All Chapters of Broken Vessel: Chapter 71 - Chapter 80
152 Chapters
Chapter 71
Layla mengikuti sandiwara ini dengan baik. Dia tidak melakukan gerakan sedikit pun agar pisau yang kuarahkan ke lehernya tidak melukai dia.Kujauhkan senjata tajam ini beberapa centimeter dari lehernya untuk memberikan ruang baginya sedangkan lengan kiriku masih mengunci lehernya dengan erat."Kalau kamu mau ikut denganku, anggukkan kepalamu. Kalau tidak mau, gelengkan kepalamu," bisikku pada telinga kanannya dan tetap menatap tajam ke dua orang yang berdiri beberapa belas meter di depan kami.Layla menggelengkan kepalanya menjawab pilihan yang kuberikan kepadanya. Kuhembuskan napas pasrah setelah mendapatkan jawabannya.Aku tersenyum pahit. 'Pada akhirnya kamu tetap memilih untuk tetap tinggal di tempat ini.'Kedua personel pasukan elit tersentak kaget saat melihatku tiba-tiba tersenyum seperti ini, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa karena takut aku akan langsung menyerang Layla.Aku membuka mulutku untuk berbicara dengan kedua orang it
Read more
Chapter 72
Beberapa menit telah berlalu sejak aku berhasil keluar dari area Istana Putih walau aku terpaksa harus melukai beberapa personel pasukan elit yang menghalangi jalanku. Bunyi sirene terdengar setiap menitnya. Mobil-mobil milik Custodia dan pasukan elit dikerahkan untuk mencari aku. Suasana ini mengingatkanku pada saat aku dan Layla kabur dari Ibu Kota untuk pertama kalinya. Aku membalikkan badanku dari balkon yang berada di lantai 3 ini karena sudah cukup melihat kondisi jalanan di bawah yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang mencariku. Tampak seorang pemuda yang tampak beberapa tahun lebih muda dariku berdiri tak jauh dariku. Dia bersandar pada bingkai pintu dan menyilangkan tangannya di dada. "Kenapa kamu menolongku?" tanyaku kepada pemuda itu. Dia adalah orang yang membantuku kabur dari Istana Putih. Dilihat dari seragam biru navy yang dia kenakan, sudah jelas dia merupakan personel pasukan elit negara. Lalu kenapa dia menolongku? Aku pu
Read more
Chapter 73
Tiba-tiba aku terlempar keluar dari portal itu ke tempat yang tidak kuketahui. Sesuatu yang keras mengenai punggung dan kepalaku begitu dilempar keluar dari portal itu.Aku meringis kesakitan karena benturan yang cukup kuat itu. Kulihat portal yang membawaku ke tempat ini mengecil dan menghilang dari pandanganku."Apa-apaan ini ...?" heranku yang tidak tahu kenapa aku dibawa ke sini dan dimana ini. Kulihat ke sekelilingku yang kelihatannya seperti ruang keluarga.Ruangan yang tampak biasa saja dengan perabotan ruang keluarga pada umumnya, yakni sofa, meja, kursi, kabinet, televisi, dan dekorasi dinding yang tidak begitu ramai.Aku bangkit berdiri dari posisiku yang duduk berselonjor di lantai. Kurasakan rasa sakit pada punggung dan ubun-ubun kepalaku masih belum hilang juga."Sial, apa aku diculik? Siapa pula yang berani menculik orang yang sudah menyerang 2 orang anggota Quattor sepertiku?" gumamku sambil memperhatikan sekelilingku untuk mencari j
Read more
Chapter 74
Terdengar bunyi langkah kaki dari belakangku. Mataku terbuka lebar karena kaget, tidak menyangka ada orang lain di apartment ini. 'Bagaimana bisa ada orang lain di tempat ini? Padahal aku tidak mendengarkan bunyi pintu dibuka!'Sontak aku langsung membalikkan badanku untuk melihat siapa yang membuat bunyi itu. Tampak seorang pemuda yang kelihatan lebih muda beberapa tahun dariku, sepertinya dia berusia 18 tahun. Di samping itu, pakaian yang dia kenakan membuatku lebih kaget lagi.Kulihat penampilannya dari atas ke bawah. Pemuda itu mengenakan seragam biru navy yang khas. Lencana lambang negara juga terpasang pada bajunya. 'Itu ... seragam pasukan elit negara?!'Aku langsung memasang kuda-kuda siaga terhadap pemuda itu. 'Kalau dia bisa tiba-tiba muncul di dalam ruangan ini, kemungkinan besar dia adalah orang yang membawaku ke sini.'"Apa maumu?" tanyaku dengan tajam dan tanpa basa-basi.Dia hanya menatapku tanpa mengatakan apa-apa. Tak lama kemudian
Read more
Chapter 75
Akhirnya dia menjawab pertanyaanku dengan serius. "Itu karena kita mempunyai tujuan yang sama."Aku menaikkan salah satu alisku karena heran. "Tujuan yang sama?" tanyaku mengulangi frasa yang dia ucapkan. Pemuda itu menganggukkan kepalanya.Dia balik bertanya kepadaku. "Kamu mau memberontak terhadap Quattor, kan? Makanya kamu menyerang dua orang anggotanya."Aku terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Kubuka mulutku untuk menjawab pertanyaannya. "Ya, aku memang pernah berpikir untuk membalas dendam kepada pemerintah, tapi sekarang tujuanku bukan untuk balas dendam.""Tujuanku yang sekarang adalah untuk menghentikan rencana yang nanti akan mereka jalankan," lanjutku dengan penuh keyakinan dan tekad.Pemuda itu menjauh dari bingkai pintu, tempat dia bersandar. Dia melangkahkan kakinya menghampiriku.Aku tersadar jika aku sempat menurunkan pertahananku saat menjawab pertanyaannya tadi. Langsung kupasang lagi kuda-kuda bersiaga terhadapny
Read more
Chapter 76
Aku menganggukkan kepalaku mengerti. 'Sabtu malam, ya ... berarti masih ada 4 hari lagi sebelum aku bisa bertemu dengan kelompoknya.'"Oke, kalau urusan kita sudah selesai, aku akan pergi," balasku sambil memegangi pagar balkon."Kemana kamu akan pergi di saat pasukan elit negara dan Custodia mencari kamu?" tanyanya yang membuatku tersadar. 'Benar juga. Aku tidak mungkin kembali ke asrama Custodia karena sekarang aku menjadi buronan mereka.'Aku terdiam, memikirkan kemana aku harus pergi. Tiba-tiba kudengar suara jentikkan jari yang berasal dari pemuda yang berdiri di depanku. "Bagaimana kalau kamu tinggal di apartemenku?" tawarnya yang membuatku melemparkan tatapan tajam kepadanya."Kita baru saja bertemu hari ini dan kamu menawarkanku untuk tinggal di apartemenmu?" tanyaku yang dijawab dengan anggukkan kepalanya. Dia menatapku dengan memelas seperti berharap jika aku akan menerima tawarannya.Aku menghembuskan napas panjang sebelum berkata, "Kita
Read more
Chapter 77
Kukendalikan keempat pedang yang terarah ke lehernya untuk menyerangnya. Pedang-pedang itu langsung bergerak menusuk badannya. Senjata tajam itu menusuk badannya, tetapi tidak ada sedikit pun darah yang mengucur keluar dari tubuhnya.Sebuah seringaian terbentuk pada bibirnya. Dia menyeringai kepadaku membuatku menyadari ada yang aneh dengannya. Aku melangkah mundur menjauhinya hingga punggungku bersentuhan dengan pagar balkon."Hahahahaha!! Seranganmu itu tidak ada rasanya kepadaku!" serunya sambil tertawa seperti orang gila.Dia beranjak dari tempatnya berdiri dan menerjang ke arahku. Senjata-senjata yang tadi menusuknya terlepas dari tubuhnya dan tetap melayang diam di tempatnya semula.Aku melebarkan mataku saat melihat tidak ada satu pun luka yang tampak pada tubuhnya, padahal aku yakin keempat pedang itu sudah menusuk badannya.Dia melemparkan sebuah tinjuan kepadaku. Kuhindari tinjuannya dengan mengelak ke kanan lalu menyerang balik dia denga
Read more
Chapter 78
Pemuda itu menopang tubuhnya dengan kedua tangannya dan bangkit berdiri. Tidak kuberikan dia waktu untuk bersiap-siap menyerangku lagi, aku langsung menerjang ke arahnya.Kuhantam dia dengan pedang besar yang kugenggam dengan kedua tanganku. Akan tetapi, seraganku gagal melukainya karena pedangku menembus dia.Aku berdecak kesal karena seraganku tidak lagi mempan kepadanya. 'Sial, lagi-lagi dia tidak bisa diserang seperti ini ... sebenarnya bagaimana konsep kekuatannya itu?'Aku melangkah mundur menjauhinya dan memasang kuda-kuda berpedang lagi jika seandainya dia akan menyerangku. Kuperhatikan pemuda itu yang berdiri diam di tempatnya."Kalau begini apartemenku bisa hancur," gumamnya dengan nada datar."Lihat, lantai balkon ini retak semua. Bahkan pagar pun sampai berkeluk," kesalnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah kerusakan yang dibuat olehku.Aku merasa bersalah karena telah merusak properti orang, tetapi ini bukan waktunya untuk merasa be
Read more
Chapter 79
Dia menggertakkan giginya. Matanya menatap tajam ke arahku. 'Apa hanya perasaanku saja, ya? Seharusnya dia tidak bisa melihatku di tempat yang gelap gulita ini.' Pemuda itu bangkit berdiri sambil merintih kesakitan. Sepasang mata yang berwarna emas terarah tepat ke arahku. Kaki kanannya bergeser ke belakang lalu dia beranjak dari tempatnya. Dia menerjang ke arahku dengan cepat. Aku tersentak kaget melihatnya yang berlari ke arahku. 'Ini bukan perasaanku saja. Dia benar-benar bisa melihatku. Bagaimana bisa dia melihat dalam kegelapan ini?' Kuayunkan tangan kananku dari kanan ke kiri untuk menghempaskannya lagi, tetapi seranganku gagal mengenainya. Dia menembus seranganku dan berlari lurus ke arahku. Dia mengayunkan tangannya secara vertikal. Seketika itu juga, dimensi kegelapanku terbelah menjadi dua. Cahaya dari luar menyeruak masuk ke dalam ruang hampa ini. Aku berdesis dan mengernyitkan mataku akibat cahaya yang menyilaukan itu. "Apa-apaan i
Read more
Chapter 80
"Selanjutnya, aku ada di pihak ...," lanjutnya dengan menggantungkan perkataannya. Aku menaikkan salah satu alisku karena penasaran dengan jawaban lengkapnya."Fylax!" Dia langsung memutar badannya sehingga kuncian tangannya terlepas dariku. Dia membenturkan kepalanya pada kepalaku. Sontak aku langsung beranjak menjauh darinya.Aku meringis kesakitan dan memegangi keningku dengan telapak tanganku. Rasanya sakit sekali seperti dihantam dengan tongkat bisbol. "Sial ... tadi itu mendadak sekali ...," gerutuku yang dibalas dengan suara tawanya."Hahahahaha! Kamu terlalu meremehkanku. Ini akibatnya kalau meremehkan lawanmu," cela pemuda itu sambil tersenyum miring kepadaku.Aku melemparkan tatapan tajam ke arahnya dan menggertakkan gigiku. Beberapa detik kemudian, kuhembuskan napas panjang. 'Tenang, jangan terbawa emosi atau dia akan semakin kegirangan.'"Fylax ada dimana-mana, ya? Tidak hanya menyusup ke Custodia, bahkan ada yang menyusup ke pasukan el
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status