Semua Bab Gara-gara Tunangan Posesif: Bab 41 - Bab 50
100 Bab
41. Kebenaran Yang Perlahan Terungkap
Celina tersenyum melihat layar ponselnya. Setelah seminggu, Bara kembali menelponnya. Ingin bertemu dengannya. Membuatnya kembali ada semangat dalam hidupnya. “Bara?” tanya Marisa. Celina mengangguk. Marisa ikut bahagia melihat Celina  tersenyum seperti sekarang ini. Tidak menangis seperti beberapa hari yang lalu.Marisa mengusap bahu Celina, “Gue yakin, Bara rindu sama lo dan ingin minta maaf. Pasti Bara nyesel udah bilang seperti itu ke lo, Cel.”Dengan menghembuskan nafas berat. Celina menatap Marisa dengan intens. Terbesit di dalam benaknya tidak ingin semua ini berakhir secepatnya. Sebelum Bara menjadi miliknya.“Bagaimana kalau semuanya telah usai, Ris? Gue takut. Gue jadi ragu buat ngelanjutin semuanya.”
Baca selengkapnya
42. Terperangkap Permainan Sendiri
“Kalian dengar sesuatu, gak?” tanya Nadia, hendak melangkah masuk ke dalam toilet. Namun langkahnya terhenti ketika namanya disebut, dalam percakapan itu.“Kita labrak, ajha!” ujar Lala. Maya langsung membekap mulutnya. Membuat Lala bungkam. “Kita dengar dulu.”“Gue mau, lo tuker map kosong ini, dengan punya Nadia. Gue gak mau tahu. Nadia anak ekonomi, tunangannya Bara. Lo tahu, kan?”“Tapi semua ini akan sulit, kalau bayaran gue gak di tambah.”“Gue akan tambah, setelah rencana lo berhasil. Gimana?”“Gue setuju. Gue juga lagi butuh duit sekarang.”
Baca selengkapnya
43. Makan Malam Romantis
Bara menutup mata Nadia dengan kain berwarna merah. Memapah gadis itu untuk ke suatu tempat. Nadia sebenarnya takut seperti ini. Seakan dirinya hilang dari muka bumi. Nadia sangat takut akan kegelapan. Apalagi ini, tutup matanya sangat tebal. “Bar! Takut. Kita mau kemana, sih? Kamu gak akan macam-macam, kan?” Nadia merengek. “Gak, Sayang. Mana berani aku macam-macam. Kamu galaknya minta ampun.” Nadia menghela nafas. Ketika Bara menyuruhnya duduk. Sebenarnya ia ragu. Namun Bara mengelus tangannya, sehingga Nadia memantapkan hatinya. Dan mengikuti perintah Bara. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja. Di restoran mewah milik keluarga Bara. Telah tersedia meja di rooftop. dengan sajian makanan k
Baca selengkapnya
44. Butik Nadia yang Hancur
Dengan tatapan nanar, Nadia dan Bara masuk ke dalam butik tersebut. Nadia berjongkok memegang alat yang membantu semua kerusuhan ini terjadi. Sebuah tongkat baseball dan beberapa kayu berukuran besar berserakan di mana-mana. Dengan semua karyawan yang menunduk, berkumpul di satu tempat. Siap untuk mendengar introgasi darinya.“Apa yang terjadi? Via! Jawab pertanyaan saya?!” tanya Nadia menatap salah satu karyawannya itu.“Maaf, Bu Nadia. Kami sudah menghalangi mereka. Namun mereka tidak bisa dihentikan. Jumlah mereka sangat banyak. Bahkan dua satpam butik, sekarang dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi yang memprihatinkan.”Nadia melangkah mendekati desain sebuah gaun untuk nyonya Vivi, seharga kisaran puluhan juta telah hancur dengan sobekan di mana-mana. Pandangan Nadia mengabur, tiba-tib
Baca selengkapnya
45. Celina dan Nenek Tiara
“Hei, Sayang!” teriak Bara, seketika menangkap tubuh Nadia yang lemas dan pingsan di dekapannya.Tidak ada sahutan dari Nadia. Dengan perasaan khawatir dan amarah yang memuncak. Bara langsung menggendong Nadia menuju ke dalam mobilnya.“Bertahan, Sayang. Aku janji, akan membalas mereka sampai ke akar-akarnya!” tegas Bara mengepalkan tangannya.Mobil Bara melaju dengan kecepatan penuh. Menuju rumah sakit terdekat. Wajah Nadia terlihat sangat pucat dengan deru nafas yang lemah. Bara tidak bisa melihat Nadia seperti ini. Ia seperti orang gila, mengusap wajahnya dengan kasar.Sedangkan dua wanita yang melihat hal tersebut dari atas rumahnya tersenyum miring dengan sorakan bahagia.“Rencana kita berha
Baca selengkapnya
46. Bara Memusuhi Dokter Ryan
Bara mengepalkan tangannya dengan menahan emosi menatap Ryan yang hendak masuk ke sana. Ia menghalangi dokter tersebut untuk ikut masuk bersama dengan suster ke dalam ruang inap Nadia. “Saya tidak menerima dokter laki-laki untuk memeperiksa tunangan, saya!” peringkat Bara posesif. “Anda tidak bisa seperti ini, Pak Barata. Nadia pasien saya, dan membutuhkan pertolongan segera. Jangan egois!” “Egois? Saya tahu, anda menyukai tunangan saya. Jangan menolaknya. Saya mengetahuinya dari gerak gerik, Anda. Yang sangat mengagumi tunangan saya.” “Dokter! Pasien butuh untuk segera diperiksa.” Ryan tidak memperdulikan Bar
Baca selengkapnya
47. Orang yang Mengincar Nadia
Ryan masuk ke dalam ruang cctv. Ia segera menyuruh petugas di sana untuk mengeceknya. Samar-samar Ryan dapat melihatnya. Orang yang ia kejar beberapa jam yang lalu, hampir merenggut nyawa Nadia. Ryan semakin yakin. Nadia tidak dalam keadaan baik sekarang. Namun kenapa tunangan Nadia, sangat menyepelekan hal tersebut. Jelas-jelas, ada yang mengincar Nadia. "Dokter akan melaporkan nya ke polisi?" tanya petugas itu. "Iya, Pak. Ini harus ditindak lanjuti. Karena mempertaruhkan nyawa pasien. Saya tidak ingin, hal ini terulang kembali." "Iya, Pak. Saya setuju. Sekarang banyak manusia yang nekad dan jahat." Ryan tersenyum dan mengangguk.  
Baca selengkapnya
48. Masih belum terungkap
"Nadia ngak masuk, ya?" tanya Lala. "Hem," balas Maya sembari memeriksa proposal nya. Lala mendesah lesu. Mereka akan ke rumah sakit nanti, kalau sudah habis jam kuliah seperti biasanya. "Gue mau cerita," ujar Maya. "Cerita apa, May?" tanya Lala. Menatap Maya yang tengah menghela nafasnya dan memperhatikan ke sekeliling mereka. "Lo ngak merasa ada yang ikut kita?"  Lala seketika merinding. Bukan itu maksud Maya. Namun dua perempuan sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka. Maya bisa saja memergoki mereka. Namun ia terlalu malas untuk melakukannya. Hanya membuang waktu nya saja.
Baca selengkapnya
49. Rumah Sakit
Nadia memperhatikan pak Ryan yang tengah memeriksannya. Tidak ada sapaan maupun sekedar senda gurau seperti biasanya. Ada apa dengan pak Ryan? Pasti ini ulah tunangannya. Yang telah mengancam pak Ryan. Kasihan pak Ryan. “Aman, Pak,” ujar Nadia. Membuat Ryan menatapnya dengan intens. Seakan mempertanyakan apa yang Nadia maksud. “Ya... maksud saya. Tunangan saya tidak ada di sini. Bapak jangan takut untuk bertanya kepada saya.” “Dia kemana?” tanya Ryan. “Tuh kan, kepo. Dari tadi Bapak menahan diri untuk bertanya, kan? Sudah saya duga.” “Bersikap sopanlah kepada....” 
Baca selengkapnya
50. Datang Bulan
Hari ini adalah hari kepulangan Nadia. Mereka telah berkemas, Nadia dirangkul oleh tunangannya keluar dari rumah sakit itu. “Bar! Karena aku sudah sembuh, kita merayakan dengan makan-makan, ya?” pinta Nadia memelas dengan bola mata yang berkedip seperti boneka. “Kamu seperti tadi, mirip seperti boneka Annabelle,” ujar Bara, membuat mata Nadia melotot hampir keluar. Cantik seperti ini, dikira boneka Annabelle. Bukannya itu jenis boneka yang terkenal itu, ya? Di film-film, Nadia pernah mendengarnya. Bara menarik Nadia masuk ke dalam mobil, karena tengah asyik melamun. Bara menutup pintu menyusul Nadia masuk ke kursi pengemudi. “Kenapa, hem? Kamu beneran mirip.”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status