All Chapters of Istri Yang Tak Dirindukan: Chapter 41 - Chapter 50
102 Chapters
Bab 41 Kepribadian Ustaz Iman
    "Hem ... Maaf, Ustaz," ucapku cepat.Aku segera menarik tanganku dari gelas yang tadi kami sentuh bersama. Wajah Ustaz Iman berubah menjadi merah menahan malu. Ustaz Rahman mendongak, menatap sahabatnya sejenak yang membuatku tak nyaman dan menunduk menghindari tatapan itu."Akulah yang seharusnya meminta maaf karena tidak sengaja telah menyentuhmu, Ay," ucap Ustaz Iman merespon. Wajah Ustaz Rahman kini berubah. Ah, aku dari tadi mencuri pandang ke arahnya karena selalu penasaran ekspresi itu. Tiap kali Ustaz Iman memberi perhatian padaku ekspresi Ustaz Rahman berubah. Wajah itu milik seorang pria normal pencemburu.Selesai makan kami berbincang-bincang di ruang keluarga bersama keluarga Umi Fatimah. Ada abi, Nur dan juga Ustaz Rahman.  Suasana sedikit kaku karena umi mengobrol dengan menanyakan hal pribadi kepada Ustaz Iman."Nak Iman, kapan kamu nikah? Apa belum ada c
Read more
Bab 42 Wanita Kejam
  "Sarah," gumamku.  Wanita bergaya elegan itu turun dari mobil dan menghampiriku. "Apa kabar, Ayi? Senang bertemu denganmu kembali," ucapnya dengan nada dingin. Sikap dingin Sarah tidak pernah berubah. Sombong dan congkak atas harta yang dimilikinya membuat ia menjadi wanita yang kejam dan tak berperikemanusian. Senyumnya yang sinis tidak pernah lepas dari bibir yang bergincu merah.  "Baik. Seperti yang kamu lihat sekarang. Aku baik-baik saja," jawabku. "Apa yang kamu lakukan di sini bersama seorang laki-laki yang bukan mahrammu," ketusnya.  Ekor mata Sarah melirik Ustaz Iman yang berdiri di sampingku membantu membawakan barang belanjaan. 
Read more
Bab 43 Hukuman
   Suasana begitu ramai di dalam rumah  bersamsakit.  Ustaz Rahman dan Ustaz Iman terlihat menunggu di ruang ICU. Sementara Nur dan abi juga ikut menemani di sana dengan harap cemas sembari duduk dengan bangku berseberangan. Ustaz Iman duduk bersebelahan dengan Ustaz Rahman. "Semoga, Umi bisa diselamatkan, Man," ucap Ustaz Iman. "Yah, semoga," Ustaz  Rahman mendesah.Ustaz Iman mengobrol ringan dengan Ustaz  Rahman dalam hal ringan. Sesekali  Ustaz Rahman  membalas pesan dari watsapp dan menyambung obrolan.Ketika Ayi datang menjenguk umi ke rumah sakit Ustaz  Rahman menyambutnya dengan tersenyum. Begitu juga dengan Ustaz Iman ia melemparkan senyuman manis. Ayi datang bersama Nara dan juga Faaiz untuk menjenguk umi yang kondisinya ngedrop."Mas, bagaimana dengan keadaan, Umi?" tanya Ayi  dengan nafas sedikit ngos-ngosan. "Masih ditangani dokter,"
Read more
Bab 44 Permohonan
 Waktu bergulir sangat cepat, di luar hari tampak sudah gelap.  Ayi melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu, mendesah pelan."Maaf, Mas. Aku harus segera pulang," ucapnya berpamitan pulang.Ustaz Rahman memutar bola jengah. "Tunggu sebentar, Ay. Dokter belum selesai memeriksa kondisi umi."Pintu ruang ICU perlahan terbuka, seorang dokter muda dengan penampilan mirip dokter Zaidul Akbar keluar setelah memeriksa kesehatan Umi Fatimah."Dok!" Ustaz Rahman langsung memasang wajah gusar.Dokter muda tersebut menggeleng pelan. Wajahnya terlihat sendu menatap Ustaz Rahman. Dokter tersebut menangkupkan kedua tangan memasang wajah sedih."Maaf, kami tim d
Read more
Bab 45 Duka
  "Aku turut berduka cita, Abi," ucap Ayi.    Abi masih berdiri di samping jasad umi dengan wajah yang sendu.   "Iya, Ay," sahut abi lirih.    Hampir suaranya nyaris tak terdengar tercekat di tenggorokkan.   Akhirnya air mata abi yang sedari terlihat berkaca-kaca menahan tangis luruh juga membasahi pipinya yang terlihat mengkriput. Begitu juga dengan Ustaz Rahman yang terlihat bersedih karena kehilangan ibu tercinta secepat ini.    Ustaz Rahman cepat mengusap air mata ketika Ayi memberi semangat agar tabah dalam melalui cobaan ini.   "Yang sabar, Mas. Gusti Allah tidak a
Read more
Bab 46 Tidak Rela
  Pov Faaiz Aku sangat marah pada Ustaz Rahman. Seorang ustaz pemuka agama telah mencampakkan istri yang sholeha dan sebaik Ayi. Sekarang aku mengerti kenapa dia selalu berada di pondok pesantren. Rupanya Ayi adalah mantan istri dari lelaki itu.Aku membenci sikapa Ustaz Rahman yang tidak bisa melindungi istrinya sendiri. Tidak mau mempertahankan rumah tangganya, malah memilih wanita lain menjadi istrinya.Siapa yang percaya pada seorang ustaz yang agamais tapi pendusta. Semua kata-katanya bagiku hanyalah sampah. Lagi pula wanita mana yang bisa terima bila suaminya menikahi perempuan lain? Memaafkan perbuatan Ustaz Rahman yang memilih menceraikan Ayi dari pada membelanya mati-matian adalah salah.Namun, belum juga pernikahan kedua Ustaz Rahman berjalan mulus dan mempunyai keturunan dia kembali datang. Ustaz tak tahu diri itu dengan entengnya mengatakan akan kembali menikahi Ayi. Dengan alasan wasiat dar
Read more
Bab 47 Kesempatan Kedua
    Suasana pondok pesantren begitu ramai hari ini. Persiapan mengadakan lomba cerdas cermat akan diadakan pada pukul sepuluh pagi. Para orang tua yang mendampingi anak mereka juga telah hadir.  Pondok pesantren yang didirikan oleh kyai Sholeh telah terpilih menjadi ajang pelaksanaan lomba para santri. Mereka akan diuji berbagai materi pelajaran. Para santri wajib menjawab pertanyaan dari waktu yang sudah disediakan dan bisa tepat menyelesaikan dalam waktu singkat. Aku sudah mengambil tempat duduk di ruang kelas bersama Faaiz dan juga Nara. Ruang kelas ini cukup luas bisa menampung untuk ratusan para santri. Ustaz Iman terlihat sibuk mempersiapkan berbagai keperluan untuk para lomba santri. "Bunda, Abang Habib mana? Kok, belum kelihatan sih?" Tanya Nara melihat para santri kesana-ke
Read more
Bab 48 Gosip Di Tengah Kemenangan
  "Habib?" Mataku membulat sempurna mendengar pengumuman nama Habib disebut sebagai pemenang lomba.Buru-buru aku mendampingi Habib untuk menerima piala yang akan diserahkan oleh dewan juri. Suara tepuk tangan terdengar meriah dari para penonton. Habib seorang anak kecil dari keluarga miskin menjadi kebangganku. Habib tempatku bersandar dan harapanku. Dia telah mewujudkan impianku menjadi nyata. Kini ia kembali membuatku bangga dengan menjadi pemenang lomba dalam cerdas cermat dan mendapat hadiah utama beasiswa belajar keluar negeri.Mataku seketika basah berlinang, menangis terharu memperhatikan buah hati. Aku melihat Habib disanjung dan dipuji karena prestasinya. Anak lelakiku yang baru berusia sepuluh tahun tampak tersenyum seming
Read more
Bab 49 Dendam Hati
  "Sarah?" ucap Ustaz Rahman ternganga. Lelaki itu terlihat syok saat melihat kedatangan Sarah. Wanita itu tiba-tiba datang dan muncul di hadapan umum. Wajah wanita berkulit putih tersebut tersenyum miring menatap UstazRahman dan Nur Azizah. Sorotan kamera mengarah pada sosok wanita angkuh  yang berdiri dengan tenang menghadap para wartawan."Kenapa, Ustaz Rahman? Terkejut?" Sarah mengulas senyum penuh ejekkan.Sarah berjalan santai mendekati Ustaz Rahman. Bibir merahnya masih menyunggingkan senyum miring."Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ustaz Rahman gusar. Kini wajah keduanya saling berhadapan dengan jarak satu meter.
Read more
Bab 50 Kejutan
  Faaiz keluar dari toko emas, usai membeli sebuah cincin batu permata. Lelaki yang berawakkan tinggi putih tersebut tersenyum bahagia saat menatap cincin dengan batu permata hijau mirip zamrud. Ia membeli cincin tersebut sebagai lamaran yang akan diberikan kepada pujaan hatinya. Dengan harapan sang pujaan hati akan menerima cintanya.Di dalam mobil Faaiz masih memperhatikan kotak merah beludru yang berisi batu permata hijau. Rencana untuk melamar sang kekasih hati sudah lama ia persiapkan. Akan tetapi Faiz selalu menundanya karena banyaknya kesibukkan dan konflik yang terjadi. Tiap kali ada kesempatan ia selalu gagal dan gagal. "Em ... kali ini rencanaku harus berhasil memberi Ayi kejutan," gumamnya. Seraya menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Hatinya sedang
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status