All Chapters of Istri Pilihan Mama: Chapter 91 - Chapter 100
124 Chapters
Bertandang Ke Rumah Tantri
Arsaka kecewa. Ia tak menyangka telah mencintai seorang manusia berhati iblis seperti Aleta. Ia mengembuskan napas panjang dan berlalu dari sana begitu saja tanpa melanjutkan misinya datang ke tempat ini. Arsaka mengurungkan niatnya. Ia tak mau terus berada di sini terlalu lama. Ia harus pergi. Harus. Secepatnya. BruggArsaka tak menyadari kedatangan seseorang saat memutar haluan. Ia menabrak seseorang dan ia tahu betul siapakah orang itu. Ia bergerak cepat dan menundukkan kepalanya sembari menangkupkan kedua tangan di depan dada. Niatnya adalah meminta maaf. Debora yang berada di hadapannya memicingkan mata ke arahnya. Tampaknya ia merasa aneh dan curiga pada seseorang yang baru saja menabraknya. "Hei kamu! Kamu kru film ini, ya? Kalau jalan tuh lihat kanan kiri supaya nggak nabrak orang. Untung aja kamu nggak bikin tas mahal aku lecet. Kalau sampai tas aku kegores sedikit aja, kamu harus tanggung jawab nyari gantinya di luar negeri. Ngerti kamu! Huh! Anak muda jaman sekarang ko
Read more
Apakah Kamu Bersedia?
"Saya mau menemui Tantri, Bi. Bolehkah saya bertemu dengannya?" tanya Arsaka berhati-hati. Ia tak mau ada kesalahpahaman dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. "Untuk apa kamu nyariin Tantri? Mau kamu maki-maki? Atau mau kamu ajak duel? Sebelum kamu melakukan hal itu pada Tantri, aku akan tendang kamu jauh-jauh dari rumahku. Ngerti kamu?" amuk Yusti yang membuat pemuda di hadapannya terkejut dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya."Bukan, Bi! Kedatangan saya kemari adalah karena saya mau minta maaf pada Tantri. Apakah saya boleh ketemu sama dia? Sebentar saja, Bi," ucap Arsaka mengatakan maksud kedatangannya kemari. Ia mengatakan hal itu dengan tulus dan bersungguh-sungguh. Ia tak mau mencari masalah dengan dua perempuan berbeda generasi di dalam hunian tersebut."Kamu serius? Anak orang kaya seperti kamu mau minta maaf sama orang miskin seperti kami? Yang benar aja?" Yusti tak percaya. Ia mendekap erat kedua lengan di depan dada. Ia masih mencurigai adanya konspirasi Yad
Read more
Berapa Lama?
"Pak Saka serius?" tanya Tantri dengan tatapan sarat penuh selidik. "Saya nggak pernah main-main dengan ucapan saya, Tantri. Saya tahu pertemuan kita diawali dengan banyak hal yang jauh dari kata baik. Tapi saya berharap hal ini menjadi satu titik yang merubah cara pandang saya selama ini sama kamu. Seorang ibu tidak akan pernah menginginkan anaknya memiliki pasangan yang salah. Jika Mama saya waktu itu langsung mengatakan kalau kamu adalah calon menantu yang baik dan cocok untuk saya, kenapa saya harus menolak? Dulu saya akui, pandangan saya terhadap kamu sangat jauh dari kata baik dan terkesan meremehkan. Tapi semua itu ada sebabnya. Sebelum saya bertemu dengan kamu, saya pernah nyaris diculik oleh seorang pemulung. Waktu itu saya masih berusia enam atau tujuh tahun. Maka dari itu saya sangat membenci orang miskin. Saya selalu menganggap mereka pasti memiliki niat tidak baik pada saya atau keluarga saya. Tapi…. Saya sudah membuktikan sesuatu hal. Kalau orang miskin tidak selalu
Read more
Merasa Deg-Degan
"Beri saya waktu untuk berpikir, Pak Saka. Saya ingin memikirkan banyak hal lebih dulu sebelum saya memutuskan sesuatu yang sangat penting di dalam hidup saya. Bapak tidak keberatan, kan?" Ucapan Tantri kembali teringat di telinga Arsaka. Dan pria itu juga mengingat bagaimana dirinya juga menantikan hal itu dengan sangat tidak sabar. Kebahagiaan sang ibu adalah faktor utama yang membuatnya bangkit dari semua gejolak aneh di dalam hidupnya. "Lalu berapa lama waktu yang kamu butuhkan?" Arsaka menanyakan hal itu dengan ekspresi tak terbaca. Padahal ia benar-benar sangat ingin mendengar jawaban dari gadis itu saat ini juga. "Beri saya waktu… seminggu, Pak Saka." Tantri mengutarakan hal itu dengan tegas. "Kamu yakin? Maksud saya, dengan waktu seminggu, apakah kamu yakin bisa mengatakan apa jawabanmu? Kalau belum, saya tidak keberatan untuk memberimu waktu lebih. Saya tahu pernikahan di dalam seorang wanita sangatlah bermakna dalam. Saya—""Pak Saka tidak perlu khawatir. Seminggu adalah
Read more
Siapa Yang Mau Nikah?
Dengan langkah ringan Tantri berjalan ke arah pintu masuk rumahnya di mana di sana seseorang tengah menunggu kedatangannya. Hari ini kebetulan ia pulang dari butik lebih awal. Sehingga ia bisa mempersiapkan semuanya dengan cukup matang. Ia bisa mengingat jelas bagaimana Arjuna menawarkan bantuan padanya untuk mengantar pulang ke rumah. Dengan penolakan yang sangat halus, Tantri mengucapkan berbagai alasan agar pria itu tak lagi mengejarnya atau memberi kesempatan pada pria itu sedikit pun. Tantri tidak bodoh, ia bisa merasakan tingkah laku Arjuna yang berbeda dari sebelumnya. Dagu gadis itu sedikit terangkat naik dengan keberanian yang dipaksakan. Rasa gugup lebih mendominasi. Rona merah jambu terlihat kentara di kulitnya yang makin memerah. CeklekPintu utama terbuka. Dan saat ini netra hitamnya menangkap jelas seorang pria tampan berdiri di hadapannya. Sebuket bunga mawar merah berada di dalam dekapan kedua tangan pria itu. Arsaka menyodorkan buket bunga itu pada gadis cantik ya
Read more
Syarat Dari Pihak Perempuan
Yusti terkejut bukan main. Kepalanya berdengung kencang seperti mendengar gemuruh petir bersahut-sahutan di dalamnya."Apa? Cepat katakan sama Bibi! Siapa yang mau nikah? Kalian? Benar begitu?" kejar Yusti mencari jawaban.Wanita matang yang telah menjanda bertahun-tahun itu tampak terkejut. Dan hal itu tidak terlihat sebagai candaan atau main-main. Ia benar-benar penasaran dengan jawaban dari muda-mudi di hadapannya. Tak mau menjadi bahan tontonan orang-orang yang melintas di trotoar jalan di depan pagar rumah mereka, Yusti buru-buru menutup pintu lalu mendekati keduanya dengan tampang tak biasa. Kedua matanya menunjukkan ekspresi dalam yang begitu kentara akan rasa sangat penasaran.Di saat Tantri hendak buka suara, Arsaka mencegah hal itu terjadi. Tanpa disengaja atau bermaksud memiliki motif tertentu, pria tampan itu menarik pergelangan tangan Tantri. Tepat di saat itu juga Yusti melihat hal tersebut dengan mata yang terbuka lebar-lebar. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja
Read more
Ayo Ke Sana Sekarang Juga!
Ketukan pintu menyadarkan Tantri bahwa ada seseorang atau mungkin banyak orang yang datang ke rumahnya. Gadis itu mematut dirinya di depan cermin yang menggantung di dinding kamarnya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi sesaat lagi. Setidaknya ia merasa telah mengenakan pakaian yang layak dipandang mata. "Sepertinya sudah rapi. Aku harus keluar sekarang," ucap Tantri memutuskan. Dibukanya pintu kamar dan menyusul sang bibi yang baru saja membukakan pintu untuk para tamu di luar sana. Ada beberapa orang di luar pintu. Dan Tantri tahu jelas siapa yang mereka cari. Siapa lagi kalau bukan dirinya?"Nyonya Mona," ucap Tantri dan segera mendekati wanita paruh baya tersebut dengan anggun. Ia mengulurkan tangan lalu menyalami sopan wanita yang pernah ditolong olehnya beberapa saat lalu. "Bagaimana kabar kamu, Nak Tantri? Sehat-sehat, kan?" tanya Mona perhatian.Hal itu mengundang perhatian Arsaka yang berada di samping ibunya. Hanya kepada gadis muda ini sang ibu begitu damai dan ramah sep
Read more
Ternyata Kamu Adalah...
Makam?Mona mendongak ke atas. Ia membaca baik-baik tulisan besar yang melengkung dan menempel di tengah dua pilar besar di hadapannya. Mona menatap Tantri dengan penasaran. "Kenapa kamu mengajak kami ke sini, Nak Tantri?" tanya Mona pada akhirnya daripada terus menerka-nerka. Tantri tak juga menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Ia malah melirik sang bibi dan kembali tersenyum. "Ayo, Nyonya, mari kita masuk! Jawabannya ada di dalam," jawab Tantri pada Mona lalu mengajak wanita itu untuk berjalan bersisian dengannya.Mona mengangguk setuju. Kini kedua perempuan berbeda generasi itu berjalan perlahan melewati banyak gundukan tanah merah yang mengubur setiap jasad di bawah sana. Hingga tanpa terasa mereka semua berada di depan dua nisan. Tantri tersenyum pada Mona lalu berkata, "Nyonya Mona, perkenalkan mereka adalah ayah dan ibu saya. Ayah dan ibu saya telah meninggal dunia delapan tahun silam. Sebelum saya dan Pak Saka menikah, akan lebih baik kalau Nyonya tahu siapa orang
Read more
Apakah Dia Orangnya?
Yusti dengan lugas berkata, "Belum muhrim! Jangan samakan Tantri dengan gadis yang bisa dibawa ke mana saja kalau belum sah secara agama dan negara. Kami memang bukan orang kaya, tapi kami punya adab dan tata krama. Pamali kalau belum ijab kabul sudah dibawa ke mana-mana," ujar Yusti yang masih mengikuti aturan jaman dulu. Mona segera angkat bicara guna memberi pengertian pada calon besannya. "Bu Yusti, Saka dan Tantri akan segera menikah. Kita sebagai orang tua tinggal mencari tanggal yang baik. Atau lebih tepatnya menentukan hari baik untuk pernikahan mereka. Alangkah lebih baik kalau kita memberikan mereka kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain. Dan membebaskan mereka untuk menentukan mahar apa yang Tantri inginkan. Kalau tidak pergi bersama Tantri, Saka pasti tidak akan tahu apa yang Tantri inginkan. Benar, kan?" Mona mengeluarkan pendapatnya.Mendengar bujukan Mona, Yusti memutar otak. Ia belum bisa merelakan Tantri pergi bersama laki-laki lain yang belum sah menjadi s
Read more
Tamparan
Tak terima keponakannya ditunjuk-tunjuk oleh pria asing tak dikenal, Yusti mulai menunjukkan sisi keibuan yang dibalut amarah terpendam. "Jangan bawa-bawa keponakan saya ya, Pak! Dia ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan putusnya hubungan anak bapak dengan Pak Saka. Kalau mau menyalahkan orang itu cari dulu buktinya, jangan asal ngomong! Saya nggak terima keponakan saya yang nggak tahu apa-apa ini ikut terseret masalah. Lagian kalau cuma pacaran terus putus ya sudah sih, anggap saja bukan jodohnya. Nggak usah dibesar-besarin masalahnya. Yang tua mending diam saja, nggak usah ikut campur urusan anak muda," cetus Yusti dengan lugas dan lantang. Ia menunjukkan keberanian dan ketegasan walau di hadapannya seorang presiden sekali pun ia tak akan gentar melawan ketidakbenaran. Guntur berdecih kesal. "Anda ini siapa? Saya nggak kenal sama anda. Jadi saya minta anda jangan sok menasehati saya dan ikut campur!" "Apa? Bapak mengatai saya sok ikut campur? Nggak salah? Bapak yang lebih
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status