Semua Bab Lebih dari selamanya: Bab 11 - Bab 20
45 Bab
11. Mendekati
~Menyelidiki tanpa memahami akankah bisa bersatu kembali. Pertolongan pertama yang paling hakiki adalah mendekati~                                     ***Sarapan pagi kali ini terasa hampa tanpa kehadiran Mama dan Papa. Makanan lezat yang selalu tersaji di meja makan kini hambar. Suasana sarapan yang penuh cerita menjadi bosan. Tersisa Amanda dan Arafa yang berada di meja makan. Sebagai Kakak, Amanda yang menyajikan makanannya. Soal masak memasak memang ia tidak terlalu berbakat. Ia hanya ingin bisa seperti Mamanya. Dan suatu hari, pasti dia juga akan menjadi Mama. Amanda menuangkan lauk telor dadar sambal balado di atas piring milik Arafa. "Kak, nanti malam ajari aku buat tes kuliah ya?" Pinta Arafa mulai melahap makanannya."Apa yang belum kau pahami?""Soal penalaran sama sebab akibat.""Oke, Kakak usahakan." Amanda bersedia.
Baca selengkapnya
12. Mengenggam
~Kedua tangan merekat ketika saling memberi rasa hangat. inikah tanda rasa pemahaman yang selama ini ia pikat~                                            ***Mereka terus bertatap mata. Pengacara Bahrun yang merasa diacuhkan berpura-pura batuk. Mereka saling mengalihkan pandangan. "Sudah selesai?" Pengacara Bahrun sungguh merusak suasana. "Tidak usah jealous." Roy menyindir. Merasa disindir, Pengacara Bahrun tak mau kalah."Iya, aku memang jealous. Kau sudah merebut Amanda dariku." Pengacara Bahrun justru berterus terang. Hati Roy seketika itu membeludak. Menyembur kecemburuan yang berapi-api. Dia sungguh memantik emosi Roy. "Kau yang sudah merebut karena dia masa laluku." Roy melototkan matanya pada Pengacara Bahrun."Oh, jadi kau mantannya." Pengacara Bahrun gemar sekali menyindir. Emosi Roy sudah tak bisa dik
Baca selengkapnya
13. Memeluk
~Mendekati dengan cara yang tak biasa bisa luar biasa jika dipahami secara detail dan pelukan hangatmu yang menjadi tanda kebesaran rasa pemahamanku terhadap perasaanmu~                                             ***"Ku lihat kalian serasi..." Arafa cekikikan meledek Roy. "Kenapa bukan kau saja?" Roy membalikkan pertanyaannya."Aku tidak suka. Seleraku sangat tinggi." Kata Arafa berlagak sombong. Mereka saling berbincang seperti sudah saling mengenal satu sama lain. Amanda kembali ke ruang tamu membawakan tiga secangkir teh untuk minum-minum bersantai di pagi hari. "Sedang membahas apa?" Amanda memberikan secangkirnya satu persatu. "Ituloh Kak Ria sangat cantik. Arafa mau menjodohkannya dengan Kak Bahrun." Amanda menahan tawanya. Roy menatapnya pasrah."Kalau itu boleh-boleh sa
Baca selengkapnya
14. Makna yang sama
~Ketika dua cinta hadir, sangat terasa sayang mereka menggulir. Ciuman pada pipisepenuh hati menjadi bukti kepedulian mereka~                                           ***Tatapan mereka melekap indah. Merasuki sukma yang tersembunyi. Lingkar mata penuh kenangan. Ukir senyum yang memaparkan kerinduan. Ia sepakat memahami perasaannya. Jauh dari lubuk hati, ia menyesali masa kelam sepuluh tahun lalu. Apakah ia bisa memperbaiki itu semua? Mereka tersadar, dan saling bangkit dari tatapan. Roy segera meraih tangannya. Menggengam erat. Melintasi kerumunan pengunjung yang takjub melihat kemesraan mereka. Pelayan yang menggoda tadi menarik napas panjang karena telah keliru merusak hubugan mereka. Alkisah, mereka keluar dari klub malam. Berhenti di depan mobil menghirup napas sebanyak-banyaknya. Berada di klub malam, serasa di api neraka yang meluap-luap. 
Baca selengkapnya
15. Double care
~Perhatian yang selama ini mereka tunjukkan terbukti bahwa cinta bisa datang bukan dengan sendirinya tetapi bersamaan. Tunggu waktu saja yang menjawab pada siapa cinta itu berlabuh~                                         ***Amanda terketuk diam terpaku. Ia tak tahu kalau akhirnya begini ceritanya. Ia langsung salah tingkah dengan apa yang mereka lakukan tiba-tiba. "Mari makan nanti keburu dingin." Amanda cepat-cepat menuangkan nasi ke dalam piringnya sendiri. Tatapan Roy dan Pengacara Bahrun saling bermusuhan. Arafa melihat mereka mencurigai sesuatu. Roy dan Pengacara Bahrun segera mengambil nasinya. Mereka menciptakan keheningan bersama. Melahap makanannya tanpa berkata apa-apa. "Makanannya enak ya..." Seru Arafa menciptakan suasana agar kembali hidup setelah diam sejenak."Iya enak karena masakanmu sendiri." Sindir Roy."Tapi
Baca selengkapnya
16. Pria duplikat
~Wajah yang sama tak menciutkan perasaannya untuk tetap memperjuangkannya. Menunggu waktu saja dia akan memahaminya meski dalam kurun yang panjang~                              ***Ambulan datang beberapa menit kemudian ketika Roy sudah tak sadarkan diri. Suara sirine memekik dan membuat para kolega panik. Mereka berbondongan melihat keadaan di ruang pribadi Amanda. Ternyata yang pingsan adalah Roy. Petugas ambulan membawa roda ranjang dan menidurkannya di atas ranjang. Denyut nadi Roy lemah ketika petugas ambulan memeriksanya. Amanda tak henti-hentinya menangis. Ia mengiringi perjalanan Roy yang tak sadarkan diri. Hari ini, semua sudah terjadi.  Ia menyadari yang pantas diperjuangkan selama ini adalah wajah yang mirip Roy tetapi tatapannya milik Arjuna. Kau adalah Arjuna yang selalu mencintaiku...Roy dibawa masuk ke mobil ambulan. Amanda ikut menemaninya di dalam. Penga
Baca selengkapnya
17. Perhatianku kepadamu
~Jatuh dalam keterpurukan lebih menyesakkan daripada jatuh dalam rasa patah hati. Engkau sudah merasakan kedua-duanya. Maka, izinkan aku memahami dan memberi perhatian lebih kepadamu~                                 ***Memasuki ruang ICU, didapati ada seseorang yang mirip dengan Roy. Mereka saling menatap dan Amanda sudah bisa menebak bahwa tatapan itu memang milik Roy. Sesekali dia juga melihat Roy yang terbaring lemah."Apa benar kau adalah Roy yang selama ini melarikan diri?" Roy hanya diam. Amanda terus mendesak pertanyaan itu agar Roy bisa mengatakan yang sebenarnya. Selama Roy yang terbaring masih belum sadarkan diri. "Jawab Roy. Tolong jangan sembunyikan identitasmu." Tegas Amanda."Apa kau pernah memikirkan sedikitpun tentang perasaan kakakku?" Roy akhirnya angkat bicara. "Jadi benar, dia adalah Arjuna yang aku kenal sepuluh
Baca selengkapnya
18. Merajut cinta bersama
~Impian yang selama ini kau rajut sejak dahulu mari kita perbaiki di masa depan. Cukup dengan memperkaya cinta kita akan selalu merasakan jatuh cinta~                                  ***Roy tak bisa berkutik. Ibunya mendekat. Raut muka dipenuhi keheranan melihat pria bermasker, bertopi mengendap-endap keluar dari rumah."Kau siapa? Maling ya?" Roy tak menjawab. Ia lekas berlari ketakutan sebelum ibu jauh melangkah mengejar. "Hey!!!" Ibu berteriak. Ia mengambil ponsel dari sakunya bermaksud menelpon satpam di depan untuk berhati-hati karena ada penyusup di rumah. Satpam sanggup menjaga. Ia mengedarkan ke seluruh halaman apa ada gerak-gerik menncurigakan. Rupanya kecerdikan Roy main. Ia kalah cepat dengan Roy yang berbalik arah lewat belakang rumah. Ibu menelpon lagi."Bagaimana satpam?" Ibu panik."Tidak ada siapa-siapa buk." "Ben
Baca selengkapnya
19. Air mata Amanda
~Seribu tahun seseorang mengharapkan cinta akan terbalas dan bahagia jika ia masih menetapkan perasaannya. Rasa mereka tepat tetapi waktunya saja yang salah~                                  ***Mata Roy bisa menunjukkan sanubarinya yang sedang berbunga-bunga atas panggilan Amanda."Kau sudah memanggilku Juna?" "Kenapa kau kaget?" "Terharu." "Makan saja." Amanda mengambilkan nasi bubur yang sudah disiapkan perawat sejak sepuluh menit yang lalu. Jadi, buburnya masih hangat. Juna berusaha bangun dan menyandarkan punggungnya di bantal dengan tangkas, Amanda membantunya. Juna tersenyum merekah melihat sikap Amanda yang tak biasa seperti ini. "Aku senang jika setiap hari kau seperti ini. Aku pasti tak bosan menatapmu." "Sudah. Buka mulutnya." Amanda memintanya. Juna langsung membuka mulutnya lebar-lebar. Bubur masuk dengan
Baca selengkapnya
20. Dua musuh dekat
~Dua jenis yang sama, rupa yang sama, memiliki hubungan darah, namun cinta mereka berbeda. Tetapi waktu yang saling menunjukkan seberapa besar mereka bertahan~                                 ***Keputusan Roy bulat. Ia datang ke rumah sakit menjenguk Arafa. Ia menunggu taksi pesanannya datang. Taksi datang, Roy segera masuk ke dalam. Meminta sopir mengantarkannya ke rumah sakit Jakarta Hospital. Detak jantung Arafa masih berdenyut normal. Namun, ia belum sadarkan diri."Aku tahu, Arafa sangat mencintai Roy. Aku melihat semuanya di buku diary miliknya." Kata Pengacara Bahrun mencoba memecahkan keheningan. "Buku Diary?" Amanda sepertinya baru mengetahui itu."Iya. Buku diary di kamar tamu. Roy juga sangat mencintai Arafa. Tapi, kenapa ya, Roy  sekarang malah menjauh?" "Aku juga tak mengerti apa yang ada dalam benak Roy. Juga her
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status