Semua Bab AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA: Bab 71 - Bab 80
117 Bab
Bab 71
Rita tertawa. “Tentu saja bisa, tapi barangnya kecil. Aku masih penasaran denganmu,” ucapnya tanpa malu. Albany menyunggingkan senyum sinis. “Kenapa nggak kau lac*r saja sama gajah sekalian. Aku yakin ukurannya luar biasa buatmu!” cibirnya lagi. Rita kembali tertawa. “Kamu membuatku semakin bergairah, Al. Wow, aku berani bayar berapapun yang kamu mau,” bisik Rita sambil mencondongkan tubuhnya mendekati Albany. “Dan sayangnya, aku tidak menjual diri. Dan kau tahu sendiri, jika uang yang miliki sekarang, itu semua milik ayahku. Tanpa harus menjual diri padamu, aku masih bisa memilikinya,” ujar Albany diakhiri tawa. “Tapi … semua itu sudah menjadi milikku sekarang, Sayang. Kalau kamu mau mengambilnya kembali, silahkan. Akku akan senang hati menghamburkannya denganmu. Bukankah kamu sangat membenci suamiku itu?” tanya Rita dengan seringaian yang licik. “Aku membencinya. Tapi, aku jauh lebih membencimu,” jawab Albany tersenyum miring. Pembicaraan mereka kembali terhenti karena Amel
Baca selengkapnya
Bab 72
“Apa itu, Mas?” Ningsih mendongak dan memperhatika sang kekasih.“Aku yakin Mami akan merestui kita jika kamu hamil,” ujar Hendro yakin.Mata Ningsih terbelalak seketika.“Tidak, Mas. Itu dosa,” jawab Ningsih menggeleng.“Hanya sekali aja, Sayang. Mas janji!” Hendro memohon sambil berlutut di hadapan gadis itu.“Kamu mau, kan, kita bersatu?” pintanya lagi memelas.Ningsih meluruh dengan wajah memberengut. Takut akan dosa, namun dia pun kalah pada rasa cinta.**“Maaf, karena aku, kamu dulu menderita bersama Al. Aku pengecut, Maria. Maka mulai sekarang, aku akan mulai memperbaiki segalanya. Tidak ada kata terlambat untuk kata cinta, bukan?” Hendro menatap wanita di depannya lekat. Ningsih tersenyum.“Minggu depan aku akan menikahimu. Surat gugatan cerai untuk Rita sudah aku ajukan ke pengadilan. Aku akan sengaja tidak datang biar prosesnya bisa segera selesai. Beberapa foto yang diambil Mami saat Rita bersama seorang laki-laki sudah bisa menjadi bukti.” Hendro menghela napas berat.“A
Baca selengkapnya
Bab 73
Hendro dan Ningsih pergi berdua diantar sopir Yohana. Mereka menuju sebuah mall, di mana butik baju pengantin ada di sana.“Apa kamu pernah ke sini?” tanya Hendro menggenggam tangan Ningsih yang mendorong rodanya di lantai mall.“Belum. Cuma, Za beberapa kali mengajakku ke mall yang deket rumah. Dia sering mengajakku ke klinik kecantikan. Pantas saja ya, dia itu sangat cantik. Perawatannya saja mahal sekali,” kekeh Ningsih.“KAmu juga cantik, Sayang.” Hendro kembali mengelus punggung tangan kurus itu.Panggilan itu, benar-benar membuat hati Ningsih bergetar. Kenangannya akan masa lalu dengan lelaki itu kembali terngiang.Mereka masuk ke sebuah butik yang menyediakan pakaian pengantin. Harus memesan memang, tapi mereka juga memiliki beberapa koleksi yang sudah jadi.Tak perlu bersusah payah, karena tubuh Ningsih yang kurus bisa cukup dengan ukuran yang banyak dipakai orang.“Ini bagus,” tunjuk Hendro pada sebuah kebaya putih tulang.“SAngat bagus malah, Mas,” ucap Ningsih dengan mata
Baca selengkapnya
Bab 74
“Om belum nyari mas kawin buat ibu mertuamu,” ujar Hendro saat Za mengajak pulang.Za langsung menoleh pada suaminya meminta persetujuan. Albany melengos, tak mau sampai sang ayah tahu jika dirinya menyetujui.“Ayoklah, Om, aku antar.” Za mendekat dan berdiri di samping Ningsih yang memegangi dorongan kursi roda.“Sini, biar aku aja yang dorong, Bu. Ibu jalan aja, ya,” tawar Za.“Mau gerak aja masih nyusahin orang,” gerutu Albany berjalan duluan.Za dan Ningsih membiarkan saja saat Albany terus berjalan melewati toko perhiasan. Sementara mereka berbelok dan masuk ke dalam toko.“Al—““Biarkan saja, Bu. Biarkan dia menyadari sendiri kalau sudah kehilangan kita.” Za mencegah Ningsih memanggil anaknya.“Nanti dia marah,” keluh Ningsih.“Biarin, Bu. Biar nanti aku yang urus,” bisik Za sambil menahan tawa.Ningsih tak lagi mendebat. Dia tahu, jika sang menantu sudah bisa menguasai anak semata wayangnya itu.“Ini bagus, lho, Bu,” pekik Za menunjuk sebuah kalung dan cincin berlian. Ningsih
Baca selengkapnya
Bab 75
Za merasa segar setelah mandi dengan air hangat malam itu. Albany juga melakukan hal yang sama sebelum tidur.Mereka beranjak ke peraduan saat jarum jam sudah menunjuk angka sepuluh.“Mas, tadi kamu kayak yang bener aja saat ngusap-ngusap bahu Tante Rita. Jangan-jangan kamu beneran suka sama dia, cuman kamu diem-diem nyembunyiin,” tuduh Za.“Apaan? Nenek peot begitu mana enak,” jawabnya dengan mata tertuju pada layar ponsel.“Apa? Nenek peot?” Za tertawa.“Dia itu rajin olah raga lho, Mas. Tubuhnya masih bagus. Apalagi wajahnya yang disuntik botox, jadi kelihatan kencang,” lanjut Za.“Luarnya kenceng, dalemannya kan tetep aja nenek-nenek,” timpal Albany cuek.“Emang kamu udah lihat? Udah ngerasain?” tanya Za menarik lengan kokoh itu agar sang empunya menoleh.“Apaan, sih? Nggak minat!” ujar Albany tegas.Za langsung terbahak. “Ya sudah, aku mau tidur dulu. Sampe besok ya, Sayang.” Wanita itu langsung mendaratkan kecupan di pipi sang suami dan hendak kembali ke bantalnya. Namun, secepa
Baca selengkapnya
Bab 76
“Memangnya kamu tidak takut kalau Rita akan menendangmu ke jalanan?” tanya Albany dengan wajah menantang.Rafael terbahak sejenak.“Dia itu wanita bodoh yang haus belaian laki-laki. Berpuluh tahun dia menikah, hanya sekali suaminya menyentuh dia. Itu pun dengan bantuan obat per*ngsang karena suaminya itu masih saja memikirkan pacarnya yang dulu.” Rafael menjawab dengan tawa mencibir.Albany terperangah sejenak. Ternyata sang ayah tak pernah melupakan ibunya walaupun sudah menikah dengan Rita. Namun dia bisa menguasai diri dan berpura-pura ikut tertawa.“Kasian,” gumam Albany menyunggingkan senyuman masam.“Kasian, tapi lumayan, bisa aku manfaatkan uangnya. Kalau tidak … tidak mungkin aku mau melayani perempuan tua,” timpal Rafael terkekeh dengan bibir mencebik.Albany tersenyum.“Kau bisek?” tanya Albany dengan alis terangkat sebelah.“Ahh, bisa dibilang begitu. Tapi … jika aku menemukan seseorang seperti kamu, aku lebih memilih kamu,” jawabnya semringah.Albany jijik mendengarnya. N
Baca selengkapnya
Bab 77
“Iih, menyebalkan banget! Bikin kesel aja.” Cerocos Za sambil memukuli dada suaminya.Albany sontak membuka matanya dan tertawa. Dia malah menarik tubuh Za agar jatuh ke atasnya.“Kamu kesel karena belum dikasih jatah,” bisik Albany menyeringai.“Maasss!!” Za mencubit perut Albany hingga lelaki itu memekik kesakitan.** “Halo? Apa aku tidak salah mendengar, jika ini kamu, Al?” tanya Rita dengan suara mendesah.“Iya, tentu saja kamu tidak salah.Aku Albany.” Lelaki itu mengatur suaranya sesopan mungkin.“Ada apa gerangan kamu menelponku?” tanya Rita penasaran.“Apa kita bisa bertemu?” tanya Albany dengan nada penuh harap.Rita berdiam diri sejenak. Dia benar-benar tak percaya jika Albany bisa berubah pikiran.“Untuk apa?” Rita coba meyakinkan diri jika Albany memang ingin bertemu dengannya.“Aku ingin minta maaf untuk kejadian tempo hari. Aku benar-benar menyesal,” desah Albany.Mata Rita terperangah. Hatinya berbunga seketika.“Benarkah? Apa memang harus kita bertemu?”“Tentu saja. Ka
Baca selengkapnya
Bab 78
“Kamu ngapain di sini?” tanya Rafael heran melihat kedatangan Rita di kamar hotel yang disewa Albany.“Emh … itu … aku lagi ada janji, dan aku … aku … dapat info kalau kamu di sini. Iya, aku dapat info kalau kamu sedang di sini.” Wajah Rita memucat, takut salah menjawab.Ternyata benar apa yang dikatakan Albany, pikir Rafael. Dia bertemu dengan Rita di loby hotel.“Kamu sendiri, ngapain nginap di hotel?” selidik Rita dan menyimpan tas tangannya di meja.“Aku … aku mau buat kejutan untuk kamu. tadinya, sebentar lagi aku mau nelpon kamu ngajakin ke sini,” jawab Rafael.Namun, sesaat kemudian ketukan di pintu membuyarkan keduanya.“Room service mungkin,” ucap Rafael mengedikan bahunya.Rita menoleh ke arah pintu lalu melangkah untuk membukanya. Matanya membulat sempurna saat melihat seorang wanita berbaju seksi sedang berdiri dengan wajah mencibir menatap Rita dari atas hingga bawah.Bibirnya yang memakai lipstik merah darah terlihat bergerak-gerak seiring kunyahan permen karetnya.“Wow.
Baca selengkapnya
Bab 79
Ponsel Albany berdering. Terlihat nama Rafael di layar. Dia segera mengangkatnya.“Halo?” ucap Albany setenang mungkin.“Al! Apa kamu yang booking cewek buat datang ke kamar hotel?” ucap Rafael dengan nada keras. Dia benar-benar merasa dijebak.“Oops, aku lupa. Aku memang berniat maen bertiga biar lebih seru. Sudah tanggung aku booking dan aku lupa membatalkannya.” Albany berusaha menahan tawa sekuat tenaga.Terdengar embusan napas di seberang sana.“Kacau! Kacau! Kacau!” teriak Rafael.“KEnapa?” Albany bertanya tanpa nada berdosa.“Rita. Dia marah dengan pelac*r itu. Dan dia memutuskan hubungan kami,” ujar Rafael kalut.“Lho, bukannya bagus? Kita akan lebih bebas, bukan?” ujar Albany dengan wajah mau muntah.Lalu terdengar desah napas di sana.“Aku benar-benar menginginkanmu, Al. Apa bisa kita bertemu di tempat lain?” tanyanya memelas.“Sorry, aku lagi ada perlu. Lain kali aku hubungin kamu kalau aku luang,” jawab Albany tenang.“Baiklah. Bye.”Sambungan telepon itu terputus dan Alba
Baca selengkapnya
Bab 80
“Aish! Apa yang kamu katakan?! Bikin malu saja,” bisik Bu Hasan dengan penekanan. Wajahnya terlihat menahan malu. Namun, berbeda dengan Pak Hasan, dia segera meminta maaf pada pihak lelaki.“Maaf, sepertinya ada sedikit kesalahpahaman di sini. Saya minta waktu sejenak untuk berbicara dengan Aisha,” ucapnya begitu bijaksana.“Tidak perlu, Pak Hasan. Sepertinya putri Anda sudah mengatakan dengan jelas jika dia tidak bersedia menerima lamaran anak kami. Sepertinya kami, lah, yang salah paham tentang perasaan Aisha selama ini. Kami kira dia mencintai anak kami.” Ayah Irwan menjeda perkataan Pak Hasan yang hendak mengajak sang putri untuk bicara.“Maaf, Pak Husni. Bisa kita bicara sebentar?” ajak Pak Hasan menunjuk ke ruang sebelah. Walaupun enggan, dia merasa tak enak juga. Akhirnya dia mengikuti langkah Pak Hasan.Sementara Irwan terlihat salah tingkah karena malu banyak tamu yang menatapnya kasihan. Lalu Aisha, dia juga ditarik oleh Bu Hasan menuju kamarnya.Aisha hanya bisa menunduk d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status