All Chapters of Sang pemilik Hati: Chapter 41 - Chapter 50
73 Chapters
Bab 40
Saat Intan tertidur, Zaki terjaga sepenuhnya. Sambil menatap wajah manis istrinya, ia terus berpikir di tengah kebingungannya tentang keanehan istrinya. Intan semakin pendiam, dan semakin menjauhi dirinya, dan sampai sekarang ia masih belum juga mengerti.Kalau masalah sepupunya, ia masih tak setuju, ia merasa wanitanya ini terlalu berlebihan. Ia ingin bertanya, tapi ragu juga, pasti ujung-ujungnya mereka akan bertengkar lagi.Malam ini mereka lewat dengan saling diam, dan saat istrinya tertidur pulas seperti ini Zaki mulai mencari apa yang salah dari wanita ini, sekarang?Malam yang semakin larut membuat Zaki ikut tertidur. Kali ini ia tak bisa memeluk tubuh istrinya, karena wanita itu sudah memberikan pembatas diantara mereka. Awalnya ia ingin marah, tapi saat mendengar ucapan Intan membuat Zaki terdiam. 'aku sedang tak ingin di sentuh'*****Najwa berlenggok keluar dari kamarnya, gadis ini selalu saja begitu, keluar setelah semua makanan siap disajikan. Intan ingin marah rasanya,
Read more
Bab 41
Sakit raga dapat di obati, tapi sakit hati tak tahu harus diobati kemana. Rasa lelah karena terus dibohongi membuat siap saja tak akan memberi kesempatan untuk menjelaskan.Intan menatap sinis dua manusia dewasa yang keluar dari dalam mobil yang sama. Siapa lagi jika bukan Zaki dan sepupunya yang cantik jelita, Najwa!“Pulang bersama lagi?” Intan bertanya setelah mereka berdua berada di dalam kamar. “aku semakin heran, sedekat itukah hubungan kalian? Sampai-sampai harus bersama setiap waktu.”“Dek. Jangan ajak aku bertengkar lagi ... Suamimu lelah baru pulang dari kerja, tapi kamu ...,” Zaki mengela nafas lelah.Pria itu menatap jengah, tiada hari tanpa bertengkar. Entah mengapa wanita ini tak ingin mengernyit jika dirinya sangat lelah karena bekerja seharian.“Aku juga begini karena kamu, mas. Kamu selalu bikin Alasan ini itu untuk membela sepupu mu itu. Tapi kenapa sekali aja, kamu pikirkan juga perasaan aku dong!” “Cukup intan! Kamu tidak bisa bersikap kekanak-kanakan seperti ini
Read more
Bab 42
Suara azan terdengar begitu merdu dan syahdu. Meskipun membuat terbuai, tetapi kesadarannya langsung terbangun. Intan memaksa matanya untuk terbuka, berlahan ia mulai mendapatkan kesadaran sepenuhnya.Intan menyentuh lengan Zaki, “mas, ayo bangun.”Tak lama pria itu juga ikut terbangun. Intan segera bangkit dari tempat tidur dengan berlahan, setelah itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah menjadi kewajibannya untuk melakukan, meskipun belum merasa enakkan tapi Intan tetap melakukannya.Kali ini mereka melakukan salat sendiri-sendiri, Intan lebih dulu selesai tanpa menunggu suaminya. Dalam doa ia bisa menyampaikan keluh kesahnya pada sang pencipta, sedikit ia mulai merasa lebih tenang.Zaki yang melihat istrinya lebih dulu selesai, dan pergi keluar dari kamar. Pria itu merasa kehilangan.Tak ada lagi istrinya yang akan menunggunya dengan senyum manis untuk salat berjamaah berdua. Tak ada lagi senyum manis yang selalu merekah dikala ia mengecup kening sang istri saat sel
Read more
Bab 43
Rumah terasa begitu sepi, setelah suaminya berangkat kerja intan tak tau lagi harus dilakukan apa. Wanita itu cukup senang hari ini, mendengar jika beberapa hari lagi gadis cantik jelita tapi berhati iblis itu kan pergi, intan sungguh merasa senang. Perhatian yang diberikan Zaki hari ini sudah membuat mood intan kembali membaik. Tapi beberapa kali sekarang ia sering merasa tidak nyaman pada perutnya, ia menganggap itu bisa, mungkin karena tamu bulanannya yang mau datang. Intan terlalu acuh pada tubuhnya, ia tidak begitu suka jika sakit sedikit Langsung ke rumah saking untuk periksa.Suara telpon diatas meja bergetar, segera Intan raih benda pipih itu dengan cepat.“Ferdi?” Nomor mantan yang sampai sekarang masih ada di ponselnya, dia memang tidak pernah memblokir nomor itu, hanya pernah menghapuskannya saja. Mungkin karena ia sangat hafal, jadi dengan mudah ia bisa menebak nomor asing yang masuk dalam ponselnya.Intan sedikit ragu untuk mengangkatnya, tapi ia juga penasaran apa yang
Read more
Bab 44
Rasa terkejut Naila tak bisa ia tahan. Melihat keberadaan Najwa didalam rumah kakaknya membuat gadis itu menatap marah. Gadis itu langsung menarik temannya itu untuk berbicara berdua diluar.“Kenapa kamu bisa disini Naj?” Tanpa basa basi Naila langsung bertanya.Najwa terlihat sedikit takut, gadis itu terlihat sedikit memucat. Ia tidak pernah tahu jika Naila akan datang kesini, jika begini ia akan tersudut dan tak tahu harus memberi alasan apa. Tadi pagi ia sudah terusir oleh pemilik rumah, dan sekarang ada lagi penghalangnya untuk mendekati Kak Zaki, kenapa jalannya begitu dipersulit.“Aku ... Kak Zaki yang membawaku kesini.” Tak tahu harus menjawab apa, dia malah salah berkata.“Kak Zaki? Kenapa dia sampai membawamu kesini?” Naila memandang wajah Najwa dengan tajam. Mereka berdua bukan hanya kenal sehari, jadi bagi ia tak mungkin mempercayai gadis ini begitu saja. Ia tahu siapa kakaknya, pasti Najwa sudah melakukannya sesuatu sehingga menarik perhatian kakak laki-lakinya itu.“Aku s
Read more
Bab 45
Jalan-jalan yang mereka lakukan sungguh membuat dua manusia berjenis kelamin perempuan itu sungguh bahagia. Kesana-kemari bak dua remaja, tidak ada yang akan menyangka jika mereka adalah saudara ipar. Bahkan tadi ada laki-laki yang datang menggoda mereka. Saat Intan mengatakan ia sudah menikah, mereka terlihat tak percaya. Tapi itu berhasil membuat mereka pergi dan tidak mengganggu lagi.“Kakak ingin beli sesuatu?” Naila bertanya sebelum mereka memutuskan untuk pulang.“Tidak. Kita harus pulang, Nai. Bisa marah kakakmu nanti jika kita pulang kesorean.” Ujar Intan sedikit kawatir. Mereka sudah terlalu lama diluar, tubuhnya juga sudah merasa lelah karena seharian kecapean.“Jangan kawatir, jika dia marah nanti biar aku adukan pada bunda. Biar dia dimarahi,” ujar Naila. Intan terkekeh geli, adik iparnya ini selain berhasil membuat ia tertawa dari tadi. Sepertinya mereka sangat cocok jika berjalan berdua.*****“Waw, sepertinya jalan-jalan kalian sangat menyenangkan.” Suara seseorang me
Read more
Bab 46
Sikap dingin Zaki benar-benar membuat Intan semakin terluka. Naila juga geram dengan sikap kakaknya yang masih saja membela Najwa. Kadang-kadang ia berpikir, ‘apa mungkin kak Zaki benar-benar telah jatuh cinta pada Najwa?' Tapi kenapa sekarang, kenapa tidak dari dulu saja?Mereka yang berumah tangga, entah kenapa dirinya pula yang pusing. Naila pernah mencoba untuk menasihati Najwa sebagai seorang teman, tapi pada akhirnya mereka malah bertengkar hebat.“Mas, kamu akan berangkat?” “Mm,” Zaki tak menjawab, tapi hanya berdeham dingin, “ayo Najwa, kita harus berangkat kerja.” Intan yang sudah berdiri ingin mengantar Zaki sampai depan rumah kembali terduduk dengan linglung. Pada akhirnya ia hanya bisa tersenyum menahan tangis. Bersikap dingin pada dirinya, tapi begitu lembut pada wanita lain, kenapa Zaki begitu tak peduli padanya?Zaki dan Najwa berlalu tanpa menoleh lagi, bahkan tak memperdulikan tatapan marah seseorang disana.Naila bangkit dari duduknya menghampiri kakak iparnya, “ka
Read more
Bab 47
Telepon dari sang adik benar-benar membuat Zaki serasa nyawanya melayang. Apa ia tak salah dengar? Apa dirinya sedang bermimpi buruk?Baru tadi pagi ia bertengkar dengan istrinya, tapi kenapa kabar buruk ini datang sekarang. Ia pasti salah dengar!“Dek, bicara yang jelas ... Intan kenapa?!” Pertanyaan bercampur bentakan itu membuat orang lain yang masih ada di ruangan itu ikut terkaget.“Jangan banyak tanya kak! Aku sudah bilang, kakak ipar jatuh dan dia mengeluarkan banyak darah.” Balas Gadis disebrang sana tak kalah kencang.Zaki langsung menyambar kunci mobilnya, mengabaikan pertanyaan dari orang-orang. Pria itu berlari, memacu mobil dengan kencang menuju rumah sakit yang disebut adiknya. Pria itu bahkan lupa mematikan ponselnya terlebih dahulu. Rasa takut dan juga rasa bersalah membuat pria itu sekarang kehilangan akal.Zaki kacau, ia takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Ia mengingatkan kejadian tadi pagi saat ia kembali membentak Intan, apa ada hubungannya dengan ini semua?Jal
Read more
Bab 48
Zaki mengungkapkan sendu wajah pucat yang terbaring lemah itu, ia ikut merasakan apa yang dirasakan istrinya sekarang. Kehilangan benar-benar menjadi pukulan telak bagi dirinya.Operasi baru selesai dilakukan. Pengeluaran janin yang masih berbentuk segumpal darah itu benar-benar menguras emosi Zaki saat melihatnya. Calon anaknya yang belum berbentuk harus berpulang tanpa dapat ia lihat.Suara pintu terbuka membuat Zaki perhatian dari wajah sang istri.“Bunda?” Zaki sedikit terkejut dengan kedatangan bundanya yang begitu cepat. Ia bangkit untuk menyalami wanita kesayangannya itu.Belum sampai ia menyentuh sang bunda, tangan yang mulai keriput itu sudah lebih dulu mendarat di pipinya.“Dasar pria bodoh! Bagaimana Anda bisa melakukan ini pada istrimu!” wanita tak sabar mengeluarkan amarahnya, ia bahkan berteriak keras saat masih dikamar rawat menantu yang masih bermasalah tak sadarkan diri.Zaki hanya bisa terdiam menerima tamparan sang bunda. Belum pernah ditampar seperti ini, pertama k
Read more
Bab 49
Bella masuk apartemen dengan santai. Berusaha biasa-biasa saja, meskipun dalam hati batin. Wanita itu langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, tak butuh waktu lama, suara tangisan langsung terdengar dari bibir pucat itu.Divonis memiliki penyakit serius membuat Bella benar-benar putus asa. Semua impiannya belum terwujud, tapi hidupnya hampir berakhir. Apa ia akan ikhlas meninggalkan dunia ini? Ikhlas tak ikhlas ia tetap saja harus menerima kenyataan.Ia membocorkan kembali kertas yang diberikan dokter tadi siang, kembali ia merasa sedih saat mengingat hidupnya yang akan berakhir. Bella melipat kertas itu, ia harus menyembunyikannya agar tidak dilihat oleh suaminya. Jika Ferdi menemukan ia tidak tahu akan menjelaskan apa, dan dia juga tidak yakin Ferdi mau bertahan hidup dengan wanita penyakitan sepertinya ini.*****Zaki masuk ke dalam kamar rawat istrinya, pria itu hampir saja berteriak melihat Intan sudah membukakan mata. Zaki berlari menghampiri Intan yang terlihat melamun
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status