All Chapters of Yes, I Do: Chapter 41 - Chapter 50
116 Chapters
Bab 42. Overprotective
“Kalau ada seseorang menekan bel pintu, kamu bisa memeriksanya terlebih dahulu di sini, dengan menekan ini,” jelas Keenan.“Oh,” sahutku sambil memperhatikan.“Kalau bukan orang yang kamu kenal, maka kamu tidak perlu membukakan pintu. Nah, yang di pintu ini pengait yang harus selalu kamu pasang agar orang yang tidak dikenal tidak langsung masuk begitu saja. Apa kamu mengerti?” tanya Keenan.“Iya, aku tahu alat seperti ini, tetapi tidak pernah berniat untuk memasangnya karena sejauh ini semua baik-baik saja,” jawabku.“Aku sudah memikirkannya selama beberapa hari ini dan kalian harus memiliki alat ini untuk keamanan,” ujar Keenan.Perkataan Keenan praktis membuat hatiku menghangat. Bagaimana dia, seseorang yang baru kami kenal, bisa berpikir sampai sejauh ini? Sikapnya ini membuatku semakin merasa bersalah kalau ingat kami pernah mencurigainya sebagai pengirim hadiah misterius.“Terima kasih, Keenan. Berapa yang harus aku bayar untuk membeli dan memasang alat ini?” tanyaku.“Tidak perl
Read more
Bab 42. Cheryl dan Dokter Raffa
Cheryl terlihat salah tingkah ketika melihatku dan Keenan berjalan mendekat. Namun, di detik berikutnya Cheryl segera melambaikan tangan.“Kalian di sini?” tanya Cheryl.“Iya. Baru saja kami selesai melihat-lihat mainan,” jawabku sambil melirik ke arah seorang pria yang sedang duduk di sebelah Cheryl.“Oh, kenalkan … Dokter Raffa. Dokter Raffa, kenalkan ini Lilian dan Keenan. Mereka sahabat saya,” ujar Cheryl.Aku dan Keenan praktis mengulurkan tangan bergantian untuk berkenalan.Ah, dia ternyata Dokter Raffa. Perasaan baru tadi pagi Cheryl bercerita tentang Dokter Raffa, sekarang kami sudah bertemu.Benar kata Cheryl, Dokter Raffa tampan dan sangat berwibawa. Tapi … kenapa Cheryl makan siang bersamanya? Bukankah Cheryl tidak suka dengannya? Apa terjadi sesuatu yang belum aku ketahui?“Mari … kita makan siang bersama-sama!” ajak Dokter Raffa.“Eee, kami akan duduk di kursi yang lain saja,” tolakku sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Dan ternyata restoran sedang penuh sekarang.Ba
Read more
Bab 43. Belum Saatnya
“Ini kartu nama saya.” Keenan mengulurkan kedua tangannya dan memberikan kartu nama pada Dokter Raffa.“Maaf, saya lupa tidak membawa kartu nama. Nanti saya akan mengirimkan pesan melalui nomor whatsapp,” ujar Dokter Raffa.“Tidak apa-apa,” sahut Keenan.“Saya akan bicara dengan Cheryl. Jika bisa, besok kita berjumpa kembali.” Kali ini Dokter Raffa menatapku dan Keenan bergantian.“Siap,” sahut Keenan.Aku sendiri hanya tersenyum untuk menanggapi.Sekilas aku bisa melihat raut wajah Cheryl yang sepertinya tidak berminat untuk pergi bersama. Namun, di sini aku merasa sepertinya Dokter Raffa menyukai Cheryl.Ah, mikir apa aku ini? Sebelumnya aku sempat menjodohkan Cheryl dengan Keenan dan sekarang aku berpikir untuk menggoda Cheryl dengan Dokter Raffa. Mungkin sebaiknya aku berhenti sebelum Cheryl marah. Aku rasa, sikapku juga terlalu kekanak-kanakan.Aku tidak mendengar perkataan Dokter Raffa yang terakhir, hanya saja saat ini Keenan sudah pamit.“Terima kasih, Dokter Raffa. Senang ber
Read more
Bab 44. Semakin Terasa Nyaman
Seingatku, ini pertama kalinya setelah Finn pergi, aku menghabiskan waktu bersama seorang pria. Perasaan … mencari ide untuk membuat mainan hanya sebentar, sisa waktu yang lain hanya untuk jalan-jalan dan menikmati makanan yang belum pernah aku makan.Kalau kalian bertanya bagaimana rasanya? Jawabanku, biasa saja.Hm, begini begini … aku merasa senang karena aku bisa tertawa dan mencicipi makanan yang belum pernah aku makan selama di Singapura. Akan tetapi, hanya sebatas itu saja.Hingga malam hari, Keenan mengantarku pulang, Cheryl ternyata sudah berada di unit apartment.“Hai, Ryl!” sapaku begitu membuka pintu.“Eh, Keenan antar kamu atau tidak?” Bukannya membalas sapaanku, Cheryl malah langsung menanyakan Keenan.“Ada, tapi dia langsung pulang. Mau aku panggil?” tanyaku.“Iya, boleh,” sahut Cheryl.Aku pun langsung membuka pintu dan sedikit berteriak memanggil Keenan. Untungnya, pintu lift masih belum tertutup rapat.“Ya?” sahut Keenan sambil menahan pintu lift.“Besok kita jadi pe
Read more
Bab 45. Efek Bangun Tidur
Sesudah membersihkan diri, aku bergegas naik ke atas tempat tidur dan dalam sekejab aku sudah terlelap.Benar, aku yakin kalau aku sudah terlelap. Akan tetapi, pikiranku tidak berhenti berkelana, seolah-olah aku masih sedang terjaga.Apa jangan-jangan aku memang belum tidur?Kini aku mulai berpikir untuk memperbaiki beberapa tugasku di kantor. Lalu, aku berpikir untuk segera menyelesaikan desain mainan untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Pun aku berpikir untuk meluangkan waktu membersihkan apartment. Astaga! Ternyata ada banyak hal yang harus aku selesaikan.Selagi aku memikirkan semuanya itu, tiba-tiba aku merasa sekelilingku berubah menjadi seperti sebuah ruang kerja, di mana aku duduk di dekat meja berukuran panjang. Di atas meja itu terdapat setumpuk pekerjaan. Ketika aku mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan, dari jauh aku melihat seseorang yang mirip dengan Finn berjalan mendekat ke arahku.Tidak tidak … seseorang itu tidak mirip dengan Finn. Orang itu adalah Finn.“Fi
Read more
Bab 46. Dia Hanya Masa Lalu
Tanpa terasa, aku dan Keenan tiba di Marina Bay Sands. Di sini rencananya kita akan menikmati salah satu hidangan di restoran yang sudah dipilih oleh Dokter Raffa. Mungkin setelah itu kita bisa jalan-jalan sebentar.“Apa Dokter Raffa dan Cheryl sudah tiba?” tanya Keenan.“Seharusnya sudah,” jawabku.“Mau langsung ke restoran atau jalan sebentar?” Keenan menawarkan.“Kita bisa jalan dengan santai sambil menuju ke restoran,” jawabku.Keenan mengangguk dan berjalan di samping kananku.“Tempo hari aku sempat ingin mengajakmu mengunjungi ArtScience Museum,” ujar Keenan.“Mau! Kapan-kapan kita ke sini lagi ya? Sudah lama aku ingin mengunjungi ArtScience Museum, hanya saja sulit mendapat tiketnya,” jawabku bersemangat.“Kita harus berangkat lebih awal untuk mendapatkan tiket masuknya,” sahut Keenan sambil tersenyum. Dia pasti sedang menertawakan tingkahku.Aku hanya mengangguk untuk menanggapi.“Mau naik escalator atau lift?” tanyaku.“Escalator saja,” jawab Keenan.Lagi-lagi aku hanya menga
Read more
Bab 47. Apa Aku Menyukainya?
Setelah membicarakan semua hal serius hingga bercanda, bahkan sampai kami pindah ke cafe sekadar untuk duduk dan minum, tanpa terasa senja pun menyapa. Itu artinya sebentar lagi malam dan pertunjukan air menari akan segera dimulai.“Kita harus ke tempat pertunjukan agar bisa mendapatkan tempat duduk yang nyaman,” ujar Keenan.“Ayo! Kita jalan ke sana saja sekarang,” ajak Dokter Raffa.Aku dan Keenan berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh Cheryl dan Dokter Raffa.“Wah, masih panas, Kee,” ujarku. Aku praktis menyipit begitu cahaya matahari menerpa wajah saat langkah kami sudah tiba di sisi bagian luar.“Tidak apa-apa, ini hanya sebentar,” jawab Keenan. Matanya ikut menyipit, tetapi dia tetap melangkah menuju ke anak tangga paling depan. Itu tempat yang paling strategis untuk menonton.Saat ini memang tempat ini sangat sepi. Tapi, lihat saja nanti … semakin malam pasti tempat ini akan semakin ramai dengan pengunjung.“Masih panas, Li!” Itu suara Cheryl yang mengajukan protes. Posisinya m
Read more
Bab 48. Tidak Dalam Suasana Hati yang Baik
Aku menutup ponsel dalam keadaan kesal. Akhir minggu depan Papa dan Mama mau datang ke Singapura.Ah, kenapa ini membuat hatiku seketika mencelos?Anggaplah aku ini anak yang aneh. Saat orang lain merasa senang mendengar keluarganya mau datang mengunjungi, aku justru merasa kesal dan tidak suka. Akan tetapi, hubunganku dengan keluarga tidak cukup dekat.Seperti yang pernah aku ceritakan pada Keenan, kedatangan Mama justru membuatku mendadak tidak memiliki apa-apa dan merasa diri ini tidak berguna. Semua tabungan dan perhiasan yang aku beli dari hasil kerja pasti diambil dengan alasan agar tidak hilang. Ujung-ujungnya, saat aku perlu atau ingin pakai, Mama pasti menyuruhku minta Papa.“Orang tuamu mau datang ke Singapura, Li?” tanya Keenan membuatku terkesiap.“Iya,” jawabku singkat.“Kamu terlihat tidak senang mendengar kabar kalau orang tuamu akan datang,” ujar Keenan.“Begitulah,” sahutku malas.“Tidak boleh begitu, Li. Bagaimanapun mereka adalah orang tua. Kita harus menghormati me
Read more
Bab 49. Sungguh Menjengkelkan
Seandainya bisa, ingin rasanya aku membuat waktu berjalan lebih lambat dari biasanya agar waktu kedatangan Papa dan Mama tidak terlalu cepat. Akan tetapi, siapa yang bisa menghentikan waktu?Saat ini, aku dan Cheryl sudah berada di bandara untuk menjemput Papa dan Mama. Menurut jadwal, seharusnya mereka sudah tiba. Mungkin mereka masih mengambil barang-barang.“Apa kita akan langsung mengantar orang tuamu ke hotel?” tanya Cheryl.“Entahlah. Mungkin saja,” jawabku malas.“Hei, apa kamu semalam tidak tidur dengan baik?” tanya Cheryl sambil mengamati kedua mataku.“Iya … semalam aku tidak bisa tidur dengan baik,” jawabku mengulangi pertanyaan Cheryl. Aku mengedarkan pandangan ke arah pintu keluar para penumpang pesawat.“Seharusnya kamu tidur dengan baik, Nona. Kita pasti akan sangat sibuk dengan kedatangan orang tuamu,” ujar Cheryl.“Seharusnya kamu tidak perlu mengambil hari libur. Aku dan orang tuaku bisa naik transportasi umum.” Aku berkata.“Setelah aku pikir-pikir … besok aku meman
Read more
Bab 50. Selesaikan Masa Lalu
“Bagaimana pekerjaanmu, Li?” Kini Mama menoleh ke arahku.“Baik, Ma. Semua berjalan seperti biasa,” jawabku singkat.“Apa Tante tidak berniat bertanya padaku?” canda Cheryl.“Apa kamu sudah punya kekasih?” tanya Mama dengan senyum menggoda.“Pertanyaan Tante menyinggung saya,” jawab Chery sambil mengerucutkan bibirnya. Tentu saja dia hanya pura-pura marah.Bukannya kesal, Mama justru tertawa terbahak-bahak.“Tante tidak perlu bertanya mengenai pekerjaan karena kamu itu sudah memiliki kehidupan yang sangat baik. Tante hanya penasaran dengan kekasihmu,” ujar Mama.“Tidak lama lagi Cheryl akan memiliki kekasih,” celetuk Keenan.“Benarkah? Kamu harus mengenalkannya pada Tante,” sahut Mama.Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan sikap Mama yang terlihat begitu menyayangi Cheryl. Namun, sejujurnya aku malu dengan Keenan dan Cheryl. Aku ini anaknya, tetapi Mama bersikap seolah-olah begitu membenciku.Apa aku ini anak yang tidak diharapkan?Kalau benar Mama tidak mengharapkan aku, apa aku boleh
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status