Semua Bab SIMBIOSIS: Bab 21 - Bab 30
94 Bab
21. Bukan sengaja
Andra duduk di depan ruang IGD dengan perasaan yang kacau balau. Untuk kedua kalinya ia melihat seseorang bersimbah darah seperti itu. Sebenarnya dahulu ia ingin menjadi seorang dokter, tapi sejak pertama kalinya ia melihat pemandangan mengerikan seperti itu, ia mengurungkan niatnya. Alhasil kuliahnya selama bertahun-tahun di fakultas kedokteran itu menjadi sia-sia. Kini ia hanya menjadi seorang guru di bidang pengetahuan alam.Terdengar langkah kaki yang cukup ribut mulai menghampirinya. Andra melihat kedua orang tua Eva berjalan tergopoh-gopoh. Andra bangun dari tempat duduknya, lalu menghampiri mertuanya tersebut. Namun Linda langsung menamparnya cukup keras. Hal itu membuat Andra mematung di tempatnya. Bukan karena sakit, tapi ia sangat terkejut."Apa kamu sama sekali tidak mencintai anak saya?!" bentak Linda cukup keras.Hendri mengusap bahu istrinya itu. "Tenang, Bu. Kita sedang di rumah sakit."Linda menggelengkan kepalanya.
Baca selengkapnya
22. Hampir pecah
"Sayang, kenapa kamu lama datangnya?"Andra tersenyum tipis pada seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut. Wanita itu langsung menghambur ke arah Andra dengan bahagia. Lalu ia memeluk tubuh Andra begitu erat. Anehnya, pria yang dipeluknya itu sama sekali tidak memberi respon apa-apa. Pria itu hanya diam di tempatnya dengan tatapan lurus. Wanita itu nampaknya mulai merasa geram, ia menarik tubuh Andra untuk duduk di sofa yang ada di dekatnya."Kamu kenapa?" tanya wanita itu lagi.Andra mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Bagaimana bisa ia menemui wanita lain setelah menikah. Tapi begitu hati, ia selalu mengalahkan akal sehat. Andra masih memiliki perasaan pada wanita yang ada di sampingnya saat ini. Wanita itu menggenggam jemarinya dengan lembut."Kamu ga rindu sama aku?" tanya wanita itu."Reina ...," lirih Andra dengan kepala yang menunduk lemah.
Baca selengkapnya
23. Hantu
Sesuai ucapan Andra, hari ini Eva sudah bisa pulang ke rumah. Ia merebahkan tubuhnya di sofa. Sedangkan Andra masuk ke dalam kamar untuk merapikan tempat tidur. Selama di perjalanan pulang, pria itu terus saja memaksa Eva untuk segera istirahat begitu tiba di rumah. Bahkan ia sampai rela merapikan tempat tidur untuk istrinya tersebut."Andra, kamu kesurupan ya?" teriak Eva dari ruang tamu."Memangnya ada hantu yang mau masuk ke tubuh saya?" balas Andra dari dalam kamar.Eva tertawa cukup keras mendengar jawaban dari suaminya tersebut. Entah mengapa ia mendadak lupa dengan semua rasa sakit saat mengetahui bahwa ada wanita lain di hidup Andra. Padahal sebelumnya ia sampai terpancing dengan ucapan kedua sahabatnya yang merekomendasikan mereka untuk bercerai.Eva memejamkan kedua matanya. Sesekali ia menarik dan menghembuskan napasnya secara bergantian. Namun baru sebentar merasa nyaman, tubuhnya tiba-tiba terangkat. Ia langsung membuk
Baca selengkapnya
24. Cemburu
Cahaya matahari di siang hari begitu menyengat. Eva memaksa keluar karena perutnya terasa sakit. Entah sudah berapa lama ia menunggu Andra pulang, namun sama sekali tidak ada tanda kehadiran dari pria tersebut. Akhirnya dalam kondisi yang masih belum sepenuhnya pulih itu, Eva berjalan menuju penjual nasi padang yang ada di dekat parkiran. Sebelumnya Eva benar-benar memilih makanannya secara cermat, tapi sejak tinggal di sini ia sama sekali tidak memilih makanan.Setelah memesan, Eva duduk di salah satu kursi yang kosong. Ia menunggu pesanannya tiba sambil menyapukan pandangannya ke arah warung nasi padang tersebut. Suasanya begitu santai hingga membuat Eva merasa nyaman. Tapi semuanya mendadak berantakan saat seorang pria berpakaian robek-robek duduk di sampingnya. Pria itu terus menatap Eva dengan sorot tajamnya. Lalu pria itu menengadahkan sebelah tangannya."Punya uang ga?" kata pria itu.Eva menoleh dengan takut, lalu menggelengkan kepalany
Baca selengkapnya
25. Dua pilihan mutlak
Senyum Eva tak kunjung luntur sejak mendengar ucapan Andra. Ia merasa hubungannya dengan suaminya itu akan berjalan lancar karena pria itu sudah mulai menyukainya. Ia menatap dirinya di cermin kamar mandi, wajahnya terlihat berseri-seri. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa jutaan kupu-kupu menghiasi harinya. Tentu saja, karena sebelumnya Eva tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Padahal ia mengira akan selamanya hidup sendiri. Tapi siapa sangka, ia malah dipertemukan dengan pria semacam Andra."Eva, cepat. Saya juga mau ke kamar mandi," kata Andra dari luar.Eva mengerucutkan bibirnya. Baru saja ia memikirkan sesuatu yang baik tentang suaminya itu. Semuanya langsung dihancurkan dengan kalimat dingin tersebut. Eva menyambar handuk dan mengusap wajahnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan wajah masam."Makanya bangun tuh yang pagi!" kata Eva dengan ketus.Andra menatap Eva dengan sorot tajamnya. Ia melipat kedua ta
Baca selengkapnya
26. Dari hati ke hati
Eva mendecak sebal karena panggilan ke sepuluhnya tak juga diterima. Padahal saat ini ia tengah menunggu Andra di depan tempatnya bekerja. Akhirnya ia bertekad untuk masuk ke dalam. Ia melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah yang sudah cukup sepi. Tidak lagi terdengar adanya suara keributan dari murid di sana. Lalu ia melihat seseorang pria yang tidak asing. Ia segera menghampiri pria tersebut."Fan!" panggil Eva.Erfan menoleh, ia sempat terkejut. Namun ia langsung tersenyum lebar. "Loh, Eva? Kok ada di sini?"Eva tersenyum tipis. "Saya mau cari Andra."Erfan mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. "Andra masih di kelas, Va.""Loh? Bukannya sudah jam pulang?" tanya Eva.Erfan maju satu langkah mendekat ke Eva, lalu ia membisikkan sesuatu. "Andra dari tadi pagi aneh banget, Va."Eva mengernyitkan dahinya. "Aneh bagaimana?""Andra lagi PMS," gumam Erfan.S
Baca selengkapnya
27. Tergelincir
Setelah kejadian semalam, Eva masih tetap bungkam. Ia sengaja bangun lebih lambat agar Andra pergi lebih dulu. Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Eva langsung bangun dari tempat tidurnya. Ia melihat jam yang baru menunjukkan pukul 6 pagi. Ia segera bergegas merapikan dirinya yang masih seperti singa tersebut. Ia cukup menghabiskan banyak waktu berkutat di kamar mandi. Setelah keluar, alarmnya berbunyi sangat keras. Itu menandakan waktu sudah tepat setengah tujuh. Tidak disangka ia menghabiskan waktu setengah jam di kamar mandi. Ia menghambur ke kamar tanpa mengunci pintu.Saat tengah asik mengenakan pakaian, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Eva terbelalak kaget, ia bergegas menutup pintu kamar. Namun pintu itu tertahan oleh sesuatu. Ia menundukkan kepalanya, ternyata ada ujung sepatu yang menahan pintu. Lalu nampak wajah Andra yang begitu dingin dari celah pintu."Kamu menghindari saya?" tanya Andra.Eva menggeleng cepat.
Baca selengkapnya
28. Aksi nekat
Nuri dan Bambang sudah tiba di depan unit Andra. Berulang kali Nuri menekan tombol untuk bisa masuk ke dalam unit tersebut. Bambang sudah memerintahkan istrinya untuk berhenti, namun istrinya itu bersikeras ingin masuk dan melihat kondisi tempat tinggal putranya."Kamu tidak punya kartu akses?" tanya Bambang.Nuri menggeleng lemah. Waktu itu ia sempat punya satu kartu akses, tapi entah sejak kapan kartu itu menghilang. Ia berharap kartu yang menjadi akses masuk ke unit Andra itu hilang di rumahnya. Jika hilang di luar rumah, bisa saja ada orang jahat yang menyelinap masuk."Apa kita hubungi Eva?" usul Bambang.Nuri menggelengkan kepalanya lagi. "Eva pasti sedang bekerja sekarang."Bambang mengangguk pelan. "Benar juga. Lalu bagaimana cara kita masuk ke dalam?"Nuri mengedikkan bahunya. "Aku coba lagi deh.""Coba tanggal pernikahannya," kata Bambang."Sudah aku coba, tapi salah," j
Baca selengkapnya
29. Kritis
Robi mengamati kondisi Eva yang masih kritis. Untung saja saat kejadian, ia sedang berada di sekitar sana. Jika tidak, mungkin saja Eva sudah mati mengenaskan karena tidak ada yang menolongnya. Sebenarnya ia ingin menghubungi keluarga Eva, tapi ia tidak tahu kontak mereka. Ia juga tidak menemukan ponsel atau pun dompet milik wanita tersebut. Entah apa yang terjadi, semuanya terasa seperti janggal. Ia sempat berpikir kalau Eva dirampok. Tapi menurut saksi mata, Eva menjatuhkan dirinya dari metromini karena tidak mau membayar jatah preman.Robi memutuskan untuk pergi ke apartemen yang pernah ia datangi. Saat itu ia berhasil bertemu dengan Eva, walau tidak berjalan lancar. Ia menghampiri suster yang baru keluar dari ruang rawat Eva."Suster, tolong hubungi saya jika pasien di ruangan ini sudah sadarkan diri," kata Robi.Suster itu mengangguk. "Baik, Pak."Selepas kepergian suster itu, Robi mengambil ponselnya. Ia menatap wajahnya di layar ponsel dengan bingu
Baca selengkapnya
30. Kecemasan Andra
"Saya ada di mana?"Dokter dan suster yang ada di dalam ruangan sangat terkejut saat melihat Eva yang sudah sadarkan diri. Padahal berdasarkan perkiraan, Eva batu bisa sadar dalam waktu satu minggu karena cedera di kepalanya. Suster yang dititipkan pesan oleh Robi langsung menghubungi nomor yang tertera untuk memberitahukan kondisi Eva saat ini. Tapi belum juga bisa menghubungi nomor tersebut. Akhirnya ia berhenti menghubungi, lalu berpindah ke menu pesan."Saya sudah mengirimkan pesan pada walinya," kata suster tersebut."Apakah wali pasiennya belum bisa dihubungi?" tanya dokter tersebut.Suster itu menggeleng pelan. "Belum, Dok."Dokter itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. Lalu ia beralih pada Eva yang terlihat setengah sadar. Dahinya berkerut memandangi keadaan sekitarnya.Eva menatap dokter itu dengan bingung. "Saya di rumah sakit?""Iya Eva. Kamu mengalami kecelakaan," jawab dokter tersebut."Ke-kecelakaan?" tanya Ev
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status