All Chapters of Pria Tua Kesayangan: Chapter 71 - Chapter 80
134 Chapters
Bab 71
Di saat genting seperti ini, memori dan kenangan masa lalu banyak bermunculan. Seolah meneguhkan sekaligus melemahkan keputusanku yang lagi-lagi membuatku stuck di tempat dihajar kebingungan.Aku teringat Shopia. Gadis cantik, cerdas, baik, dan selalu menentramkan hati saat kupandang ataupun mengbrol sehingga hatiku semakin berpihak padanya karena merasa ialah tipe gadis yang kuharapkan selama ini. Shopia memang beberapa level di atas Renata. Tapi di depanku Maria, gadis yang tak kalah baik dan cantiknya sekaligus telah membuktikan cintanya dalam bentuk nyata serta didukung keluarga sedang mengharap jawaban baikku atas perjodohan ini.Tapi ia bukan gadis tipeku dan hingga detik ini aku belum mencintainya. Jikapun ada cinta itupun sedikit karena luluh dengan sikap dan perbuatannya, tapi itu kalah dengan cintaku pada Shopia yang bahkan dia belum berbuat banyak kepadaku.Aku juga ingat nasihat Sheily yang beberapa waktu lalu ia sampaikan soal jodoh. Bahwa
Read more
Bab 72
Semua menunggu dengan penasaran. Semua menunggu dengan tidak sabaran. Aku yang sudah siap dengan apapun keputusannya hanya mempertahankan posisi semula. Tak tega harus menatap Maria dan orang-orang yang berhati tulus dan penuh harap atas perjodohan ini.“Maka dari itu, dengan ini saya harus jujur untuk katakan bahwa, saya, dalam beberapa bulan ke depan memutuskan untuk fokus terhadap apa yang seharusnya saya selesaikan. Yaitu kuliah saya yang tinggal skripsi dan wisuda.”Semua yang hadir sontak terkejut dengan pernyataan Maria. Pak Herman yang merasa ini tidak sejalan dengan rencana dan skenario yang diinginkan segera protes.“Bukannya kuliah dan wisuda bisa berjalan beriringan, Sayang? Kenapa harus dipisah? Bahkan Ayah sama Ibumu dulu menikah sebelum skirpsi. Dan itu tak jadi masalah.”“Benar Yah. Itu tidak masalah. Namun apakah tetap menjadi tidak masalah seandainya saat itu posisi ayah tidak sedang saling mencintai? Bagaim
Read more
Bab 73
Maria bergegas berlari kecil menuju mobil. Namun belum sempat ia membukanya aku sudah mencegahnya. Kuraih tangannya dan posisikan tubuhnya ke arahku agar bisa mudah kupandangi. Lalu kami bertatapan.Ia masih tergugu sembari menumpahkan air matanya yang terus keluar. Namun kali ini lebih parah. Aku sungguh tak tega melihat keadaanya yang tak henti-hentinya menangis sehingga perasaaanku terhanyut olehnya. Tanpa meminta persetujuannya aku meraih tubuhnya untuk aku peluk. Ia menurut dan terus tergugu lalu terisak-isak dalam pelukanku.“Maafkan aku Kak.. Aku sudah tidak sanggup…,” lirihnya sambil masih terisak.“Tidak…tidak kamu tidak salah Maria. Aku yang salah. Aku yang bodoh dan aku yang kurang ajar. Kamu sepenuhnya tidak salah. Akulah orang yang sepatutnya disalahkan. Dan akulah yang seharusnya minta maaf.. maka aku mohon maaf padamu Maria…”Sambil mengelus rambutnya aku mencoba menetralkan keadaannya.&l
Read more
Bab 74
Sontak kami saling toleh dan sekilas kulihat wajah sedih Shopia yang dipaksakan ceria agar terlihat profesional di mata Pak Komisaris. Pak Komisaris menunggu respons kira-kira siapa nama yang akan diajukan secepatnya.“Bagaimana jika saya saja Pak? Mumpung di kantor pekerjaan tidak terlalu banyak dan bisa didelegasikan.”Diluar bayanganku dan yang kuprediksikan, Shopia menawarkan diri. Mendengar nama yang diusulkan, Pak Komisaris keberatan. Maksud ucapannya tadi mengarah ke aku. Tapi Pak Komisarsi punya alasan untuk menolak.“Kalau bisa yang laki-laki ya Bu. Karena ini butuh kegesitan di lapangan.”“Kalau misalnya kami berangkat berdua saja bagaimana Pak? Bukankah posisi kami berdua sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan saat ini?”Karena sudah mendapatkan poin yang diinginkan Pak komisaris tanpa panjang kata akhirnya mengiyakan dan kamipun berangkat bersama ke lokasi.Memang makan siang kami resmi gaga
Read more
Bab 75
Sontak benturan yang membuat kaca mobil bagian depan retak itu membuat Maria bertriak. Untung hanya retak dan tidak sampai pecah sehingga akan membahayakan kami khususnya Maria yang ada di dalam. Aku memintanya untuk berpindah ke belakang dan mencari posisi yang aman.Tanpa berpikir panjang aku tancap gas dengan kecepatan hampir penuh dan sontak siapapun di depan sana tertabrak jika tidak segera minggir. Karena mereka kalah gesit dengan kecepatan mobilku yang mengamuk, beberapa di antara mereka kesempret dan terpental. Aku tidak peduli. Mereka yang cari gara-gara maka mereka yang harus menerima konsekuensinya.Mobil kulajukan dengan cepat ke lokasi proyek. Tak beberapa lama tibalah di sana dan segera kuberi kode petugas yang segera menghampiriku dengan menyalakan sirene. Seketika semua pekerja menginggalkan pekerjaannya dan tahu apa yang mereka harus lakukan. Aku minta Maria yang baru saja keluar dari mobil untuk bersembunyi di tempat yang aman karena sebentar lagi mer
Read more
Bab 76
Aku mengatur siasat dan membaca situasinya dengan cepat lalu memutuskan langkah yang harus dilakukan. “Oke..oke.. Kami tidak melawan. Tapi lepaskan dia yang tidak bersalah.” “Tidak semudah itu goblokkkk!!!!! Lakukan dulu apa yang kuperintahkan!” bentaknya keras. Sementara Maria hanya menangis mengharap bantuan. Membuat hatiku teriris rasanya. “Baik. Apa perintahnya? Cepat katakan!” “Sediakan satu mobil dan bawa ke sini. Jangan bertindak melawan sampai aku keluar dari sini. Jika tidak kuhabisi gadis ini.” Shopia meronta-ronta mendapati dirinya merasa terancam. “Tapi kapan gadis itu diserahkan?” “Gampang! Mobilnya bawa sini. Cepat!!!!!! Atau aku habisi dia sekarang!!” Ia mengancam dan didekatkannya pisau belati itu ke leher Shopia dengan posisi yang mengerikan. Sekali sayatan saja di posisi itu entah Shopia akan tertolong atau tidak sebelum sampai di rumah sakit terdekat sekalipun. Aku segera memerintahkan salah satu petu
Read more
Bab 77
Agar tidak penasaran berat serta agar persoalan cemburu ini tidak berlarut menyiksa hati, aku akan beranikan untuk menanyakan siapa yang menelponnya.Tak membutuhkan waktu tunggu yang lama sampai mobilku selesai diperbaiki bagian kaca depannya. Kami segera melanjutkan perjalanan. Usai Shopia bertelpon petugas bengkel menginformasikan kalau mobilnya sudah selesai diperbaiki. Jadi belum sempat menanyakan ke Shopia siapa orang yang menelponnya tadi.Saat di jalan aku memberanikan diri untuk bertanya.“Bu.. Serius banget tadi ngobrolnya?”“Iya Pak David.. Kangen soalnya. Lama tidak ketemu karena semenjak proyek ini berjalan, aku sering tidak ada waktu weekend karena sering dimintai tolong Pak Antonio soal dokumen.” Sampai disini Shopia belum memberitahu siapa orangnya. Aku mencoba untuk bertanya lebih lanjut.“Teman spesial ya?”“Maksud Pak David spesial?” Aku dibikin kikuk oleh pertanyaan
Read more
Bab 78
Sontak hal itu membuatku shock. Shopia reflek menatapku. Sementara aku masih kaget dengan pernyataan Pak Komisaris barusan. Ada apa gerangan? Bukankah selama ini baik-baik saja dan tidak ada masalah? Bukankah ia yang banyak berkontribusi agar akulah pengendali proyek itu? Apa gara-gara aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Shopia selama proyek? Tapi jika dihitung-hitung tidak juga. Atau karena fisikku sehabis sakit dirasa tidak mampu menghandle proyek itu? Aku segera butuh klarifikasi dari Pak Komisaris. Sejak pertama bekerja di perusahaan ini hingga sekarang sepertinya baru kali ini Pak Komisaris yang sudah kuanggap orang tua sendiri memberi keputusan sepihak dan mengagetkan. Kenapa aku dinonaktifkan dari proyek yang jauh-jauh hari diriku dipersiapkan untuk itu? Bisakah ia jelaskan sekarang? “Emmm Kalau boleh tahu kenapa ya Pak? Rasanya mendadak dan sepihak sekali. Maaf..” Ia tak langsung menjawab tapi malah menoleh ke Pak Antonio. Pak Anton
Read more
Bab 79
Shopia berjalan lemas menghampiriku dengan wajah putus asa. Sepertinya harapanku untuk bersenang ria bersamanya di Paris pupus sudah.“Bagaimana Bu. Apakah dizinkan?”Shopia hanya menggeleng sedih. Wajah jelitanya muram karena persoalan ini namun tetap saja cantik. Begitu mendapat konfirmasi darinya melalui gelengan kepala kiranya Fix! Ia tidak diizinkan terbang ke Paris bersamaku. Seketika hatiku kacau. Sedih dan gundah menyerbu tanpa ampun. Rasanya ingin membatalkan saja kepergianku ke Paris untuk urusan apapun disana jika tanpa keikutsertaan Maria.“Benar Bu, tidak ada kesempatan untuk dibolehkan?”“Benar pak. Tapi…..”“Tapi apa bu..? Apa yang membuat tapi?”“Tapi boong….” Sontak aku senang dengan kabar itu. Hampir saja ia kupeluk tapi, ia segera menyadarkanku kalau sekarang sedang di kantor. Rupanya ia hanya menge-prank-ku.Agenda keberangk
Read more
Bab 80
Teriakan Shopia begitu kencang sampai membuat orang-orang di sekitar menoleh. Aku sendiri perlu beberapa detik untuk menetralkan keadaan sehabis tersungkur. Setelah stabil, bergegas aku mengejar penjahat itu dengan gesit. Karena jalannya sangat cepat aku ketinggalan banyak. Membuatku khawatir jika hapenya tak terselamatkan.Namun kabar baiknya ada orang baik menolong kami. Begitu teriakan Shopia terdengar di sekitar kejadian, dua orang sigap untuk mengejar pencurinya dari berbagai arah. Dari kejauhan sempat kulihat mereka sedang rebutan hapenya dan saling adu jotos. Beruntung hapenya selamat namun pencurinya kabur.Shopia menghampiriku yang berlari menuju orang baik yang menolong tadi. Mereka memberikannya langsung padaku begitu aku tiba di depan mereka. Aku sangat berterima kasih atas bantuan mereka dan sebagai imbalannya kami berikan tips untuknya. Namun, mereka menolak lembut dan menasihati kami untuk lebih berhati-hati di tempat umum. Karena kejahatan datang bukan
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status