Semua Bab Gara-gara Tunangan Posesif: Bab 31 - Bab 40
100 Bab
31. Berkunjung ke Rumah Celina
Sudah lima kali Nadia bolak-balik mengganti pakaian nya. Bara sangat menyebalkan dan posesif. "Bar! Capek yang ini ajha," rengek Nadia. Bara memperhatikan nya dari atas sampai bawah kaki Nadia, yang menutupi lutut gadis itu dan akhirnya mengangguk. Nadia menghembuskan nafas lesu. Sudah dua jam mereka memilih membuat Nadia kecapean. Kakinya kram karena kelamaan berdiri. Nadia keluar dari kamar ganti. Dress-nya akan di bungkus nanti oleh ibu Della. Nadia menghampiri Bara yang sekarang bersama seseorang. Sejak kapan dosennya ada di sana? "Pak Ryan!" cicit Nadia takut menyapanya. "Iya, Nadia. Kalian di sini juga?"  
Baca selengkapnya
32. Pesta Perusahaan yang Hampir Hancur
Semua anggota keluarga konglomerat menghadiri pesta yang diadakan oleh perusahaan Bella group. Terlihat mobil mewah berhenti di hadapan mereka semua. Dengan penampilan elegan dan dirangkul oleh sang tunangan, Nadia berjalan bersama Bara di karpet merah menuju atas panggung. Begitupun dengan kedua orang tua mereka yang mengikuti dari belakang.Suara pujian dan bisik-bisik terdengar dari para tamu yang hadir malam ini, karena melihat penampilan dua keluarga konglomerat tersebut, sangat memukai malam ini. Bahkan para reporter dan fotografer berlomba-lomba meliput dan mengambil  gambar  sebanyak-banyaknya.“Lihatlah! Mereka sangat serasi.”“Beruntungnya menjadi pasangan seorang Barata Mahendra.”“Dia pria yang sangat setia. Lihatlah! S
Baca selengkapnya
33. Pernikahan yang Benar-benar Tertunda
"Nenek! bikin Dimas malu di hadapan tante Bella. Sebenarnya Nenek mau apa, ah?!" bentak Dimas menatap tajam Tiara. "Ini juga demi masa depan kamu, Dimas. Nenek sedang berusaha agar kamu menjadi pimpinan utama di sana. Bukan hanya menjadi manager keuangan seperti sekarang ini. Gajinya tidak seberapa dan direndahkan oleh semua orang." "Dimas! Gak akan suka merampas kedudukan seseorang. Siapa yang merendahkan, Dimas? Tidak ada! Hanya Nenek yang terlalu serakah." "Dimas!" peringkat Amara. "Mama mau belain, Nenek? Ingat Ma! Kita bukan siapa-siapa di rumah ini. Nenek juga sudah dikasih semua property, almarhum kakek, kan? Terus sekarang Nenek mau menguasai perusahaan itu? Dimas gak habis pikir sama, Nenek."
Baca selengkapnya
34. Mempermalukan Mereka
Lala segera menarik tangan Nadia ketika baru sampai kampus. Mereka sekarang duduk di taman. Banyak mahasiswa yang memperhatikan Nadia, membuat Nadia sekarang menjadi selebriti sekarang, karena terlihat terkenal dan famous. “Lihat, nih!” Lala mengangkat ponselnya, memperlihatkan Nadia foto mesranya ketika berdansa semalam. Ketika pesta perusahaan. “Lo hebat!” pujian Lala kembali terdengar membuat Nadia tersenyum bangga, ingin sekali lala menggeplak kepala Nadia karena terlihat sangat sombong. “Gue cantik, kan? Iya lah. Gue kan mau nunjukin ke dunia. Bahwa gue cinta sejati Bara. Tunangannya, nih.” “Ide yang bagus. Celina bisa tahu diri,” sambung Maya. Entah mengapa membu
Baca selengkapnya
35. Peringatan Untuk Bara
"Nadia!" Sudah beberapa kali Bella mengetuk pintu, tidak ada sahutan dari dalam sana.  "Nadia, Bara ada di bawah mau ngajak kamu malam minggu ke pasar malam." "Nadia lagi mager, Ma. Sibuk, bilang ajha ke Bara seperti itu. Dia ngerti kok nanti." Bella menghela nafas. Anak muda, ya seperti ini. Merajuk tidak jelas mengunci diri di kamar tidak ingin ditemui. Bukannya menyelesaikan masalah. Malah memperlarut masalah semakin lama dan akan membesar. "Nadia, Mama tidak pernah mengajarkan kamu seperti ini, Nak!" peringkat sang Mama. Terdengar suara sandal Nadia mendekati pintu dan membukanya. Nadia dengan wajah suram, berdiri di depan sang mama. Hanya memakai
Baca selengkapnya
36. Nadia yang Mulai Pasrah
“Maaf, Nadia. Lama menunggunya?” tanya Ryan menghampiri Nadia yang tengah meminum pesanan, dari beberapa menit yang lalu. Ryan duduk berhadapan dengannya. Nadia bisa melihat wajah dosennya ini terlihat kelelahan. Mungkin karena tergesa-gesa menyusulnya kemari. “Gak apa-apa, Pak,” ucap Nadia dengan wajah canggung. Seorang dosen itu, harus dihormati. Jadi, Nadia sekarang tengah memperbaiki adabnya, agar ilmu yang ia peroleh mulia dan bermanfaat untuk semua orang. Ryan mengangguk dan tersenyum. Ia langsung mengeluarkan sesuatu dari tasnya, dan menyerahkannya kepada Nadia. Membuat gadis itu melebarkan matanya dengan wajah kembali ceria. Ia langsung mengambilnya. “Saya nyari kemana-mana. Ter
Baca selengkapnya
37. Sebuah Perasaan yang Terhalang
"Saya pulang ya, Pak. Sekali lagi, saya minta maaf sebesar-besarnya."Setelah mereka turun dari mobil. Nadia langsung ingin berpamitan dan pulang. "Nadia, ayo mampir! Kamu sepertinya terlihat pucat. Nanti saya suruh supir saya, yang mengantar kamu.""Tapi, Pak. Saya....""Ini perintah dari dosen!" tegas Ryan tidak ingin dibantah. Walaupun sudut bibirnya terasa nyeri.Dengan ragu, Nadia mengangguk dan ikut masuk ke dalam rumah dosennya. "Astaga, Ryan kamu membawa perempuan? Dia siapa? Pacar kamu kan? Akhirnya putra mami normal."Nadia tersenyum canggung. Tunggu! Normal? Jadi, selama ini dosennya tidak pernah memiliki kekasih
Baca selengkapnya
38. Ketegasan Bara
Nadia mondar-mandir menelpon Bara. Karena mamanya terus saja bertanya tentang keberadaan Bara. Ryan yang ada di samping Nadia hanya bisa diam memperhatikan, gelagat gelisah gadis itu. Sejak satu jam yang lalu. "Bara!" Akhirnya sambungan terhubung, membuat Nadia menghela nafas lega. "Ini gue Celina. Bara lagi beli makanan." "Kalian dimana sekarang?"  "Rumah gue." "Oh gitu. Ya udah, gue tutup." Sambungan terputus. Nadia mencengkram ponselnya dengan wajah suram.  "Kamu yang sabar, Nadia." 
Baca selengkapnya
39. Memblokir Nomor Celina
Bara memojokkan Nadia ke dinding rumah sakit yang berada di pojok terowongan. Nadia merinding karena merasa sepi dan sunyi. Kenapa juga, Bara mengajaknya ke tempat sepi ini? "Jujur sama aku, Nadia! Kamu suka sama dokter itu?"  "Gak! Aku bukan kamu, yang gampang simpati sama orang lain."  Bara tersenyum miring dan semakin menghimpit, Nadia. Membuat Nadia ketakutan setengah mati.  "Sesak, Bar! Kamu mau bunuh aku, ya?" sarkas Nadia.  "Jangan deket sama dia. Aku gak suka." "Kamu juga. Jangan dekat dengan dia. Aku gak suka." 
Baca selengkapnya
40. Diserang Fans Celina
Bara mengecup pucuk kepala Nadia, setelah sampai di depan fakultas gadis itu. Dua sahabat Nadia, ikut senang melihatnya. Akhirnya hubungan mereka kembali utuh seperti sedia kala. Semoga saja Bara, tidak lagi tertipu dengan akal muslihat si dua ular betina. “Semangat kuliahnya, Sayang. Nanti aku jemput.” “Kamu kan kerja, Bar. Nanti aku pulang sama Lala, ajha,” ujar Nadia. Bara kasihan harus bolak-balik dari kantor ke kampusnya. Nadia tahu, tunangannya ini sangat sibuk, jadi ia harus pengertian ke Bara.  Kalau soal yang lain, Nadia tidak mau. Hanya mengalah dengan pekerjaan Bara. Nadia masih memakluminya. “Makasih ya, Sayang. Ingat! Jangan dekat-dekat sama manusia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status