Semua Bab Istri Yang Tak Dirindukan: Bab 31 - Bab 40
102 Bab
Bab 31 Ihklas Membantu
   "Hentikan, Baron!"Seorang pria tinggi tegap berkulit putih menangkis tangan Bang Baron yang siap melayang ke wajah Ayi. Pria itu membuang tangan Bang Baron ke sembarang arah."Ali?! Jangan ikut campur urusanku dengan wanita ini," hardik Bang Baron. Pria yang bernama Ali itu pun menatap tajam ke arah Bang Baron. "Apa kau sudah kehilangan nyali, Baron? Atau urat saraf malumu sudah putus hingga menganiya seorang wanita?" ucap Ali geram.Bang Baron berdecik ia membuang ludahnya kesamping."Cih. Kau tau apa tentang wanita ini, Ali? Dia sudah berani menghasut anak buahku untuk berhenti bekerja denganku. Hingga tidak memberikan uang setoran," sahut Bang Baron."Oh, jadi hanya karena wanita ini membela anak buahmu, lantas kau ingin menghabisinya," tukas Ali. Bang Baron maju satu langkah lalu, mendekati pria yang dipanggil Ali. Matanya menatap tajam ke
Baca selengkapnya
Bab 32 Tawaran Rekaman
    "Tunggu!" sergah seorang pria tampan.Pemuda itu berdiri di bawah pohon palem di depan rumah gudang.Ketika Ayi dan anak-anaknya  akan masuk ke dalam,  pria asing itu menghentikan langkah mereka.Serentak mereka berempat berbalik menghadap ke arah sosok pria berkemeja biru dongker dan celana abu-abu berdiri dengan tersenyum."Maaf. Anda siapa?" tanya Ayi penasaran.Pemuda asing itu pun tersenyum ke arah Ayi dan anak-anaknya."Namaku Faaiz Hasby. Aku produsen musik Abyan gambus," jawabnya mengulas senyum.Faaiz mengulurkan tangan tapi, Ayi hanya menyambutnya dengan tangan dilipat ke dada.Kening Ayi mengkerut mendengar penjelasan pemuda itu."Lalu?" tanya Ayi lagi. "Aku tadi mendengar kamu membawakan lagu sholawat dengan merdu dan indah. Sungguh suaramu sangat memukau para pendengar hingga membuat mereka terhipnotis," ujarnya.Fa
Baca selengkapnya
Bab 33 Penyesalan Rahman
  Pov Rahman "Ayi?!"Aku terkesiap ketika menyaksikan Ayi, membawakan lagu sholawat ya Asiqil Musthofa di salah satu setasiun televisi. Bola mataku hampir saja keluar dari kelopaknya. Hampir saja aku menjatuhkan gelas yang ada di tangan saat melihat penampilan Ayi yang berbeda seratus delapan puluh derajat. Kalau saja Nur Azizah istriku tidak segera menangkap gelas yang ada di tanganku mungkin sudah jatuh, hancur berkeping-keping tak tersisa."Astagfirullah, kamu lihat apa, Mas? Sampai segitunya, kayak lihat hantu saja?" tanya Nur heran.Diletakkannya kembali gelas yang tadi berisi kopi panas di atas meja. Alangkah terkejutnya Nur saat matanya melihat penampilan Ayi yang berada di salah  satu setasiun televisi. Wajahnya mendadak pias ketika menyaksikan Ayi membawakan lagu sholawat dengan anggun dan suara merdu yang mendayu-dayu."Ayi?!"  ucapnya terperanga.Nur akhir
Baca selengkapnya
Bab 34 Pertemuan Kembali
   Pesawat Garuda air  sudah mendarat di bandara Suekarno-Hatta dengan selamat pukul sepuluh lewat lima belas menit waktu setempat. Tidak  terlambat dari jadwal yang sudah di tentukan. Ustaz Rahman segera memesan ojek online untuk mencari alamat rumah Ayi.Di Jakarta Ayi sudah punya tempat tinggal sendiri dengan membeli rumah yang jauh lebih bagus dengan rumahnya saat tinggal di kampung. Ayi membeli rumah dengan hasil kerja kerasnya. Album lagu religi Ayi sudah banyak terjual berjuta copy. Dari hasil tersebut ia sudah bisa membeli rumah mewah di daerah Jakarta. "Pak, kita mau kemana? Sedari tadi jalan terus tanpa tujuan," ucap sopir ojek online."Aku sedang mencari alamat orang yang telah lama kurindukan, Pak. Tapi, aku tidak tahu dimana ia tinggal. Yang aku tahu dia seorang penyanyi terkenal sering membawakan lagu religi," ujar Rahman."Wah, pasti dia wanita yang istimewa bagi Anda sampai rela nyusul
Baca selengkapnya
Bab 35 Menolak Kembali
   Kehilangan seseorang yang di cintai itu sakit, tapi kehilangan seseorang yang di cintai karena kebodohan jauh lebih sakit. Di hadapanku dia menatap dengan raut yang tak terbaca. Dan aku tak peduli, hati ini benar-benar ingin marah padanya.Melihat wajahnya yang polos dan alim rasanya hati ini panas dingin, jantungku berdetak cepat dari biasanya, ingin sekali aku  langsung bertanya pada  Ustaz Rahman apa  alasanya datang menjemputku jauh-jauh sampai ke Jakarta.Jangan tanya perasaanku ini padanya, diantara kami memang sudah tidak terjalin ikatan, kalau pun masih ada rasa dan cinta di hatiku, sudah tidak pantas memilikinya. Dirinya sudah menjadi milik wanita lain."Maaf, Mas. Aku tidak bisa ikut denganmu."Ser ... ada yang mulai menusuk di lubuk hati Ustaz  Rahman bagaikan sebilah samurai."Aku tahu kamu pasti marah dengan keputusan umi yang memilih, Nur Azizah dari pada dirimu."Ak
Baca selengkapnya
Bab 36 Hukuman Untuk Sang Pendosa
   "Kau?"Aku terkesiap saat menyaksikan siapa yang sedang dipukuli para warga. Tubuh kurus, pakaian compang-camping, serta wajah yang tidak terawat juga ada bekas luka gores memanjang di bagian wajah kirinya. Tangannya yang kiri juga terlihat cacat.Kudekati lelaki itu, ia adalah laki-laki yang pernah aku kenal dulu waktu pertama kali aku tiba di Jakarta. Wajahnya babak belur di hajar masa karena tertangkap basah mencopet. Keadaannya berbanding terbalik saat beberapa bulan yang lalu kami  bertemu dalam perlombaan.  Meski beberapa kali kami hanya bertemu, namun aku tahu kalau laki- laki itu adalah  Ustaz Adam yang pernah memberikan  kerak telor.  Saat itu Ustaz Adam  terlihat gagah dan tampan memakai setelan  jubah mahal dan barang berkelas. Tapi, kini sungguh aku hampir tidak bisa mengenalinya yang jauh berbeda dari sebelumnya.Kehidupan ini bagai ro
Baca selengkapnya
Bab 37 Demi Harta Rela Masuk Bui
     "Ayah ...."  Seorang anak kecil berlari mendekati Ustaz Adam, memeluk dengan erat. Usianya tak jauh dari Nara hanya selisih dua tahun saja lebih tua sedikit darinya.  "Cinta," seru Ustaz Adam menciumnya bertubi-tubi. Gadis kecil itu lantas mengusap air mata Ustaz Adam. Tidak disangka perbuatan ayahnya meninggalkan kesedihan bagi gadis itu. "Ayah mau kemana?" tangannya mengusap jejak air mata Ustaz Adam. "Ayah mau pergi, Nak." "Cinta mau ikut sama Ayah."  "Kamu gak boleh ikut Ayah, Nak. Kamu bersama Ibu saja tunggu sampai Ayah pulang menemui kalian," jelas Ustaz Adam.  "Tapi, Ayah mau kemana? Dan kenapa tangan Ayah diborgol?" Ustaz Adam hanya menangis sedih melihat anaknya bertanya. Hati ayah mana yang takkan
Baca selengkapnya
Bab 38 Akhir Sebuah Kisah
  Umi dan Nur berjalan dengan hati-hati menuju ke arah kami. Langkah mereka semakin dekat dan dekat. "Assalamu'alaikum, apa kabar umi?" sapaku memberanikan diri. Detik berikutnya umi tersenyum ke arahku. Wajah itu terlihat pias seolah tak punya gairah."Waalaikumsalam. Alhamdulillah kabar baik," jawabnya pelan. Wajah yang dulu kukenal sangat membenci, kini terlihat sendu. Tampilan umi yang selalu elegan terlihat biasa saja. Banyak perubahan dari diri umi di banding kemarin dulu saat aku tinggal di rumahnya sebagai istri Ustaz Rahman. Umi yang terkenal cerewet  berbeda dari umi yang  sekarang lebih lembut dan bijaksana."Maaf, aku masih ada urusan. Permisi! Assalamualaikum,
Baca selengkapnya
Bab 39 Sesaknya Menahan Cemburu
   "Ay, ini buat kamu dan anak-anak," ucap umi menyerahkan sebuah bingkisan. "Apa ini, Umi?" tanyaku penasaran.Selama aku tinggal bersama umi belum pernah sekali pun umi memberiku hadiah apalagi bersikap ramah pula. Aku tidak tahu apa maksud umi memberi sebuah bingkisan yang isinya entah apa karena tertutup rapat dalam sebuah box. Setelah perpisahanku dengan Ustaz Rahman aku putus hubungan. Mereka pun sama sekali tidak pernah mencari atau pun sekedar bertanya kemana aku pergi. Sikap umi yang mendadak menjadi baik seperti perlakuan ibu kepada putrinya membuatku penuh tanda tanya. Ada apa dengan umi?"Nanti kamu juga akan tahu kalau sudah membukanya," katanya dengan mengulas senyum."Maaf, Umi. Bukan menolak rezeki tapi, ini terlalu berlebihan. Aku tidak bisa menerima pemberian umi. Apalagi berupa hadiah," sergahku.Umi memandang Ustaz Rahman yang berdiri di sebalah Nur Azizah. Berasa kecewa
Baca selengkapnya
Bab 40 Masa Lalu Bukan Untuk Dikenang
   Hari sudah malam, pemandangan excotic di malam hari sungguh memanjakan mata. Kuteringat akan tatapan Ustaz Rahman yang begitu sendu merasakan pernikahan yang tak bahagia di tengah konflik hati.Antara mematuhi umi seorang ibu yang melahirkan serta mbesarkan. Atau kah memilih bertahan berada di sisiku. Nyeri, cemburu, itulah dua kata yang menggambarkan hatinya sekarang. Begitu juga dengan Nur Azizah, ia pasti merasakan hal yang sama. Cemburu itu sudah pasti apalagi merasakan sakit sudah tentu.Sedang asyik melamun ponselku berdering menampilkan pesan watsapp dari umi, Ibu-nya Ustaz Rahman. Pesan itu menyatakan agar aku datang besok ke rumahnya sehabis salat zuhur. Umi menggundangku dalam rangka acara selamatan mengumpulkan anak yatim. Sudah menjadi tradisi dalam kebiasaan keluarga Ustaz Rahman setiap bulan di hari jum'at akan mengadakan santunan bagi anak yatim piatu.Pesan umi : "Datanglah besok, Ay. Umi mengundangmu unt
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status