All Chapters of Istri Yang Tak Dirindukan: Chapter 51 - Chapter 60
102 Chapters
Bab 51 Menolak Lamaran
  "Faiz?!" seruku lirih. Aku ternganga melihat Faaiz menyodorkan sebuah cincin permata hijau dan seikat bunga mawar."Ayi Fradilla, bersediakah kamu menjadi istriku?" Tanya Faiz dengan nada serius. Wajahnya terlihat berkeringat dingin. Perasaan bercampur aduk.Aku masih tak bergeming menerima cincin yang ia sodorkan. Kupandang wajah Nara yang tersenyum ke arahku. Mama dan papa Faiz juga tersenyum bahagia saat melihat kearahku. Aku takut dan masih trauma untuk menerima orang ketiga. Takut kedua orang tua Faaiz akan menolakku seperti apa yang dilakukan oleh Umi Fatimah ibunya  Ustaz  Rahman. Mengingat Faiz adalah anak semat
Read more
Bab 52 Masa Lalu Penuh Derita
  "Mas Anan?" Mataku membulat sempurna melihat isi pesan whatsapp Mas Anan.Pesan itu berisi nada penekanan dan ancaman. Sepertinya Mas Anan masih belum puas membuat hidupku menderita setelah yang lalu meninggalkanku dan memilih Sarah sebagai istri barunya."Bunda, ayo sarapan! Adek sudah laper nih," teriak Nara  berdiri diambang pintu. Sudah menjadi kebiasaan Nara sarapan harus ditemani. Anak bungsu selalu manja bila berdekatan dengan ibunya. Aku lupa kalau hari ini Habib akan pergi ke Dubai untuk bersekolah di sana. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Pesawat Habib akan berangkat pada pukul sepuluh. Masih ada waktu untuk bersiap-siap menuju bandara.
Read more
Bab 53 Surat Ustaz Rahman
 "Bunda, Habib pamit. Doakan semoga Habib berhasil dalam meraih cita-cita," ucap Habib berwajah sendu. Sorotan matanya menggambar rasa berat untuk berpisah. Sejak kecil sampai sekarang ia tidak pernah jauh dariku.Bertahun -tahun  aku membesarkan buah hatiku dengan rasa cinta dan kasih sayang. Kini aku harus melepaskannya pergi untuk sementara demi cita-cita. Habib anak yang cerdas serta berbakti. Ia juga selalu membantuku dalam pekerjaan rumah. Habib tak bersifat manja seperti anak-anak lainnya. Waktunya ia habiskan untuk membantu dalam pekerjaan rumah. Di saat anak seusianya menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman sebaya, tapi berbeda dengan Habib. Apa pun ia lakukan untuk membantu meringankan pekerjaanku. Apala
Read more
Bab 54 Dendam Anan
 "Wanita tidak tahu malu. Dasar pezina. Tega-teganya kau menghianatiku demi seorang laki-laki miskin seperti dia," tunjuk Anan kepada Adrian. Mereka berdua tertangkap basah sedang melakukan perbuatan mesum di dalam kamar. Tubuh Sarah menggigil ketakutan saat  Anan menodongkan pistol tepat di kepala Sarah. Adrian yang melihat  Anan langsung bangkit dan memunguti pakaiannya. Pakaian mereka berdua berserakkan di lantai. Dengan hati-hati Adrian menjauh sedikit demi sedikit keluar dari kamar. Anan menembakkan pistolnya ke atas hingga menimbulkan bunyi suara yang sangat keras. Seketika Adrian berhenti melangkah dan diam di tempat."Maju selangkah lagi maka peluru ini siap menembus kepalamu Adrian," ancam  Anan.
Read more
Bab 55 Karma
   "Humairah ….!"Aku mencari gadis kecil seumuran Nara. Entah dimana ia bersembunyi hingga tidak kelihatan sedari tadi dipanggil. Bahkan suaranya pun tidak terdengar menyahut.Kucari sekeliling rumah namun, tidak menemukan Maira. Dimana Humairah sekarang? Bukankah tadi ia menelpon dengan berani, tapi kini menghilang seperti ditelan bumi. Aku masuk kedalam kamarnya tidak menemukan bocah itu.Terdengar suara tangis dari dalam lemari. Perlahan kaki ini melangkah mendekat mencari balita malang itu. Jantung ini terasa berhenti berdetak ketika melihat Humairah meringkuk dalam tumpukan kain."Maira?" Teriakku.Seketika netra ini menyak
Read more
Bab 56 Dia Kembali
 Beberapa Tahun Kemudian"Bunda," seru Habib berlari memelukku. Hari ini Habib pulang ke Indonesia setelah bertahun-tahun lamanya ia merantau dan melanjutkan sekolah di Dubai. Selama sepuluh tahun kami tidak pernah bertemu hanya saling menghubungi lewat video call saja. Habib kini sudah menjadi pria dewasa yang tampan berumur dua puluh satu tahun. Sementara Nara berumur lima belas tahun. Nara juga sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan berkulit putih bersih seperti kulitku."Habib?!" panggilku. Kupeluk dengan erat anak lelakiku yang dulu masih kecil kini sudah beranjak dewasa. Sepuluh tahun terpisah Habib tidak pernah sekali pun pulang walau sekedar menjenguk. Bera
Read more
Bab 57 Mantan Masa Lalu
  "Ustaz Rahman?!" Seruku terperanga. Sepuluh tahun tidak bersua baru kali ini kami dipertemukan kembali.Ustaz Rahman tersenyum mengucap salam dengan ramah seperti kebiasaanya saat bertemu."Assalamualaikum," ucapnya."Waalaikumsalam.""Silahkan duduk!" Ustaz Rahman meminta kami duduk. Selama tidak bertemu tidak banyak berubah dari dirinya. Hanya saja dia agak kurusan seperti tidak ada yang merawat. Lelaki itu duduk dengan menyandarkan bahu di kursi kerjanya. Kumisnya tidak dicukur rapi, jambangnya agak sedikit panjang. Rambutnya juga gondrong dan berantakkan. Bukankah disampingnya ada Nur Azizah? Lalu kemanakah gerangan Nur Azizah sekarang?
Read more
Bab 58 Selamat Ulang Tahun Ayi
 Tanganku gemetar ketika membuka isi pesan whatsapp dari Ustaz Rahman. Sejak pertemuan kami kemarin seperti ada harapan yang terselip dalam hidupnya.Isi pesannya mengatakan kata-kata indah. Ini sudah berlalu selama sepuluh tahun. Rasanya baru kemarin aku berpisah dengannya. Tidak ada yang spesial dari pertemuan kami kembali kecuali hanya situasi yang berubah keadaan. Ustaz Rahman tidak menikah lagi setelah kepergian Nur Azizah. Sementara aku juga memutuskan untuk hidup sendiri lebih fokus kepada anak-anak dan membesarkan mereka.Karirku menjadi penyanyi religi sudah redup tidak sepamor dulu. Hanya sesekali saja aku mengisi acara jika ada panggilan. Sejak Faaiz tak ikut campu
Read more
Bab 59 Lamaran Kedua
  Bulan purnama penuh bersinar dengan indah di malam hari. Suara binatang malam menghiasi susana malam yang mencekam. Alunan musik sholawat menjadikan suasana menjadi syahdu. Kami berkumpul di taman bersama Habib.Taman ini dibangun dengan gaya arsitek yang klasik. Dulu taman ini adalah kebun singkong yang aku tanami untuk pengganti nasi kalau aku kehabisan beras. Ingat masa lalu ingat masa susah sewaktu ditinggal Mas Anan merantau. Kini taman ini berdiri dengan indah memakai hiasan kolam kecil yang di dalamnya ada ikan hias. Masa suram itu telah berlalu sepuluh tahun."Bunda," panggil Nara. Ia datang dengan membawa cemilan keripik yang tadi siang dibeli dari supermarket"Nara?" "Hayo, Bunda lagi melamun ya?" Godanya canggung. 
Read more
Bab 60 Wanita Kedua
  "Bunda, ada tamu yang datang mencari," ucap Nara menghampiriku. Seketika aktivitasku terhenti melantunkan sholawat. Aku menoleh pada sibungsu yang berdiri diambang pintu kamar. Nara tersenyum menatapku."Siapa, Nak?" tanyaku melipat mukena."Tidak tau, Bun."Keningku terlipat ketika ada seorang tamu datang ke rumahku seingatku aku tidak pernah janjian dengan siapa pun. "Sebentar Bunda temui. Kamu tolong buatkan minuman untuk tamu kita ya!" Nara mengangangguk dan segera ke belakang untuk membuatkan minuman yang aku minta. Kaki ini melangkah ke ruang tamu, di sana sudah duduk seorang wa
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status