan juga tempat mengukir kenangan baru lagi.  Disana tak ada Gala, Gus Alam pun juga tak ada, hanya  asisten rumah tangganya yang masih sampai sekarang setia mengurus rumah itu di kala Gala dan Gus Alam sibuk.Maysa membawa Inara naik ke atas kamarnya. Sementara Arlesa mengecek semua keamanan yang ada du rumah itu, mulau dari cctv dan dua security yang sudah Gus Alam siapkan."Inara bobo ya, ini rumah kita sayang," ujar Maysa mmeperlihatkan  Inara pemandangan dari atas kamarnya."Inara, sini ayah gendong," pinta Arlesa."Setahun kita tinggalkan rumah kita, dan kita kembali setelah bawa Inara," kata Maysa mengenang saat di culik oleh Shera."Kita akan mulai hidup normal seperti manusia pada umumnya, tetapi Inara dan kamu harus tetap aku utamakan, sesekali bawa dia ke Cafe
Baca selengkapnya
HUKUMAM KENIKMATAN
Maysa meninggalkan Luna di kamar tamu, dia menyusul Arlesa naik ke kamar. Rambu-rambu dari ibunya ia tak simpan dalam hati. Rasa percaya pada suaminya sudah sempurna, tak ada lagi ketakutan tentang kesetiaan Arlesa yang bisa saja di uji oleh perempuan lain. "Inara tadi rewel ya?" tanya Arlesa. "Kayaknya dia cari kamu, kebiasaan dia saat di wandara selalunya tidur sama kamu," kata Maysa. "Oh ya sayang, kita harus sembunyikan tentang wandara pada perempuan di bawah, aku takut jika dia membocorkan pada orang lain identitasku," pinta Arlesa. "Berapa lama da harus tinggal disini? maksudku dia sedang hamil kalau kita biarkan tinggal sendiri." Arlesa berpikir sejenak, dia juga merasa risih bila Luna lama tinggal bersama mereka. Selain tak leluasa, dia takut bila Luan mengetahui jari diri mereka sebagai mahluk wandara. "Bagaimana sayang?" tanya Maysa menantu jawaban. "Kita tunggu Gala mendapatkan tempat yang lay
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status