All Chapters of Talak Usai Bertemu Mantan: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
POV FARABI PART 2
Aku menghentikan laju mobil ketika melihat toko buah di tepi jalan. Aku berhenti untuk membeli buah tangan. Rasanya tidak enak kalau berkunjung hanya dengan tangan kosong. Setelah membeli buah dalam bentuk parsel, aku kembali melajukan mobil.  Akhirnya, aku tiba di rumah Deema. Aku mengetuk pintu seraya mengucapkan salam.  Dari dalam terdengar Deema membalas salamku. Tak berselang lama wanita itu membuka pintu dan mempersilakanku masuk.“Silakan duduk, Pak.”Wanita itu masih saja memanggilku dengan sebutan itu. Padahal beberapa kali aku memintanya memanggilku dengan sebutan nama saja.Setelah aku duduk, gadis itu meninggalkanku. Hendak memanggil ayahnya katanya.Sepeninggal Deema, aku memandang setiap sudut rumah. Rumah orang tua wanita itu terlihat sudah tua. Namun, masih tampak kokoh.“Nak Farabi, maaf menunggu lama.”Melihat kehadiran ayahnya Deema, segera aku bangun lalu menyalaminya.Tanpa basa-basi, aku
Read more
POV FARABI PART 3
POV Farabi part 2Lamaran“Zafran!”Aku memandang Zafran yang berdiri dengan dada naik turun. Aku tak percaya kalai adikku sendiri berbuat seperti itu padaku hanya karena seorang wanita.   Aku mendekatinya, meminta Zafran untuk tenang dan membicarakan masalah kami dengan kepala dingin. Namun, apa yang kudapat, ketika hendak memegang bahunya, pria itu justru menghalauku menyentuhnya.“Jangan sok baik kamu Farabi!” Mata adikku itu merah. Memperlihatkan amarahnya yang tak terkendali. Aku tahu dia sangat kecewa dengan keputusanku menikahi Deema. Aku juga tahu, melihat Deema berada di sampingku kelak, dia akan lebih sakit.“Kalau kamu ingin aku tenang, urungkan niatanmu untuk menikahi Deema. Aku mencintainya. Aku tak bisa melihatnya berada di sampingmu.” Pria itu mengacak rambutnya kasar.“Bagaimana dengan Deema? Apa dia bisa melihatmu bersama Namira? Setelah apa yang kamu lakukan pada wanita itu kamu
Read more
POV FARABI PART 4
Malam itu semua tampak sibuk. Sibuk merias diri agar terlihat pantas pada acara lamaran yang segera terjadi.Mbak Darsi pun bekali-kali ke luar masuk rumah. Bukan tanpa alasan. Wanita itu sibuk memasukkan hantaran yang akan dibawa ke rumah Deema.Dari cincin, pakaian, tas, sepatu, dan banyak lainya sudah dibungkus dan dihias rapi. Ada juga buket bunga uang.Aku yang sudaah siap dengan kemeja berwarna abu-abu berdiri memandang Mbak Darsi. Ingin membantunya tapi wanita itu menolak. Akhirnya aku hanya mengambil buket uang dan cincin. Aku berkata padanya ingin membawanya sendiri.“Bagaimana, Bi? Apa kamu suka?” tanya ibuku yang baru saja keluar dari kamarnya. Wanita mengenakan gamis brokat berwarna cokelat muda itu berjalan mendekatiku. Beliau ikut memandang hantaran yang sedang dipindahkan ke mobil oleh Mbak Darsi. Walaupun usianya sudah tak muda lagi, tapi Ibu memiliki jiwa muda. Dia selalu mengikuti tren masa kini. Aku pun mengangguk.“Papa.
Read more
Sah
“Bagaimana para saksi, sah?”Sah!Doa menggema di setiap sudut rumah. Hari ini adalah acara pernikahanku dengan Pak Farabi. Sesuai dengan permintaanku, acara ijab dilakukan secara sederhana. Hanya dihadiri dari dua keluarga saja.Bukan tak mau menerima tawaran kedua orang tua Pak Farabi, tapi memang aku ingin acara sederhana saja. Apalagi aku bukan gadis lagi. Aku tidak mau jadi bahan cemooh para tetangga. Apalagi pernikahanku dengan Pak Farabi hanya sekedar balas budi atas bantuan yang diberikannya. Sejenak aku memandang Pak Farabi yang sedang menengadahkan tangan. Setelah ya aku kembali menundukkan pandangan. Dalam hati aku berdoa. Walaupun tak ada cinta di hatiku untuknya, semoga saja pernikahan ini akan langgeng hingga maut memisahkan. Semoga juga Zafran tak menjadi duri dalam pernikahan kami.Usai semua prosesi selesai, aku meraih tangan Ayah, menciumnya takzim. Bersamaan itu, air mataku berurai. Rasanya begitu berat untuk meninggalkan
Read more
Gagal Bulan Madu
Padahal pria itu sangat baik dan lembut. Dia berbeda dengan Mas Bhanu. Dulu pria itu yang memintaku duluan untuk melakukan hubungan suami istri. Walaupun awalnya aku menolak karena masih merasa takut. Pria itu merayu dan menegaskan kalau sudah kewajibanku melakukannya. Aku berharap seiring berjalannya waktu, rasa cinta akan tumbuh dengan sendirinya.***“Loh kenapa kalian sudah pulang? Masih sisa satu hari lagi kan?”Aku mendekati ibunya Pak Farabi dan mencium tangannya takzim. Selama kami tak di rumah, wanita itu yang menjaga Airin sementara waktu.“Bunda.” Airin mendekatiku. Gadis kecil itu memelukku. Aku membalas pelukannya.“Kenapa buru-buru pulang sih?” Pak Farabi menjelaskan pada ibunya kalau dirinya ada keperluan sebentar.“Ibu tahu yang sebenarnya loh!”Wanita itu menceramahi Pak Farabi. Dia tahu kalau semalam kami tak tidur satu kamar. Pak Farabi terdiam mende
Read more
Liburan
Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Kami semua berlibur di pulau Dewata. Siang itu, kami berwisata ke tanah lot bali. Ingin menikmati keindahan senja di sana. “Aku ke sana dulu, Bu.” Zafran dan keluarga kecilnya memilih berpencar dari kami. Bu Sekar tak melarang dan mengizinkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya. Aku, Pak Farabi, kedua orang tuanya, dan Airin jalan bersama. “Pak Adilaga.” Tanpa sengaja ayah mertua bertemu sahabat lamanya. Pria itu lantas  meminta izin pada istrinya untuk berbincang dan melepas rindu bersama sahabatnya. Bu Sekar mengizinkan. Kami lantas kembali melanjutkan langkah untuk menikmati keindahan tanjung batu bolong.Suasana begitu ramai hari itu. Kebanyakan pengujung merupakan turis asing. Bu Sekar begitu antusias ketika kami tiba di dekat batu bolong. Beliau lantas berdiri di tepi pagar, memandang ke ara batu bolong.Lokasi di sana begitu indah dan sangat coc
Read more
Liburan 2
“Jangan sampai menyesal kamu tidak bisa memiliki apa yang kamu suka. Seperti aku yang mencintaimu.” Pria itu juga menjelaskan bahwa perasaannya sama seperti menyukai topi itu. Maka dari itu dengan cara apa pun dia lakukan untuk mendapatkanku. Tanpa peduli perasaanku. Yang dia tahu saat itu adalah menjaga dan menghapus air mataku.Aku terkesima mendengar perkataan pria itu. “Deema, ayo kita cari makan. Aku lapar.” Pak Farabi memegang perutnya. Aku tersenyum mengiyakan permintaan pria itu.Pria itu berjalan menggandeng tanganku. Menyusuri jalan. Mencari tempat makan. Bersama Pak Farabi, entah mengapa aku merasa nyaman. Ada perasaan hangat saat bersamanya. Perasaan ini begitu beda ketika aku bersama Mas Bhanu Zafran.***“Kalian dari mana saja?” tanya Bu Sekar yang duduk di lobi bersama Airin. Pak Adilaga dan keluarga Zafran sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamar.Usai makan bersama Pak Farabi, aku menikmati senj
Read more
Karena Aku
“Zafran. Dia tak terima aku menyentuhmu.” Pak Farabi menjelaskan semua padaku tentang apa yang terjadi tadi. Ternyata Pak Farabi tadi ke luar mencari musala untuk salat. Pria itu lantas beristirahat sebentar di kafe dekat hotel. Pria itu sengaja berlama-lama di luar agar aku bisa melakukan apa pun secara nyaman.Ketika beliau hendak kembali ke kamar, pria itu berpapasan dengan Zafran. Melihat situasi sepi waktu itu, Zafran meluapkan amarahnya pada Pak Farabi. Kesal mendengar jawaban kakaknya, dia meninju kakaknya. Beruntung ada Namira baru saja dari kamar Bu Sekar untuk mengambil Rana. Kehadiran Rana menjadi alasan mereka berhenti bertengkar. Akhirnya Zafran memenuhi permintaan Namira dan kembali ke kamarnya.Sebagai seorang kakak, Pak Farabi juga menjelaskan, kalau dirinya tak membalas perbuatan adiknya. Semua yang dilakukan demi kebaikan Zafran. “Sudah kamu tidur saja.” Pak Farabi mengambil bantal lalu beranjak menuju ke sofa
Read more
Terluka
Aku berdiri di depan mobil. Aku sangat cemas, juga merasa bersalah. Semua yang terjadi karena aku. Hingga beberapa kali mengetuk pintu, Zafran tak menanggapi permintaan kakaknya. Dari kaca mobil, aku bisa melihat pandangan pria itu kosong. Dia menatap lurus ke depan. Namira yang duduk di sampingnya terus saja menangis. Aku tak bisa membayangkan bila berada di posisi Namira.Pak Farabi terus berusaha membujuk Zafran. “Zafran! Apa yang kamu inginkan? Jangan seperti ini!”Zafran tetap diam. Namira berusaha membuka pintu mobil. Akhirnya, wanita itu  keluar dan memelukku.Badan Namira bergetar hebat. Betapa sakit dan pedih cobaan hidup yang selama ini dia rasakan. Hidup dengan pria yang tak mencintainya. Walaupun sepenuh jiwa dia melayaninya, tapi tetap saja pria itu hanya menjadikannya pelampiasan.“Maafkan aku, Namira.” Seribu kata maaf pun, mungkin tak akan cukup untukku membayar segala penderitaan wanita itu. Semu
Read more
Di Balik Sebuah Musibah
Malam itu, Pak Farabi dan Zafran pergi untuk menunaikan Salat Magrib, aku memilih menunaikan salat di ruang perawatan Namira. Usai melaksanakan kewajiban tiga rakaat, tak lupa kupanjatkan doa kepada Sang Maha Kuasa untuk kesembuhan Namira. Memang wanita itu sudah merebut kebahagiaanku dulu. Namun, aku sama sekali menaruh dendam padanya. Toh semua yang terjadi bukan keinginan wanita itu. “Deema.” Mendengar seseorang memanggil, aku mengedarkan pandangan. Tak ada orang lain di ruangan itu, hanya ada aku dan Namira. Bergegas aku melipat mukena dan perlahan mendekati ranjang. Aku memandang wanita yang terbaring tak berdaya di atas ranjang. Beruntung tak ada luka serius yang didapat. Hanya kaki dan tangannya yang terluka. Kaki yang dulu patah, kini kembali patah. Menurut dokter, hal itu akan sulit untuk disembuhkan. Ternyata wanita itu sudah terjaga. Dia tersenyum memandangku. Ada setitik air menetes melihat wanita itu telah sadar. Ada perasaan lega bisa kembali mendengar suaranya. Be
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status