Semua Bab AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA: Bab 91 - Bab 100
117 Bab
Bab 91
Napas Rita tersengal saat menerima pesan berupa rekaman percakapan antara Rafael juga Albany. Dia sama sekali tidak menyangka jika kekasihnya itu ternyata belok dan sama-sama mengincar orang yang sama. Albany.“Sialan kamu Rafa! Lihat saja nanti. Sudah kubiayai habis-habisan, sekarang malah mengincar Albany. Takkan kubiarkan!” umpat Rita geram.[Kalau kamu ingin ikut menikmati malam yang indah, datang saja ke Hotel XYZ nanti malam.] tulis Albany.“Tentu saja aku akan datang, tapi bukan untuk ikut bercinta dengan kalian. Aku akan membongkar kebobrokan kelakuanmu, Rafa.” Rita terlihat geram sekali.**Rafael mondar-mandir karena kesal. Albany tak juga kembali, padahal dia sudah hampir dua jam menunggu.Segala macam cerita Amir ceritakan pada lelaki di dekatnya. Rafa hanya iya-iya saja tanpa benar-benar fokus mengikuti.Dia hendak menelpon Albany, namun seketika matanya melihat pesan yang dikirim oleh lelaki itu. Rafael langsung tersenyum semringah.“Baiklah. Mungkin sekarang kamu sedan
Baca selengkapnya
Bab 92
“Kok kamu ketawa-ketawa, Sayang?” tanya Za saat melihat suaminya yang terbahak di dekat jendela.“Biasa, ngerjain orang belok,” ucapnya datar.Za mendekat dan memeluk sang suami dari belakang. Menikmati bau harum dari tubuh orang yang sangat dicintainya.“Kamu membangkitkan sesuatu,” ucap Albany mengatur deru napasnya.Za tersenyum. Justru itu yang diharapkan.“Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu,” ucapnya lirih.**Hari kelima yang Za ingat jika dia sudah terlambat datang tamu bulanan. Diam-diam dia mengambil alat tes kehamilan dari laci meja dan membawanya ke kamar mandi.Setelah menampung air seni pertama, dia langsung mencelupkan ujung benda kecil itu. Hanya menunggu beberapa detik hingga matanya berbinar penuh haru. Setelah sekian lama, akhirnya Tuhan menitipkan kembali benih dalam rahimnya.Za mengucap syukur berkali-kali.Guyuran air terasa lebih segar subuh ini, mungkin karena suasana hatinya yang bahagia. Za juga meminta Albany mulai menjadi imam salat. Walaupun r
Baca selengkapnya
Bab 93
“Pantas saja Albany beli makanan sebanyak ini. Ternyata ada yang ingin dirayakan,” ucap Ningsih mengelus pelan pundak menantunya.“Ibu hamil harus banyak makan. Ayo, sini.” Albany menarik sebuah kursi makan dan menyuruh Za duduk di sana bersebelahan dengannya.Jika biasanya Za yang akan mengambilkan makanan untuk dia, kali ini justru Albany yang mengambilkan makanan untuk istrinya.“Haaa.” Albany menyodorkan sesuap nasi beserta lauknya.“Iih, Mas, aku kan, bisa makan sendiri, nggak perlu disuapin juga,” tolak Za merasa tak enak dilihat oleh kedua mertuanya.“Biar banyak makannya. Pokoknya sepiring ini harus habis.” Albany memaksa.“Tapi, Maaas.”“Tidak ada tapi-tapian. Haa, buka mulutmu!” ujar Albany kembali memaksa. Walaupun dengan wajah cemberut, Za akhirnya membuka mulut.Ningsih mengulum senyum melihat kelakuan sang putra yang memaksa istrinya untuk makan.“Udah, Mas. Aku kenyang ini,” tolak Za setelah suapan yang ke sekian.“Ini bukan buat kamu, Sayang, tapi buat Adek Bayi.” Alb
Baca selengkapnya
Bab 94
“Heei, tunggu, jangan tutup dulu. sebentar saja, tolong!” ujar Albany menangkupkan tangannya di dada.“Tokonya sudah tutup, Mas. Donatnya juga sudah habis,” ucap si pegawai toko.Bahu Albany langsung meluruh. Tubuhnya terasa lemas. Usaha yang sia-sia. Yang lebih penting lagi, dia merasa berdosa pada sang istri yang sedang ngidam.“Sama sekali nggak ada lagi, Mas?” tanya Albany dengan tatapan memohon. “Satuuuu, aja,” ujarnya menjentikan satu jarinya.Pegawai toko donat itu terlihat kasihan pada Albany yang tampak memohon.“Istri saya sedang ngidam, Mas. barangkali ada satuuuuu aja, sisa donatnya,” ujar Albany lagi memelas.“Sebenarnya kalau yang untuk dijual sudah habis. Saya tadi kebetulan nyisain beberapa potong untuk dibawa pulang buat anak saya,” ujar penjaga toko itu.Mata Albany langsung berbinar.“Apa saya boleh membelinya? Berapa pun, saya beli. Saya mohoon, kasihani istri saya,” ujar Albany.“Iya, tidak apa-apa. Ambilah. Anak saya sudah sering makan donat. Mungkin besok-besok
Baca selengkapnya
Bab 95
Jam dua dini hari Za terbangun karena kebelet. Melirik ke samping, sang suami terbaring dengan bantal menutupi muka. Dengkurannya bahkan terdengar. Sepertinya Albany sangat kecapean.Za melirik ke atas meja, ada dua kantong keresek di sana. Buah mangga yang masih terlihat muda menyembul di sana. wanita cantik itu tersenyum. Dia terharu karena sang suami sudah mau bersusah payah mencarikan sesuatu yang sangat diinginkannya.Mulut Za tiba-tiba terasa pahit. Dia kembali membayangkan jika makan rujak akan menetralisir rasa pahit di mulutnya. Namun, dia ingin jika Albany yang membuatkan rujak itu untuknya.“Mas.” Za menggoyang-goyangkan tubuh tegap itu pelan. Albany hanya bergumam dan membalikan tubuhnya, lalu memeluk bantal yang tadi menutupi wajah.Za langsung cemberut.“Maass,” ucapnya sambil menggoyangkan tubuh itu lagi.“Hhmm?” Albany masih asik memeluk bantal.“Pengen rujaknya sekarang,” ujar Za merengek dan masih tetap menggoyangkan tubuh suaminya.Albany menggeliatkan tubuhnya. Ra
Baca selengkapnya
Bab 96
Albany mendengkus kesal. Di pagi buta, dengan udara dingin dan rasa kantuk yang hebat, harus pula makan rujak yang asemnya minta ampun.Tak ada pilihan lain, Albany kembali mencocol bumbu rujak dan menyuapnya dengan meringis.Za malah semakin suka melihatnya. Dia tertawa-tawa sambil ikutan meringis ketika sang suami meringis keasaman.Klek.Terdengar pintu kamar Ningsih terbuka. Kedua orang itu sontak menoleh. Ada Ningsih di sana menatap heran pada kedua anak dan menantunya itu.“Kalian lagi apa malam-malam begini?” tanyanya dengan mata menyipit.“Ini, Bu, adek bayinya pengen makan rujak,” jawab Za diselingi kekehan.“Adek bayi yang mau rujak, tapi kok, malah Albany yang makan sambil meringis-meringis gitu?” tanya Ningsih heran.Za cekikikan, sementara Albany memutar bola matanya jengah.“Adek bayi maunya ayahnya yang makan, Bu,” jawab Za diselingi tawa.“Ngidamnya aneh.” Albany menggerutu. “Padahal udah diwanti-wanti jangan ngidam yang aneh.”Za kembali tertawa. Lalu Ningsih pun ik
Baca selengkapnya
Bab 97
“Jangan sentuh aku!” ujar Hendro ketus. Rita menyeringai.“Kamu terlihat semakin menggoda, Hendro. Apakah kita bisa kembali seperti dulu? tinggal serumah dan kembali menjadi suami istri?” tanyanya tanpa rasa malu.Hendro mendecih lalu tertawa.“Jangan mimpi kamu! Aku sudah hidup bahagia dengan Maria. Dan terutama, aku sudah lepas dari iblis betina seperti kamu,” gertak Hendro dengan senyuman sinis.“Oh, ya, kemana mobilmu?” Hendro melirik pada sedan butut yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri.Rita sedikit menunduk dan mulai terisak.“Ayahku sakit dan membutuhkan penngobatan yang mahal. Dia kena kanker paru-paru. Karena itu, aku menjual seluruh aset yang aku punya. Uang yang aku ambil dari kamu pun habis untuk berobat dia,” desah Rita dengan air mata buaya.Hendro terdiam. Walaupun dia membenci wanita di depannya ini, namun saat mendengar mantan mertuanya sakit, dia sedikit trenyuh.“Maaf,” ujar Hendro memalingkan muka.Rita menggeleng. “Tidak apa-apa, Mas. kebetulan sekali kita
Baca selengkapnya
Bab 98
Tatapan heran terlihat dari semua karyawan saat melihat kehadiran Hendro di perusahaan itu. Sudah lama lelaki itu tak pernah datang ke sana. selama ini hanya Za yang mengurus segalanya.“Kalau dilihat-lihat, emang mirip juga ya Albany si OB yang nyamar itu sama Pak Hendro,” bisik orang-orang.“Iya. Kalau aku tahu dia nyamar, udah kupepet sejak awal,” timpal karyawan wanita yang lain.“Bapak sama anak sama kerennya. Cuman bedanya di umur doing. Tapi … Pak Hendro ini tua-tua keladi, makin tua makin kelihatan ganteng,” balas yang lainnya diseling tawa.Semua kepala divisi juga terlihat kaget saat tahu siapa yang memimpin rapat. Hendro itu sangat tegas dan banyak ditakuti karyawannya.“Ke mana Bu Zanna, ya? kok diganti sama Pak Hendro? Aku takut kena semprot. Pak Hendro kan, gak bisa kita salah dikit pasti marah,” bisik seorang yang ikut meeting.Semua setuju, jika Hendro memang sangat ketat dengan peraturan, tidak seperti Za yang banyak toleransi pada pegawai. Wanita cantik itu bahkan di
Baca selengkapnya
Bab 99
Za dan Albany sampai di rumah sebelum tengah hari. Lelaki berkuncir itu merasa sangat mengantuk. Sedari tadi sebenarnya, namun dia memaksakan diri mengantar sang istri ke dokter kandungan. Ditambah pula sudah menghabiskan sepiring nasi dengan jengkol goreng sebanyak itu. Efeknya benar-benar langsung terasa ke mata.Saat melihat sofa, dia langsung menjatuhkan dirinya di sana. Ningsih mengerutkan dahinya heran.“Tanggung, lho, Al. bentar lagi azan Dzuhur,” ujar Ningsih dari ruang makan.“Ngantuk banget, Bu. Ntar bangunin aja kalau adzan.” Albany menguap lalu terlelap.**Malamnya Za entah kenapa merasa sangat gerah, walaupun AC sudah menyala. Dia pun hanya mengenakan celana tidur yang sangat pendek dengan atasan berbentuk tangtop, menampilkan bentuk tubuhnya yang cantik.Albany menelan ludah saat melihat pemandangan indah di depan mata. Selonjoran dengan gaya yang begitu menggoda. Lelaki itu mendekat.“Kamu pake shampo apa, Mas?” tanya Za pada suaminya yang sudah mandi entah ke berapa
Baca selengkapnya
Bab 100
Seharian ini Albany sama sekali tidak pergi ke kebun. Dia sibuk menjaga Za, dari mulai menyiapkan makanan, menyuapi sampai bolak-balik jika istrinya itu hendak ke kamar mandi. Dengan telaten lelaki berambut sebahu itu melakukan semuanya dengan senang hati.“Mas, kamu bilang kemarin-kemarin kalau hari ini ada panen. Apa nanti nggak rugi?” tanya Za menatap dalam pada suaminya yang sedang fokus menyuapi.“Udah aku percayakan pada Dodi. Sementara aku nggak akan ke kebun dulu sampai kondisi kamu membaik,” jawab Albany datar dan kembali menyodorkan sesuap nasi ke mulut istrinya.Za benar-benar terharu melihat pengorbanan sang suami yang lebih mementingkan dirinya.“Padahal kan ada Ibu, mas. Dia pasti jagain aku,” ucap Za merasa bersalah karena telah merepotkan dan menghambat pekerjaan suaminya.“Kamu denger sendiri kan, apa kata dokter? Kamu itu nggak boleh banyak bergerak dulu. harus bedrest. Mana bisa Ibu gendong kamu ke kamar mandi,” timpal Albany.Za tersenyum tipis. Baiklah, kali ini d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status