Semua Bab Suratan Takdir Sang Anak Paranormal: Bab 71 - Bab 80
90 Bab
Arisan Brondong (Tamat)
“Nguungg!”“Ngunngg!”  Terdengar sangat bising di luar peti. Telinga Dito merasa tak nyaman dengan suara itu. Akhirnya, ia membuka kedua matanya. Ia masih terjebak di dalam peti ini. Sungguh sangat menyiksa berada di dalam peti seperti ini. Suara bising itu terdengar sangat lumrah. Dito tak asing dengan suara mesin seperti itu. Ia terus menebak suara apa yang membuatnya bising itu.  “Nguunnggg!” suara itu membelah peti itu.  Ya, itu adalah gergaji besi yang biasa di pakai Dito untuk menebang kayu selama ia bekerja sebagai buruh di desanya. Matanya membulat besar. Ia tak sempat berteriak. “Crat!” darah memuncrat dari dalam peti itu. Gergaji itu tepat memotong dibagian lehernya. Di luar peti itu sudah berkumpul tujuh orang anggota Girls Squad yang menyaksikan kematian di lelaki muda itu. Mereka tak sampai hati melihat mayat itu terpotong dua bagian. Sang ajudan memindahkan peti itu di depan sebua
Baca selengkapnya
Alia yang hilang (1)
Cerita ini berawal dari seorang perempuan yang datang  ke rumah Angi untuk meminta sebuah petunjuk tentang keberadaan seorang bernama Alia.  *** Ini malam pertama Lia menempati kamar kosnya yang hanya berukuran 4 x 5m. Rumah kos itu termasuk dalam kategori rumah lama. Terlihat dari bentuk bangunan dan gerbang yang digunakan. Sepertinya rumah ini adalah bangunan asrama jaman Belanda. Harga yang ditawarkan pun tidak terlalu mahal.  Jumlah kamar yang disewakan kurang lebih 100 ruangan. Di setiap kamar para penyewa diberi fasilitas tempat tidur besi yang dialasi dengan kasur kapuk, lemari kayu berukuran sedang, dan sebuah meja rias kayu jati dengan ukiran daun di seluruh sisinya.  Jendela kamar Alia menghadap kearah belakang rumah. Beberapa pohon besar terlihat jelas jika jendela tersebut dibuka. Alia sempat mendengar bahwa bangunan ini angker. Namun Alia tidak peduli karena sejak kecil Alia sudah menyukai segala sesuatu ya
Baca selengkapnya
Alia yang hilang (2)
Di dalam kamar Alia mulai membuka beberapa buku koleksinya yang rata – rata begenre horror. Sampai akhirnya ada sebuah buku yang sama sekali tak ia kenali. Ia merasa sangat asing dengan covernya. Sebuah tangan besar mencengkram tubuh manusia berukuran kecil. “Buku siapa ini? rasanya aku tak pernah membeli ini.” Alia mulai membuka halaman demi halaman. Alia menikmati tiap kalimatnya. Ia terus membaca, sampai di halaman tengah ada sebuah mantra.  Mantra tersebut menuliskan bagaimana agar kita bisa merasakan bagaimana menikmati hidup dalam kegelapan seperti hantu – hantu yang bergentayangan. Intinya mantra itu bisa membuat kita merasakan bagaimana menjadi makhluk Ghaib.  Di situ dituliskan bahwa si pembaca mantra harus ikhlas. Tak boleh menyimpan dendam dan penyesalan. Alia mulai tertarik dengan mantra tersebut, dan ia ingin mencobanya. Alia duduk bermeditasi. Ia sedang mengosongkan hati dan pikirannya. Kemudian Alia mulai memba
Baca selengkapnya
Menguji Kesabaran
Suatu malam, tepatnya malam selasa kliwon, Angi mengunjungi tempat peraduannya bersama sang suami, Ki Slamet.  Angi tak ragu untuk melangkahkan kakinya menuju air tempuran yang terletak diantara dua sungai tepat di bawah kaki gunung merapi itu.  Angi memasuki sebuah jalan setapak dna menuruni gunung. Ia tak segan-segan untuk melangkah meskipun beberapa makhluk penunggu hutan mengganggunya. "Kau berani sekali menginjakkan kakimu di daerah kekuasaanku. Punya nyali apa kau?" suara bising itu terdengar sangat jelas di kedua gendang telinga Angi.  Angi tak menjawab apapun dari perkataan makhluk penunggu hutan itu. Ia terus berjalan dan menuju kaki gunung.  "Brak!!" Suara dahan besar tiba-tiba patah dan jatuh tepat 1 meter di depan Angi. Namun, Angi masih tidak menggubris ualh si makhluk itu. Ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.  "Tak!!" Sebuah batu mengenai tengkorak belakang kepala Angi. 
Baca selengkapnya
Siluman Pohon Raksasa
Keputusannya sudah bulat, Angi tetap melanjutkan ujian keduanya untuk mendapatkan mustika itu.  Angi tak ingin membuang kesempatan ini untuk bisa mendapatkan mustika merah yang legendaris.  Angi mulai melakukan perjalanannya tepat saat matahari mulai terbit.  Di ufuk timur terlihat warna jingga cantik yang merona membuat mata tak ingin rasanya berkedip.  Sayup-sayup suara serangga hutan mengiringi keluarnya sang matahari yang menyemburatkan cahaya kebesarannya pada alam.  Tak terelakkan indahnya suasana hutan ditengah pagi buta yang dingin dan kaku ini. Tak seperti malam hari lalu, malam yang penuh tantangan menguras tenaga dan perasaan.  Sungguh aneh makhluk-makhluk di muka bumi ini, begitu penurut dengan sang mentari. Tak ada satupun yang berani melawannya, bahkan sang iblis sekalipun. Sebelum Angi melanjutkan perjalanannya, Ki Slamet sempat berwasiat agar ujian kesabarannya jangan menjadi sia-s
Baca selengkapnya
Hantu Kepala Buntung
Masih berada di gunung kedua, Angi melangkahkan kakinya dengan penuh kepastian dan hati-hati. Ia tahu, bahwa ujian yang akan ada di hadapannya akan lebih berat dibandingkan dengan ujian sebelumnya. Kini, ia memasuki sebuah wilayah hutan belantara yang sangat padat dengan pohon-pohon besar. Para pohon itu seperti memiliki posisinya sendiri. Entah mengapa setiap Angi bergerak maju pohon-pohon tersebut seperti berpindah posisi. Hal yang sangat aneh dan sangat mengganggu tentunya, namun Angi tetap dengan pendiriannya bahwa ia tidak akan menyakiti para penunggu si gunung ini.Lalu, Angi penasaran dengan pergerakan pohon-pohon itu. Dengan reflek Angi berputar dan berdiri di hadapan para pohon itu. Benar saja, mereka memang mengikuti gerakan Angi. Angi melipat kedua tangannya dan menyimpannya di bagian depan dadanya. Ia menatap heran kenapa pohon-pohon itu sangat usil. Mungkin, bisa saja mereka menginginkan sesuatu yang ada di tubuh Angi. Tapia apa? Siapa yang ta
Baca selengkapnya
Penjaga Goa Kaki Gunung
Malam pun tiba dengan sejuta suara nyanyian ala hutan belantara.  Angi pun melanjutkan perjalanannya. Ia bahkan tak sempat untuk beristirahat.  Tubuh Angi sudah kelelahan karena tidak tidur selama 2 hari 2 malam. Keadaan tubuhnya semakin memburuk. Namun, ia tak ingin menunda perjalanan ini demi sang mustika merah. Suara gonggongan anjing hutan menghiasi gelapnya malam. Hanya sinar bulan purnama yang membantu menyinari jalan di tengah hutan belantara itu. Udara dingin menyelimuti suasana hutan. Semakin malam, para makhluk penunggu hutan semakin bermunculan.  Tak sedikit makhluk yang hadir dan ingin menantang Angi yang sedang melintasi wilayah kekuasaannya.  Angi sempat lupa, kali ini ia mengunci ilmu kanuragannya agar tak banyak makhluk yang mengincar keberadaannya.  Waktu berjalan seperti merangkak. Angi tak sabar untuk segera tiba di Gunung Kidul, tempat mustika merah itu berada.  Ket
Baca selengkapnya
Petapa Suci di Gunung Kidul
Perjalanan yang sangat menakjubkan untuk Angi yang baru saja keluar dari goa kaki gunung itu. sungguh di luar nalar manusia. Goa itu bisa menjadi jalan pintas menuju gunung kidul. Jarak yang terbentang dari puluhan kilometer yang menghubungkan beberapa gunung bahkan harus melewati lautan. Tak disangkan, kini Angi bisa memijakkan kakinya di gunung kidul. Angi teringat dengan ucapan sang tuan tabib bahwa di gunung kidul terdapat seorang petapa suci. Siapakah gerangan petapa suci itu? tidak ada yang tahu.  Angi berharap petapa suci itu bisa menunjukkan cara untuk mendapatkan mustika merah itu. mustika legendaris yang diperebutkan di dunia perdukunan. Kesempurnaan mustika itu tiada bandingannya dengan mustika yang lain. Bahkan sepasang ilmu kanuragan pun tidak bisa menandingi kesaktian seseorang yang memiliki mustika merah. Mustika yang terbuat dari berlian merah itu, berlian yang hanya 3 saja di belahan muka bumi ini. hanya orang yang berhati suci dan mampu
Baca selengkapnya
Menaklukan Sang Mustika Legendaris
Wasiat sang kakek buyut akan menjadi pedomannya selama menggunakan mustika merah legendaris itu.  Angi pun mohon izin untuk pamit kembali menunaikan tugasnya sebagai seorang paranormal.  Dengan mustika merah sudah di tangan, Angi bukan menjadi senang, bahkan menjadi sombong dengan kekuatan maha kuasa mustika itu.  Setelah menerima mustika itu, beban tanggung jawab menjadi lebih besar dari sebelumnya. Ia benar-benar harus menjaga hati, mata, pikiran dan nafsunya.  Sungguh ini lebih berat dari memikul beban 1000 ton besi. Banyak pertanyaan dalam pikiran Angi yang terus berputar di kepalanya tentang bagaimana harus menggunakan mustika ini dengan bijak.  Tunggu dulu, jangankan untuk menggunakannya bahkan untuk menyatukan diri dengan sang mustika Angi belum tau bagaimana caranya.  Kakek buyut sama sekali tidak memberikan kata kunci untuk bisa menaklukan sang mustika ini.  Harus dari mana An
Baca selengkapnya
Pemutakhiran Energi
Anak-anak semua dibedakan di tempat yang lebih kecil dan terpisah dari kedua orang tua mereka. Bahkan sesekali Angi memergoki para wanita menahan air mata dari kesedihan mereka.  Anak-anak itu seraya tunduk dengan seseorang yang berada di hadapannya. Bertubuh besar dan tinggi. Wajah menyeramkan tanpa ada nada ramah sedikitpun. Rambut panjang menghiasi pundaknya yang selebar beton.  Tentu saja, anak-anak itu tak ada yang berani merajuk, menatap laki-laki besar itu saja rasanya sudah hampir mati. Badan anak-anak itu bergetar, keringat dingin membanjiri seluruh tubuh. Air keringat menetes semakin deras dari pelipis mereka.  Lelaki bertubuh besar itu mematung dengan tatapan mata terus melirik ke seluruh penjuru ruangan.  Di sisi lain, para orang tua jompo juga memiliki tempat berdoa sendiri. Mereka berada di barisan paling depan. Para orang tua itu telrihat sudah memasrahkan diri mereka di hadapan sang dewata. Entah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status