All Chapters of Teruntuk Mantan Istri Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70
98 Chapters
Bab 61
    "Halo, siapa ini?" ujar Hena dengan suara manjanya. Ih, sangat menjijikkan. "Halo, em ... ini aku, Yusuf." "Oh, A Yusuf? Ada apa A? Aa punya nomor Hena dari siapa?"  Aku yang mendengar percakapan Hena dan Yusuf, serasa ingin muntah mendengar suara Hena yang dibuat sehalus mungkin. "Ada lah. Hena, bisa tidak kalau sekarang datang ke rumah saya?" tanya Yusuf. "Bisa, bisa sekali, A. Memangnya Aa lagi butuh ikan, ya? Nanti saya bawakan. Mau berapa kilo, A?" tanya Hena dengan antusias. "Ah, tidak. Saat ini saya tidak sedang butuh ikan. Tapi, saya mau ngobrol dulu aja denganmu. Menyesuaikan harganya, siapa tahu cocok, nanti kita bisa kerja sama." Yusuf mulai berbohong. "Ok, A. Sekarang juga Hena, ke sana." Beberapa saat menunggu, Hena datang dengan sepeda motornya
Read more
Bab 62
        "Saya, selaku orang yang sudah memfitnah Arini dan Yusuf, ingin mengatakan kepada semua orang, bahwa Arini dan Yusuf, tidak melakukan zina. Semua yang terjadi, adalah murni kesalahan saya. Saya yang memfitnah mereka!" Meski dengan suara lirih dan dengan menahan tangis, Hena berbicara jelas dengan dibantu alat pengeras suara.  Orang-orang yang kita lewati, melihat ke arah kita dan mendengarkan apa yang Hena ucapakan. Seketika itu juga, mereka menyoraki Hena dengan berbagai umpatan yang keluar dari mulut-mulut jahat tetangga. Tidak berhenti sampai di situ, Yusuf terus mengendarai mobil sampai masuk ke dalam perkampungan yang padat dengan rumah-rumah warga. Dan berhenti, tepat di depan warung yang banyak Ibu-ibu tengah berghibah ria. Hena kembali mengucapkan kata yang
Read more
Bab 63
  "Tidak. Aku tidak ingin melakukannya!" "Kenapa?" tanyaku. "Karena aku bukan tipe orang yang dengan mudah mempermainkan suatu hubungan. Apalagi, pernikahan." "Tapi kan ... pernikahan kita tidak—" "Tidak didasari dengan cinta? Heh, percuma saling cinta, jika ujung-ujungnya saling menyakiti dengan berpaling ke lain hati. Terserah jika kamu ingin pergi. Tapi, yang jelas aku tidak akan mengucapkan kata perpisahan," pungkas Yusuf. Dia pergi entah ke mana. Aku menyandarkan punggungku seraya mengembuskan napas kasar. Ternyata percuma saja mengatakan kepada seluruh dunia tentang aku dan Yusuf yang tidak melakukan zina. Toh, ternyata pernikahan ini masih akan terus berlanjut. Entah sampai kapan. "Belajar menerima takdir, Rin! Mungkin Tuhan memang sudah mentakdirkan aku dan kamu untuk hidup bersama!" Terdengar suara
Read more
Bab 64
      "Arini, tunggu!" "Tunggu dulu, Arini!" Yusuf terus saja mengejarku hingga akhirnya dia berhasil mencekal pergelangan tanganku saat aku sudah sampai di ambang pintu. "Bukan seperti ini caranya untuk menyelesaikan masalah, Rin. Tidak dengan pergi begitu saja. Mari, kita duduk bersama dan saling bicara." "Aku rasa tidak perlu, A. Pilihanku untuk pergi, mungkin memang yang terbaik. Aku tidak ingin mengusik hidupmu dan kesenanganmu. Aku harus pergi." "Tidak!" Yusuf mencekal lenganku semakin kuat. Matanya begitu tajam melihatku. "Kita belum bicara, kita belum membahas apa yang menjadi pokok masalah. Kamu pun belum mengatakan apa yang membuatmu ingin pergi." Aku mengalihkan pandangan saat Yusuf menatapku semakin lekat. Aku takut pendirianku g
Read more
Bab 65
  POV Yusuf    "Dari mana kamu? Mabuk lagi? Main perempuan? Masih ingat pulang juga, kamu ternyata." Suara pria yang tengah duduk bersandar di sofa, membuat langkahku terhenti. Kulihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah menunjukkan pukul dua dinihari. Pantas, Ayah marah padaku karena pulang terlalu larut. Sudah mendekati pagi malah. "Aku lelah, Yah. Mau tidur," ucapku kembali berjalan ke arah tangga.  "Kamu memang anak yang tidak berguna Yusuf! Menyesal aku menamaimu dengan nama dua Nabi dalam satu namamu. Harusnya, dulu kau kukasih nama Fir'aun!" "Ayah! Kenapa kotor sekali kata yang keluar dari bibir Ayah. Dia anak kita, Yah."  Perempuan bergelar Ibuku, datang menambah kebisingan ruangan ini.  Mendapatkan perlakuan buruk dari Ayah, sudah bukan
Read more
Bab 66
  POV Arini    "Aw! Aduh, ampun ...!"  Yusuf mengaduh kesakitan saat aku mencubit perut six packnya. Biarin, biar dia tahu rasa. Siapa suruh dia membahas aku yang takut jarum suntik.  "Sekarang, kamu sudah tahu 'kan, kenapa ada foto-foto nakal aku?"  Aku mengangguk. "Rin, aku memang bukan pria soleh yang punya pemahaman baik soal agama. Aku hanya seorang hamba yang penuh dosa, yang sedang berusaha memperbaiki diri. Aku butuh kamu, sebagai pengingat di waktu salahku. Itu pun, jika kamu berkenan. Jika tidak mau, jika kamu jijik dan ingin pergi, aku—" "Stttt ...." Aku menempelkan jari telunjukku di bibir Yusuf.  Setelah mendengarkan penjelasan Yusuf, tidak ada salahnya juga untukku mempertahankan pernikahan ini. Toh, aku pun bukan wanita suci tanpa dos
Read more
Bab 67
      Jodoh itu memang misteri, kehadirannya tidak bisa kita prediksi.  Aku, pernah mengecap kata untuk tidak ingin terburu-buru dalam memulai suatu hubungan dengan seorang pria, setelah disakiti seorang pria. Namun, Tuhan memperlihatkan kuasanya. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Tuhan sudah mempertemukanku dengan jodoh yang baru. Orang lama, yang baru datang kembali. Aku menolak? Sudah. Namun, gagal. Keinginan Tuhan, lebih kuat dari penolakanku. Hingga akhirnya, aku mulai mencoba untuk berdamai dengan takdir. Menerima kenyataan kalau sekarang aku memanglah sudah menjadi seorang istri. Lagi. Aku merentangkan tangan, meregangkan otot-ototku. Namun, saat kulirik tempat tidur di sebelahku, aku tidak menemukan Yusuf di sana.  Di mana dia? Setelah
Read more
Bab 68
    "Sekarang. Jangan dinanti-nanti. Aku gak mau pergi, kalau kamu belum mandi." Aku melipat kedua tangan di perut, dengan bibir yang mengerucut. Bukannya mengabulkan keinginanku, Yusuf malah tertawa seraya terus menggodaku. Mulai dari mencolek daguku, hingga mencubit pipiku. Pria itu menganggapku boneka panda yang besar dan menggemaskan. Hingga akhirnya, aku pergi meninggalkan dia karena kesal.  Tidak lama setelah kepergianku, dia menyusulku dan akhirnya bersedia untuk mandi. Sambil menunggu Yusuf selesai dengan ritual mandinya, aku menyibukkan diri di dapur. Memasak apa saja yang bisa aku makan dengan suamiku. Setelah tadi pagi dia yang melayaniku, kini saatnya akulah yang melayani dia. "Kok, masak? Kita kan mau berangkat," ujar Yusuf yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Sebentar saja, lagian aku cuma masak telor ceplok doang. Gak akan la
Read more
Bab 69
    "Awas, hati-hati turunnya." "Jangan terlalu cepat jalannya, Rin, nanti kamu kesengol orang." "Enggak usah dempet-dempetan gitu, biarin mereka dulu yang belanja. Biar kita belakangan." Aku memutar bola mata jengah seraya mengembuskan napas kasar. Ucapan-ucapan Yusuf membuatku geram.  "Ini pasar, A. Bukan emol. Wajar kalau desek-desekkan, wajar kalau dempet-dempetan. Kalau kita nunggu mereka kelar, nanti kita kebagian rempah-rempah yang jelek," ujarku seraya terus berjalan menerobos kerumunan ibu-ibu yang tengah memilah bumbu dapur. Yusuf menarik tanganku hingga akhirnya, aku tidak punya celah buat masuk pada kerumunan Emak-emak itu. "Diem di sini, aku tidak mau, kaki kamu keinjek ibu-ibu berbadan subur itu. Biar aku yang maju," ujarnya menggulung lengan kemeja yang ia kenakan. Ak
Read more
Bab 70
      "A," panggilku. "Hmm." Yusuf bergumam menjawab panggilanku. "Kenapa?" tanyanya kemudian, saat melihatku tak kunjung bicara.  Yusuf menarikku hingga aku duduk di sampingnya. Kedua tangan Yusuf melingkar dengan indah di pinggang rampingku.  Kini, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Udara pun semakin dingin karena hujan yang sedang mengguyur bumi. Namun, hatiku tetap was-was untuk menyambut datangnya tamu di hari esok. "Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Kenapa wajahmu terlihat cemas?" ujar Yusuf memindai wajahku dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ada," kataku berdusta. Yusuf membuang napas kasar. "Sudah aku bilang, jangan memikirkan hal yang belum terjadi. Santai saja. Semuanya akan baik-baik saja. Percaya sama aku."  
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status