All Chapters of AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA: Chapter 51 - Chapter 60
117 Chapters
Bab 51
Bu Ningsih segera mengiyakan permintaan Aisha dan berjanji akan menyampaikannya pada sang anak.“Al, tadi hp kamu nyala terus, jadi Ibu angkat.” Bu Ningsih langsung berkata saat anaknya keluar dari kamar.“Iya, nggak apa-apa,” jawab Albany. “Dari siapa?”“Dari … A … Aisha kalau tidak salah,” balas Bu Ningsih.“Oh, Aisha. Apa katanya?” timpal Albany dan lalu Bu Ningsih mengatakan sesuai yang dikatakan gadis itu.“Siapa dia, Al?” tanya Bu Ningsih.“Dia putri pemilik perkebunan itu, Bu. Anaknya Pak Hasan,” jawab Albany.Dari obrolannya dengan sang putra, Bu Ningsih setidaknya bisa menyimpulkan jika pemilik perkebunan itu bukan hanya menyukai Albany sebagai anak yang rajin, jujur dan ulet. Ada sesuatu yang diharapkan oleh orangtua itu. Siapa yang tidak ingin jika anaknya menikah denngan laki-laki baik juga tampan.“Jangan terlalu memberi harapan pada mereka, Al. ingat, kamu itu laki-laki beristri,” ucap Bu Ningsih kala itu dan hanya dijawab gumaman oleh Albany.Dia memang tidak ada niat u
Read more
Bab 52
“Rita,” gumam Ningsih dengan napas tersengal. “Dia … mengkhianati Hendro,” lanjutnya dengan air mata yang mulai menetes.***“Itulah kenapa aku ingin membawa Om Hendro dari rumah itu, Bu. Bi Yuyun bilang Om Hendro tidak diperlakukan dengan layak. Apalagi setelah melihat kejadian tadi, aku semakin yakin kalau Om Hendro benar-benar terlantar di rumahnya sendiri,” ujar Za saat mereka tengah duduk di sebuah kafe.“Aku ingin membawa Om Hendro dari sana, tapi bagaimana kalau Tante Rita malah menuntutku telah mencullik suaminya? Bingung juga. Tapi, membiarkan Om Hendro di sana pun bukan pilihan yang tepat. Dia pasti menderita.” Za mendesah resah membayangkan keseharian yang harus dijalani ayah mertuanya itu.“Dulu, Ibu pernah berdoa agar dia mendapatkan balasan yang setimpal karena telah menelantarkan kami. Ibu berharap, dia pun bisa merasakan hal yang sama. Tapi sekarang … setelah dia mendapatkan karmanya sendiri, Ibu justru tidak ridho. Ibu merasa teramat kasian padanya,” timpal Bu Ningsih
Read more
Bab 53
“Om Hendro lagi tidur?” tanya Za pada Yuyun yang sesekali melirik pada Ningsih.“Nggak, Mbak. Lagi ada Nyonya Besar,” ucapnya semringah.“Nyonya Besar? Oma Yohana maksudnya?” tanya Za memastikan. Yuyun mengangguk pasti.“Alhamdulillah. Aku udah ketakutan jika Om Hendro tidak akan ada yang merawatnya,” ucap Za bersyukur.“Ayo, masuk, Mbak,” ajak Yuyun menarik lengan kurus itu. Za tersenyum dan melirik pada Ningsih yang tampak ragu.“Ayo, Bu,” ajak Za.“Emh, Neng Za … Ibu sebaiknya pulang saja, ya.” Bu Ningsih terlihat ketakutan.“Lho, Bu. Kita kan mau melihat kondisi Om Hendro. Kenapa Ibu malah mau pulang?” Za keheranan.“Emmh, itu … itu ….” Ningsih terlihat ragu.Za baru sadar dengan yang dirasakan oleh ibu mertuanya itu. Trauma masa lalu yang dirasakan oleh Ningsih pasti masih membekas sampai sekarang. Penolakan dari ibunya Hendro pasti menorehkan luka yang mendalam. Terlebih dirinya membawa anak yang harus dirawatnya sendirian.“Ibu jangan takut, ada Za,” bisiknya lirih sambil mengg
Read more
Bab 54
Ada aneka masakan yang terhidang di meja. Tongseng kambing, oseng mercon daging kambing, acar timun dan tahu goreng.Za menyiapkan tiga piring di meja. Ningsih senyum-senyum melihat menantunya itu menyiapkan makanan.“Mas, ayo makan dulu,” ajak Za pada Albany yang tengah duduk di ruang tv. Tangannya memegang ponsel. Matanya fokus mengetikan sesuatu. Tak lama kemudian benda pipih itu berdering dan Albany segera mengangkatnya.“Iya Aish? Besok aku ke sana pagi-pagi karena ada panen. Iya, tentu saja.” Suara Albany terdengar cuap-cuap dengan seseorang. Za yang mengajak lelaki itu makan, berdiam diri sambil memperhatikan gerak-gerik suaminya. Jarang sekali lelaki itu bersikap ramah pada perempuan. za bahkan teringat kembali pada kejadian di mana dia melihat Albany sedang tertawa dengan Amel. Hatinya mendadak sakit.Obrolan Albany tampaknya semakin panjang, dia bahkan mengeluarkan tas yang berisi laptopnya. Ada rasa haru dalam hati Za, melihat peningkatan yang dicapai suaminya. Dulu, jangan
Read more
Bab 55
Byur!Tubuh jangkung itu menyebur ke dalam kolam. Gerakannya begitu cepat menyundul air ke sisi satu dan lainnya. Mungkin sudah ada dua puluh kali balikan lelaki itu berseluncur di dalam air. Tubuhnya menegak dan menyembulkan kepalanya yang menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia mendongak ke atas, dan melihat pemandangan yang justru semakin membuatnya mati kutu.Di pinggir kolam tepat di depan Albany menghentikan aktifitas berenangnya, Za berdiri bersiap dengan baju renangnya yang two piece. Perut mulusnya terpampang jelas. Albany menelan salivanya berat.“Malam ini memang panas banget. Pantas aja kamu renang jam segini,” ucap Za dan langsung menceburkan diri ke dalam kolam. Gerakannya begitu halus dan gemulai. Berganti-ganti dari gaya meluncur, gaya punggung lalu katak. Dan Albany hanya mampu menyaksikan pemandangan indah itu sambil berdiri di ujung masih dalam kolam.Otaknya semakin menjelajah kemana-mana. Gerakan tubuh Za begitu indah bagaikan seekor kupu-kupu yang tengah terbang
Read more
Bab 56
“Aku akan menikahimu,” lanjutnya dengan suara yang terbata.“Tidak, Mas. Ibumu pasti akan melarangnya.” Ningsih menggeleng.“Bagaimana mungkin dia melarang? Sedangkan kemarin dia sudah melihat dengan matanya sendiri perbuatan Rita,” timpal Hendro.“Perbuatan Rita?” Ningsih tersentak kaget. Hendro mengangguk.“Kata Mami, Rita membawa seorang lelaki ke kamar kami.” Suara Hendro terdengar sengau dan agak tak jelas. Namun, Ningsih tetap masih bisa menangkapnya. Wanita itu menggeleng tak percaya.“Bukankah dia sangat mencintaimu, Mas?” tanya Ningsih. Hendro tersenyum kecut.“Dia tidak pernah mencintaiku. Dia hanya menjadikanku mesin uang untuk kebutuhan keluarganya.” Hendro menatap kosong ke depan.“Bukankah dia itu orang kaya juga, Mas? Mami-mu bilang dia adalah wanita yang pantas denganmu, karena dia selevel dengan kalian.” Ningsih menautkan alisnya heran.Hendro kembali tersenyum masam.“Dia dan keluarganya berlagak seperti orang kaya, padahal mereka hidup dari hutang yang banyak,” ucap
Read more
Bab 57
Pagi hari setelah peristiwa di kolam renang itu, Albany bangun dengan rasa malas yang luar biasa. Badannya masih ingin berbaring, tetapi tugas sedang menantinya.Mereka memang melakukannya di kursi lesehan di pinggir kolam renang, tetapi lelaki itu tak tega membiarkan Za tertidur di sana. Dia akhirnya membawa tubuh polos istrinya ke dalam kamar dan menyelimutinya. Dia bahkan tak terpikir untuk memakaikan baju. Albany merasa kasihan melihat Za yang begitu nyenyak setelah pertarungan yang menguras tenaga.“Kenapa kamu kayak yang loyo?” tanya seorang pekerja yang tengah memanen selada kepada pekerja satunya lagi yang terlihat kurang bersemangat.Lelaki berpakaian lusuh itu hanya tertawa malas. “Biasalah. Semalam habis bertarung sama bini, gara-gara dikasih tongseng kambing sama tetangga. Joos banget hasilnya,” jawab lelaki itu dicampur tawa.Albany langsung menghentikan langkahnya.Dia lalu teringat dengan makanan yang disajikan oleh istrinya semalam.‘Apa iya kejadian semalam karena dag
Read more
Bab 58
Hampir jam makan siang. Za menghentikan pekerjaannya. Dia teringat jika Albany tadi tak sempat sarapan. Za memutuskan untuk menelpon sang suami.Terdengar nada sambung beberapa kali, tapi belum juga diangkat oleh Albany. Za terlihat gelisah. Tak ada jalan lain, dia kembali menggunakan jalan ninjanya dalam melacak keberadaan sang suami. Dengan menggunakan Google maps.“Baiklah, sudah ketemu,” ucap Za dan beranjak dari meja kerjanya.Di jalan dia membeli makanan untuk makan siang dengan suaminya. Dua porsi sayur asem, nasi dan ayam goreng kalasan. Setelah itu mobilnya kembali meluncur menuju titik di mana sang suami berada.Za melihat ke kanan kiri jalan yang tampak asri karena menuju daerah perkebunan.“Oh, ternyata di sini tempat kerja suamiku itu,” gumam Za menengok ke setiap sudut.Dia melewati rumah Pak Hasan, lalu menuju gudang yang berada di depan perkebunan.“Sepertinya di sini titiiknya,” gumam Za sambil menatap layar ponselnya. Dia lalu memarkir mobilnya tak jauh dari sana. Me
Read more
Bab 59
“Mas? Apa maksudnya ini?” Za menatap tajam pada sang suami yang menyugar rambutnya kasar.“Apa? Apa yang ingin kamu pikirkan tentang aku? Lakukanlah. Menuduhku tentang apapun, tuduhkanlah. Aku sudah terbiasa dengan semua itu,” ucap Albany tegas.Mata dan mulut Za membulat. Dia sama sekali tak menyangka jika hati laki-laki itu masih menyimpan luka atas perbuatannya.“Pulanglah, aku tidak enak dengan para pegawai di sini,” ujar Albany lirih.Rasa lapar yang Za rasakan tadi, kini menguap entah kemana. Hatinya begitu sakit saat mendengar Albany mengusirnya.Za membuang muka dan berbalik untuk pergi dari sana. Matanya sudah tak lagi bisa menahan air yang bergerombol begitu saja.Setelah kepergian Za, sore harinya Aisha kembali mendatangi Albany di kantornya. Dia begitu penasaran dengan kata-kata yang sempat Albany lontarkan tadi siang. Tentang kemungkinan dia menjadikannya istri dan ibu dari anak-anaknya.Aisha membuang semua rasa malu demi itu.“Apa Akang cinta sama istri Akang?” tanya Ai
Read more
Bab 60
Bibir Za bergetar, dia bahkan tidak sanggup mengucapkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan suaminya. Ya, diantara mereka memang tak pernah terucap kata cinta.Kata yang seolah tabu untuk diucapkan, padahal mereka saling membutuhkan.“Aku … mencintaimu, Mas,” ucap Za terbata. “Apa itu cukup untuk membuktikan bahwa aku ingin mempertahankan rumah tangga ini?” tanya Za dengan tatapan memelas.Hati Albany melambung tinggi, walaupun dia tidak ingin menunjukannya. Masih ada rasa nyeri atas sikap istrinya yang begitu jahat.“Cinta?” Albany tersenyum miring lalu mendekat pada meja yang berada tak jauh darinya. Menarik laci dan mengambil sesuatu dari sana.“Apa ini yang kau sebut dengan cinta?” ucapnya seraya melemparkan selembar kartu itu ke hadapan istrinya.Pupil mata Za bergerak seiring jatuhnya kartu itu di bawah kakinya. Matanya terbelalak dengan mulut yang menganga. Dia menggeleng perlahan dengan air mata yang mulai bergerombol keluar.Albany menyunggingkan senyuman sinis dan berbalik
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status