All Chapters of Mantan Istri: Chapter 111 - Chapter 120
186 Chapters
Penolakan
Intan dan Baskoro duduk di bangku belakang sementara pak Joko mengemudi dengan tenang."Pak Darmawan adalah salah seorang staf keuangan di perusahaan Tuan Abraham. Karena istrinya kehilangan bayinya ketika melahirkan, Pak Darmawan bersedia menerima penawaran Tuan Abraham ketika itu."Pak Joko menceritakan kronologis kejadian bagaimana Indra bisa dirawat Pak Darmawan. "Bu Darmawan memberikan ASI nya, jadi mereka merasa Indra adalah benar-benar putra mereka sendiri.""Bagaimana Indra bisa tahu bahwa Pak Darmawan bukan ayahnya?" tanya Intan."Tuan Abraham menemuinya setahun yang lalu karena merasa ingin tahu bagaimana rupa bocah itu. Dan ternyata, Indra seorang anak yang berprestasi dan aktif dalam dunia olahraga.""Ayah jadi menyesal?"Pak Joko diam, ungkapan itu bukan haknya untuk menjawab."Ah, ya. Pasti ayah menyesali bukan. Indra akan ke Bangkok dan mempunyai potensi untuk mengharumkan nama bangsa, Ayah pasti.menyesali mengabaikan p
Read more
Kecewa
Intan tercengang melihat seorang remaja pria bertubuh tinggi tegap. Wajahnya sangat tampan dan bersinar. Ia tak terkejut dengan ucapan bocah itu, tapi ia terkejut dengan aura wajah yang sangat tampan. Ya! Adiknya sangat tampan. Dia sangat mirip dengan Anita yang cantik sempurna. "Pergilah! Jangan datang mengganggu kehidupan kami yang sudah tenang.!" "Indra, apa salahnya kamu menambah kerabat. Dia adalah kakak perempuanmu, setidaknya bersikaplah yang baik," Pak Darmawan menyentuh bahu Indra. "Tapi, Yah. Mereka telah membuang ku sejak bayi, untuk apa sekarang mencariku?" "Maaf, aku harus mengatakan ini. Aku tak tahu apakah ini akan mengubahnya atau tidak. Akan tetapi, kau tak bisa mengabaikannya yang seharusnya." "Kau bisa seenaknya bicara karena hidupmu lebih enak dariku bukan?!" "Apakah kau mengatakan hidupmu ya tak enak bersama dua orang yang selalu menyayangimu?" "Bukan begitu! Kau diakui sejak lahir, dan aku dianggap sampah!
Read more
Perbaikan
Abraham menjenguk Anita di ruang perawatan pasca operasi. Ia melihat wanita itu duduk melamun di ranjang rumah sakit seorang diri. Pakaian rumah sakit membuatnya semakin tampak menyedihkan.Iapun masuk dan memberikan beberapa jenis buah dan makanan sehat untuknya. "Kau baik-baik saja?" tanya Abraham menatap Anita yang sedang termenung.Anita melihatnya sekilas, lalu melihat ke sisi yang lain, jauh menerawang keluar jendela rumah sakit. Rautnya dingin tak berekspresi. Seolah ada sesuatu yang ia pikirkan begitu mendalam. "Apa yang akan kau lakukan kalau akau mati? Kau pasti berharap aku mati lebih cepat. Sementara putraku terlanjur membenciku," lirih Anita yang cukup jelas didengar Abraham. "Siapa yang mengharapkanmu mati? Kami semua berharap kamu sehat kembali, untuk itulah pengobatan ini kita lakukan." Anita mencelos. "Aku tahu kau tak ikhlas melakukannya, kau selalu berbuat semaumu tanpa aku men
Read more
Ibu
Indra memalingkan wajahnya ke asal suara. Ia mendapatkan seorang wanita dengan pakaian serba putih berada di sana."Indra?" Perawat itu melebarkan matanya karena terkejut, dan Indra tak kalah terkejut."Mellisa?" ucapnya spontan.Mereka sama-sama terkejut karena tak menyangka akan dipertemukan setelah tiga tahun berlaku."Apa yang kau lakukan di sini? Kau mengenal bibi Anita ini?" tanya Mellisa kemudian.Indra bingung mau menjawab apa. Meskipun mengenal hanya dari alamat yang diberikan Intan, Indra belum yakin kalau wanita itu ibunya. Dan tentu saja mereka belum benar-benar saling mengenal. Ia hanya tahu dari badge yang terpasang di tempat tidur rumah sakit."Kau sudah bekerja? Atau...," Indra mengalihkan pembicaraan."Ouh, aku sedang magang. Kebetulan jam istirahat, mau ke kantin bersamaku?"Indra melirik sebentar ke Anita yang masih tetap terlelap. Ide yang bagus karena kalau mengobrol bisa mengganggu pasien yang sedang istirahat
Read more
Pertemuan
##Author; maaf kalau agak mellow, siapin tissue ya...Setelah itu jangan lupa Vote biar nggak terlalu sedih...he he.##*"Ibu..., aku Indra Bu...," lirihnya lagi. Wanita itu menatap Indra dengan tatapan penuh harap. Bagaimanapun ia memang sedang menunggu sosok yang sangat ia rindukan, apakah bayi merah itu telah sebesar ini? Matanya tak berkedip mengamati pemuda tampan di hadapannya."Indra? Mungkinkah kau adalah Indra putraku?" Anita mencoba memercayai penglihatannya. "Apakah ini mimpi, ataukah aku dalam keadaan tak sadarkan diri?" Anita menoleh kesana kemari, ia benar-benar dalam kamar yang sama, menunjukkan ini bukanlah mimpi.Tangan Anita bergetar, meraih wajah Indra perlahan. "Kau bukan mimpi? Kau Indra?"Indra mengangguk, air matanya pun meleleh tak henti melihat bagaimana ibunya menatapnya tak percaya.Jemari Anita terus menyusuri pola wajah Indra yang membeku. "Ini nyata?" Anita terus meracau, lalu ia memeluk Indra dengan erat. "Indra
Read more
Ayahku
Indra menggenggam tangan yang kemarin ia gunakan untuk menggenggam tangan ibunya dan iapun tersenyum bahagia mengingat momen mengharukan tersebut. Ia melangkah dengan hati riang dan seolah tubuhnya menjadi ringan. Ia bertekad untuk menang dalam turnamen basket di Thailand demi ibunya tersenyum bahagia.Iapun sedang berjalan hendak menemui temannya di klub bola basket. Ternyata mereka memang berada di tepi lapangan sembari minum dan mengobrol."Ayo semangat, sebentar lagi turnamen berlangsung, kita tak boleh membuat malu nama negri kita," celotehnya di hadapan teman-temannya.Akan tetapi semua teman Indra malah menatapnya heran. Mereka berkumpul mengerumuni Indra dengan tatapan menusuk."Kenapa kalian menatapku begitu? Aku serius sekarang ini, atau kalian mau berangkat tanpa aku ya? Ayolah jangan begitu dong, aku juga mau terkenal seperti kalian," Indra terus mengoceh."Jadi, apa maumu sekarang? Ha?" tantang seorang temannya dengan emosi. Selama ini
Read more
Tak Adil
Mereka merasa cemas menunggu di depan pintu sebuah ruangan operasi di  rumah sakit. Terutama Abraham dan Indra. Mereka terlihat sangat gelisah. Hal itu dikarenakan Anita menjalani operasi di dalam ruangan tersebut. Mereka sangat bersyukur, pertemuan Anita dengan putranya membuat fisik Anita jauh lebih baik.Saat ini Intan merasa aneh dengan gelagat ayahnya yang sebentar-sebentar menyeka keringat di dahinya. Padahal selama ini ayahnya terlihat sangat tenang dan tegar.Di sudut lain Indra tak hentinya merapalkan do'a, seakan ia seorang pertapa di sebuah gunung. "Ck, kukira lelaki itu nggak bakal ketakutan kalau keluarganya lagi di operasi," gerutunya yang sempat didengar Baskoro."Ayahmu pasti pernah mengalami trauma. Lihat saja, dia seperti orang mabuk kendaraan," Baskoro berkomentar. "Dan apa yang kamu pikirkan soal lelaki memang tak sepenuhnya benar, meskipun tubuhnya kuat, hatinya juga lembut.""Lembut? Kau tak selembut itu rasanya."
Read more
Dibalik Senyum Mellisa
Anita mulai siuman pasca operasi. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia menguatkan dirinya untuk meredam rasa sakit yang membuatnya sedikit putus asa."Intan...kaukah di sana...," Anita menyebut Intan, ia ingin Intan berada di sampingnya untuk mendampingi dirinya.Intan segera bangkit menghampiri, menggenggam tangan Anita yang mencengkeram tepian tempat tidur mengurangi rasa sakitnya."Bibi, aku di sini. Aku ada di sampingmu," lirih Intan.Anita mulai merasakan lebih ringan dan berkurang rasa sakitnya, sehingga ia membuka matanya dan melihat kesekelilingnya."Apakah operasi berjalan lancar?" tanya Anita pada Intan."Benar bibi, semua berjalan lancar. Bibi Anita pasti akan sehat seperti sediakala."Indra mendekati Anita dan Intan. Ia yang paling cemas semenjak operasi berlangsung."Ibu, aku Indra, apa ibu baik-baik saja sekarang?" Indra sedikit sedih karena justru Intan yang ibunya ingat pertama kali."Indra, kau putrak
Read more
Jatuh Cinta
Melissa memeriksa jahitan di perut Anita dengan telaten. Bahkan Indra tak berkedip melihat bagaimana Mellisa membersihkan bekas jahitan tersebut, lalu Mellisa mengganti pakaian Anita dan juga merapikan tempat tidurnya.Sebenarnya, "Kau sangat terampil melakukan perawatan buat pasien," Indra berkomentar."Ini sudah tugasku hampir setiap hari, membersihkan luka dan juga pasien, aku sudah terbiasa," jawab Mellisa."By the way, terima kasih ya sudah banyak membantu ibuku menjalani perawatan ini," ujarnya.Mellisa menautkan alisnya. "Ibumu? Tapi, bukankah ibumu adalah bu Darmawan?" Melissa terkejut, karena ia tak menyangka kalau pasien tersebut adalah ibunya.Anita yang mendengar itu menjadi terharu dan berbunga -bunga. Ia sangat senang bahwa kenyataannya sekarang dirinya adalah seorang ibu."Ehmm, maaf saya nggak tahu, Bu." Mellisa meminta maaf pada Anita."Tak mengapa, itu cuma kesalahan fahaman kecil. Aku malah senang karena te
Read more
Aku akan Menikahimu
"Baiklah, ayah akan menemui Anita dan mengucapkan selamat karena sudah melewati masa kritis ini." Pria itu menghela napas berat, ia sedikit trauma kalau-kalau Anita tidak menerima kembali dirinya. Ia akan menemui untuk melamarnya, demi Indra.Selain itu ia akan menebus kesalahannya yang lalu. Ia tak yakin apakah dalam hal ini Anita akan menerimanya.Setidaknya setiap masalah seperti benang kusut, kini mulai terurai satu persatu. Masalah Anita, masalah putrinya, masalah Indra putranya mulai terselesaikan dengan baik. Abraham merasa lega karenanya.*Melissa termenung di sebuah kafe di dekat rumah sakit. Ia sedang memikirkan perjodohan yang ayahnya dan teman ayahnya lakukan untuknya. Perjodohan itu sangat membuatnya kesal bukan main.  Bagaimanapun ia tak bisa menerima pria itu menjadi suaminya. Ia baru menyadari keberadaan dirinya di rumah sakit besar ini adalah bantuan dari teman ayahnya itu. Dokter Andi adalah dokter tampan dan ba
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status