Semua Bab Istri Pilihan Mama: Bab 81 - Bab 90
124 Bab
Kegelisahan
Kesadaran lain menyesakkan udara di sekeliling mereka saat ini. Hal itu mengingatkan kenangan lama di benak Mona yang cukup menyakitkan. "Saka," panggil sang ibu dengan wajah serius. Tapi hal itu tak berujung penjelasan. Ia mendongak ke atas. Ia menatap pemuda tampan yang masih menunggu jawaban keluar dari bibirnya. "Kenapa Mama nggak mau jawab pertanyaan Saka?" tanya Arsaka. Mata gelap itu terlalu panas, ada sesuatu yang jauh lebih mengancam daripada amarah di sana. Kebohongan. Rahasia. Dan Arsaka sangat membenci kedua hal tersebut. Ia tak suka dibohongi dan sesuatu yang dirahasiakan. "Bukan maksud Mama untuk nggak menjawab pertanyaan kamu. Tapi…""Tapi apa, Ma?" Arsaka mencoba memberikan pilihan. Ia berusaha menyunggingkan senyum. Ia memaksa dirinya berdiri dengan tenang dan santai. Arsaka tertawa. Tertawa penuh misteri. Ia merasa sakit di saat yang bersamaan. Lalu ia pun mengusap wajahnya yang tampan dengan kedua telapak tangannya. Ia pun menurunkan kembali tangannya. "Aku me
Baca selengkapnya
Kembali Tumbang
Rasa sakit atas bayangan itu menerjangnya, membuat napas Mona tercekat. Ia harus menjawab apa pada sang putra?Mona tahu, mengelak adalah hal yang sangat bodoh jika ia lakukan saat ini pada Arsaka. Karena Arsaka tidak berada di dalam posisi seorang yang tidak tahu apa-apa dan terus menerus bisa dibodohi. Tapi untuk mengingat semua bayangan masa kelam itu hanya akan membuat dirinya sedih dan sakit hati. Udara terasa menyesakkan. Sekali lagi, amat sangat menyesakkan. Seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya. Seolah-olah udara serapuh perasaannya saat ini. Bayangan itu. Kenangan menyakitkan itu. Tidak!"Saka, apa yang wanita itu katakan sama kamu tentang Mama? Apakah dia yang telah meracuni pikiranmu sehingga kamu berpikir yang bukan-bukan pada ibumu sendiri?" Mona menatap lekat-lekat wajah sang putra. Ia merasa sang putra yang begitu tampan di hadapannya tengah mengintimidasi dirinya sehingga membuat wajahnya memucat saking tak percaya bahwa ini nyata. "Tante Debora tidak mengatakan
Baca selengkapnya
Rasa Penasaran Arsaka
"Saya mohon, jangan membuat pasien merasa tertekan. Saya mohon dengan sangat. Seandainya bisa, buatlah pasien lupa akan masalah yang terjadi di dalam hidupnya selama beberapa saat. Kalau begitu, biarkan pasien beristirahat. Saya mohon kesediaan anda sebagai bagian dari keluarga pasien. Permisi," ucap dr. Miley usai memeriksa kondisi Mona. Ia menjelaskan hal itu secara langsung pada putra dari pasien dengan penuh ketegasan. Arsaka merasa berdosa telah melakukan hal ini pada ibunya. Ia merasa telah menjadi putra yang begitu tega menyengsarakan hati wanita paruh baya yang amat disayanginya. Ia pun mengangguk paham walau amat pelan.Dr. Miley dan beberapa perawat yang baru saja memeriksa kondisi Mona pun keluar meninggalkan Arsaka. Arsaka terdiam sejenak. Ia terus memikirkan apa yang terakhir kali ibunya katakan sebelum tak sadarkan diri. Kata-kata itu terus terngiang dalam ingatan. Ia terus menyalahkan diri. Tiba-tiba…Seseorang mengetuk pintu. Arsaka memalingkan wajahnya ke sana. Ia
Baca selengkapnya
Sarapan Bersama Banyu
"Sepertinya Den Saka sudah bisa menebak ke arah mana pembicaraan kita saat ini," kata Yadi berusaha bersikap tenang. Sepertinya efek dari kecelakaan yang ia alami membuatnya menjadi pribadi yang lebih sabar dalam menyikapi segala hal. Termasuk berbincang serius dengan anak majikannya tersebut."Aku tahu, Pak. Mata Bapak tidak bisa berbohong," renung Arsaka, kilatan di matanya semakin jelas kentara di dalam indera penglihatan pria yang berdiri di sampingnya.Arsaka terdiam. Ia memikirkan setiap kata yang terucap jelas dari bibir ibunya beberapa saat lalu. Salah satu sudut bibirnya terangkat. Ia menertawakan dirinya sendiri saat ini. Entah kenapa ia merasa jalan hidupnya begitu berliku-liku seperti jalanan yang tak kunjung usai dan terjal. Ia mendongak ke atas, menatap awan yang berarak dan berkejaran di langit biru. "Katakan Pak Yadi! Aku akan mendengar apa yang ingin bapak sampaikan padaku. Dan bapak tenang saja, aku bisa menerima masukan dari pak Yadi. Jadi, tolong jangan bersikap
Baca selengkapnya
Pamit
Selama beberapa saat, suara musik di ruko bubur ayam menyelimuti mereka. Musik meredam rasa yang ada di hati masing-masing. Kenapa musik yang dipilih harus berbau melow seperti ini?Aih!Banyu kembali menatap Tantri dan tersenyum manis. Sensasi seperti ledakan kupu-kupu terasa di dada Tantri. Gadis itu merasakan sensasi aneh yang diam-diam menyergap ke dalam relung jiwanya saat ini. Lagi-lagi Banyu tersenyum dan tak segera buka suara, Tantri merasa tak sabar dengan apa yang akan disampaikan pemuda itu padanya. "Ada apa sih Mas Banyu? Kamu kenapa? Dari tadi senyam-senyum nggak jelas kayak gitu. Ada apa? Mas mau ngomong apa sebenarnya?" desak Tantri yang sudah tak sabar. Ia benar-benar terlihat menggemaskan di mata Banyu. Banyu tersenyum tipis. Ia pun menghela napas panjang sebelum berujar serius. Tapi belum sempat Banyu mengatakan apa yang ada di kepalanya, Tantri sudah memberengut kepadanya. "Mas nih senyam-senyum nggak jelas kayak gitu dari tadi? Mau daftar jadi bintang iklan?
Baca selengkapnya
TKI?
Bukan tawa yang Banyu dapatkan dari gadis cantik di hadapannya. Ia bermaksud bercanda tapi sepertinya ia salah waktu dan tempat. Banyu merubah ekspresinya dengan cepat. Ia tak mau membuat Tantri salah paham pada ucapannya barusan. "Maaf ya, aku cuma bercanda. Begini aku–," ucap Banyu perlahan agar tak membuat Tantri marah kepadanya. Ia tak mau terlibat masalah dengan gadis cantik itu."Aku tanya Mas mau ke mana. Udah dijawab aja, Mas. Nggak usah bertele-tele," tegas Tantri yang mulai tampak emosi.Banyu mencoba meredam emosi di benak Tantri dengan menggapai pergelangan tangan gadis itu agar tetap tinggal di tempat duduknya. Tantri hendak beranjak dari posisinya dan ingin meninggalkan Banyu. Tapi hal itu tak terjadi karena kecepatan tangan Banyu yang segera mencegah kepergian Tantri. "Jangan pergi! Mas mungkin udah kelewatan bercandanya sama kamu. Oke, oke, Mas bakal jelasin sejelas-jelasnya. Kamu jangan marah, ya," bujuk Banyu sekuat tenaga. Tantri melepaskan cengkeraman tangan B
Baca selengkapnya
Tantri Menangis, Arjuna Salah Paham
"Tantri!" pekik seseorang tepat di sebelah Tantri.Tantri tampak terkejut ketika menyadari seseorang berada di dekatnya. Amat sangat dekat. Sandra memicingkan mata ke arahnya. Tantri mendadak kikuk."Kamu kenapa, sih? Pak Juna tadi manggil kamu bolak-balik tapi kamunya malah diam aja? Kamu ngelamun, kan? Kamu nggak lagi ngerjain tugas dari pak Juna kan?" tebak Sandra, senior di tempat kerjanya. Tantri tersenyum malu dan sungkan. Ia menggeleng-geleng dan tidak berhasil menahan bibirnya untuk berkedut. Sandra menoleh ke belakang. Memastikan semua aman terkendali. "Kamu mikirin apa, sih? Untung aja aku bisa bohongin Pak Juna supaya nggak datangin kamu. Sekarang kamu jawab jujur, kamu kenapa? Lagi berantem sama pacar kamu? Cowok yang tadi pagi itu? Dia pacar kamu?" kejar Sandra yang sangat cerewet melebihi dirinya. Sekali lagi Tantri menggeleng. Ia tak sanggup berkata-kata. Hanya air mata yang merembes keluar dari kedua matanya. Ia tak kuasa menahan semua luka yang menghinggapi hati
Baca selengkapnya
Target Sudah Sampai Di Rumah
"Ini nggak seperti yang terlihat, Pak Juna! S-saya… saya nggak sengaja banyak nanya sama Tantri. Saya nggak berniat sedikit pun membuat dia sedih seperti ini, Pak," kata Sandra mencoba beralasan. Arjuna mendekati keduanya. Ia tampak tak percaya begitu saja dengan kata-kata yang keluar dari bibir Sandra. Bisa saja kan kalau dia tidak datang kemari, Sandra melakukan hal aneh pada Tantri. Mungkin saja Sandra telah mengintimidasi gadis cantik itu karena iri atau seperti cerita yang pernah didengar olehnya. Senior yang sedang membully juniornya."Kamu apain Tantri sebenarnya, Sandra? Saya nggak percaya kalau dia nangis hanya karena mendengar pertanyaan dari kamu. Kamu pasti ancam dia, kan? Atau kamu melakukan kontak fisik dengannya?" serang Arjuna pada Sandra. "Sumpah mati, Pak Juna! Saya nggak bohong. Saya nggak ngapa-ngapain Tantri. Saya cuma nanya. Tapi pertanyaan saya banyak. Mungkin itu yang buat Tantri jadi nangis seperti ini, Pak," alibi Sandra yang tetep kekeuh tak mau disalahkan
Baca selengkapnya
Mencuri Dengar
Arsaka menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk menemui sang ibu. Ia ingin berpamitan dan pergi untuk mengunjungi suatu tempat. Pria tampan itu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tapi tak juga ia menemukan keberadaan ibunya. "Mama di mana, sih?" gumam Arsaka yang sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa penasaran. Ia pun berinisiatif menuju taman belakang, siapa tahu sang ibu berada di sana. Arsaka terlihat santai mencari Mona. Sebelum mencapai tujuan, ponselnya ia setel agar tak menimbulkan bunyi selama ia pergi sesaat lagi. Setelah ponselnya telah berada dalam mode getar, ia pun mengantongi benda pipih canggih itu ke dalam saku jaketnya. Saat ini pria tampan itu mengenakan pakaian santai bukan setelan jas mahal yang biasa ia kenakan. Ia tampak semakin menawan dan pastinya dapat meluluhkan hati wanita mana pun yang ia inginkan.Tapi bukan untuk alasan itu ia berpakaian santai seperti ini. Ia memiliki misi tertentu. "Nyonya, kenapa malah melamun di sini?
Baca selengkapnya
Jadi Ini Sifat Aslinya?
Mbok Sum terdiam. Ia tak boleh asal menjawab pertanyaan sang nyonya rumah. Ia tahu kegelisahan terlihat jelas di wajah Mona saat ini. Mbok Sum tidak ingin sang nyonya semakin bersedih. "Nyonya Mona, yang tahu baik atau tidaknya hanya Nyonya saja. Saya tidak berani ikut campur. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nyonya dan Den Saka. Jujur saya tidak berani asal memberi saran, Nyonya," ungkap Mbok Sum canggung. "Kenapa tidak berani? Saya sudah mempersilakan Mbok untuk mengutarakan apa yang ada di pikiran Mbok pada saya. Katakan saja Mbok," paksa Mona pada wanita yang lebih tua jauh darinya. Mbok Sum tampak bingung. Ia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya. "Kalau menurut saya, lebih baik Nyonya katakan semuanya pada Den Saka. Sejelas-jelasnya. Agar di kemudian hari tidak ada pihak yang meracuni pikirannya. Lebih baik Den Saka mendengar langsung dari Nyonya, daripada orang lain. Saya yakin Den Saka pun ingin tahu apa yang membuat Nyonya tidak menyukai Nona Aleta dan malah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status