All Chapters of Belongs To Mr Lehon : Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Mereka Berpacaran?
Mery dan cucunya, Lehon telah tiba di kafe pagi itu. Padahal mereka buka di jam 10. "Astaga, Nenek. Kita terlalu cepat. Masih kurang sepuluh menit, lihatlah stikernya masih belum dibalik," protes Lehon yang merasa kesal, juga akan malu apabila ada orang yang melihat mereka berdiri lama di sana."Astaga, Lehon. Itu aja dibebanin, tinggal dibalik gini doang!" Mery dengan segala keberaniannya membalik stiker close menjadi open dan masuk. Walau jauh di lubuk hatinya, ia akan tetap mengandalkan lelaki itu dalam segala hal.Lehon tak lagi bisa berkata-kata. Ia masuk lalu duduk di sisi neneknya dengan perasaan yang tidak terlalu tenang."Pelayan!" panggil Mery. Merasa tidak mendapat pelayanan baik karena yang diharapkannya adalah Kiara segera masuk lebih dalam dan memastikan sendiri."Nenek!" seru Lehon merasa kesal. Sungguh kali ini ia tak dapat menyembunyikan rasa kesal itu. "Maaf kalau nenek saya keterlaluan dan lancang." Meminta maaf pada semua orang dapur dan pelayannya."Tidak apa-apa
Read more
Mengambil Ciuman Pertama
Mery benar-benar tidak menikmati harinya, apalagi ketika ia harus ditinggal sendiri oleh cucunya demi kesenangan semata. Ia bahkan tidak keluar kamar seharian membuat semua orang terheran-heran, juga sedikit cemas akan keadaannya.Beberapa saat kemudian, ia mengajak semua orang yang ada di rumahnya untuk membuat hiasan dinding. Ia meminta supir pribadinya, Pak Jodi untuk mencetak namanya dengan Kiara untuk hiasan dinding nantinya.Sungguh rumah itu benar-benar ramai dengan kertas hias juga orang-orang yang tadinya hanya sibuk di kebun."Tapi setelah ini makan ya, Bu? Kami takutnya nanti Pak Lehon datang, Bu Mery malah belum makan, kami juga yang kena," keluh Pak Jodi dengan maksud mendapat pengertian dari majikannya ini."Makanya jangan dikasih tau, dong! Ini rahasia besar kita bersama." Mery malah memberikan ajaran sesat pada mereka yang membuat kepala mereka serentak menggeleng tidak percaya."Lalu ini untuk apa, Bu? Maksud saya, apa ada acara?" tanya Susi, pembantu di rumah itu."K
Read more
Rasa Kesal Ben
Lehon ambruk di kamarnya ketika ia berhasil diantar oleh Nesya ke rumahnya. Ia baru saja bangun dari tidurnya jam 3 pagi. Rasa haus memaksa ia harus turun ke dapur. Tampaknya ia sangat keheranan ketika menyadari jika ia sendirian di sana. Seolah tidak ada kehidupan.Setelah di rasa puas, rasa kantuknya ia coba hilangkan dengan cuci muka. Lalu, turun kembali untuk menemui sang nenek yang menurutnya sedang tidur. Entah kenapa, ia sangat merindukan wanita tua itu.Namun, tak sesuai harapannya, Mery tak berada di kamarnya. Entahlah dia ke mana. Seketika kenignya mengernyit, ia panik mengkhawatirkan wanita itu."Nenek," pekiknya panik, sembari memeriksa ponselnya. Benar saja, panggilan masuk dari Pak Jodi dan Susi berkali-kali masuk, namun tak ia jawab. Sepertinya efek mabuk itu benar-benar membuat terlelap.Tatkala hendak menelepon kembali, benda pipih itu malah mati. "Ah, kehabisan daya pula!" umpatnya kesal.Mencoba sadar, ia akhirnya bergerak untuk menemui satpam yang sedang berjaga da
Read more
Ucapan Selamat
Suara telepon di ruangan Kiara berbunyi membuat ia harus bergerak sendiri sebab semua orang sedang sibuk. Baiklah, sebagai anak baru sudah selayaknya kita berbuat seperti itu. Harus menjadi yang paling cekatan, bukan untuk mencari perhatian atasan, namun sebagai salah satu sikap yang baik."Suruh Lutri ke ruangan saya!" Suara itu membuat Kiara kebingungan. Ia sama sekali tak paham kenapa harus menelepon ke ruangannya, sementara mereka tidak di satu ruangan."Baik, Pak," jawabnya pelan sebab itu hanyalah kesia-siaan tatkala panggilan sudah ditutup."Dari siapa?" tanya semua orang padanya sebab merasa penasaran akan siap diam yang ditunjukkan oleh Kiara."Pak Lehon.""Yang sabar ... mungkin dia salah atau lupa nomor untuk ruangan Bu Lutri. Udah, sana ... pergilah, segera kembali!" perintah seorang dari mereka.Kiara dengan cekatan segera berlari ke ruangan Lutri."Kenapa harus nelpon ke ruangan kamu?" tanya Lutri sinis.Untuk pertama kalinya pemandangan aneh itu didapat oleh gadis itu.
Read more
Mengaku Sebagai Pacar
"Siapa dia? Aku tidak mau yang seperti dia! Lebih baik aku makan yang pedas lagi dan sangat banyak, agar tidak bangun selama sebulan. Pergi!"Teriakan berisi usiran itu membuat Nesya sangat terkejut. Ia seolah terpental sangat jauh jaraknya. Ia masih tidak bisa percaya. Ia memegangi dadanya yang merasakan detakan kencang jantungnya.Lehon segera menarik gadis itu untuk menjauh dari sana. Ia memberikan sebotol air mineral, berharap bisa mengurangi kecemasan juga keterkejutan yang dialami. Rasanya ia sangat merasa bersalah sekarang. "S-saya harus apa, Pak? Kenapa saya diusir seperti itu? Bahkan sebelum berjuang?" tanya Nesya polos dengan kaki yang masih bergetar di tempatnya. Lehon menggeleng sempurna. Ia menutup wajahnya frustasi. "Kamu sebaiknya pulang saja ke kantor. Saya akan memerintahkan orang lain datang ke sini," ucap Lehon setelahnya."Pulang ke kantor, Pak?" tanya Nesya tidak percaya. Rasanya akan sangat malu ketika semua orang tahu jika kepergiannya tidak berguna. "Baiklah
Read more
Mengumpat Wanita Tua
Nesya tampaknya sangat merasa frustasi dengan masalah yang sedang ia alami. Rasa kesalnya tak bisa ia bendung. Ternyata, ia tidak pulang ke rumah dan hanya berjalan kaki hingga tanpa sadar jika malam telah tiba. Cahaya lampu jalan membuat ia sadar setelahnya.Matanya menatap ke sekeliling dan sejenak mengistirahatkan kaki dan berhenti di depan bar milik Ben. Ia masuk lalu memesan beberapa botol minuman, memilih tempat paling sudut dan sepi. Ia ingin menghabiskan waktu di sana.Beberapa saat kemudian, pemilik tempat itu datang untuk memeriksa keadaan dan memastikan jika Abi tak lagi bekerja di sana. Tatapannya tertuju pada Nesya yang tengah menyendiri di sana. Tekadnya ia bulatkan untuk menemui gadis itu.Beberapa saat membujuk dan merayu, keduanya pun larut dalam obrolan. Tatkala berniat mendapatkan informasi tentang kejadian di malam itu, gadis itu malah terus membicarakan Lehon, lagi dan lagi tanpa adanya rasa lelah juga bosan.Ben tak menyangka jika gadis ini akan sangat mencintai
Read more
Manusia Toxic
Sudah dua hari ini, Mery tidak mau makan. Ia benar-benar tidak mau menyentuh makanan setelah mendapat makian dari gadis itu. Pikirannya kacau, ia kesal namun tidak ingin menyakiti Kiara. Hal itu benar-benar menjadi rahasia bagi mereka bertiga dari Lehon."Nenek, kalau terus-terusan begini, siapa yang akan mengurusi perusahaan? Aku tidak mau terus-menerus melakukan pekerjaan dua orang. Aku ini bukan robot, belum lagi memikirkan keadaanmu." Tampaknya pria itu sudah mulai frustasi dengan beratnya kehidupan yang ia alami.Mery segera membalikkan badan agar tidak melihat keadaan cucunya yang bahkan datang untuk menjenguk dan masih membawa laptop untuk bekerja di sana."Aku bahkan nggak bisa makan dengan baik, tidur apalagi. Nenek masih mau sembuh apa gimana, sih?""Kamu mau nenek mati secepatnya?" Mery segera duduk dengan tegak setelah mendengar keluhan dari cucunya itu.Lehon tampak bingung. Sepertinya ia telah salah bicara dan sangat salah hingga membuat neneknya ini sekesal itu. Namun,
Read more
Membongkar Perasaan
Nesya merasa kacau setelah ia berdebat dengan Kiara. Rasa bersalahnya tak bisa dibendung dan sangat ingin meminta maaf dengan segera. Toilet umum di rumahnya menjadi tempat nongkrong paling nyaman bagi Nesya. Selain tidak sering digunakan, juga bisa mencium masakan orang dapur karena jaraknya cukup dekat.Berbeda dengan kakaknya Lutri, ia lebih senang memasak ketika merasa pusing. Ia lebih baik menghabiskan waktu di sana dibanding berjalan-jalan atau shopping seperti wanita pada umumnya, termasuk juga Nesya.Gadis itu masih tak ingin keluar dari sana, apalagi setelah mendengar kakaknya mengeluhkan tentang video. Nesya buru-buru membuka ponselnya dan memeriksa galeri. Iya, dirinya tidak merasa pernah mengambil video ketika Lehon mencium Kiara.Lalu, video apa yang dimaksudkan oleh Lutri? Tatkala masakannya sudah selesai, wanita itu mengambil ponselnya dan memeriksa pesan terkirim pada Lehon yang ternyata sudah dibaca."Centang biru, artinya sudah dilihat, sudah dibaca artinya sudah dit
Read more
Nama yang Membuat Muntah
Nesya akhirnya tiba di kafe di mana Kiara bekerja. Ia duduk selama beberapa saat tanpa membuat pesanan. Semua orang merasa bingung dengan sikap itu, sehingga beberapa orang dari mereka pun mulai bertanya."Selamat sore, Kak. Ada yang bisa dibantu? Kenapa semua pelayan kami tidak dipedulikan? Mereka sudah bertanya sejak tadi.""Aku ingin bicara dengan Kiara. Aku merasa bersalah padanya. Tolong bawa dia ke mari dan akan kubayar kalian dua kali lipat gaji sehari ini," jawab Nesya masih dengan ketidakfokusan seolah ia sedang berkhayal."Kenapa Kiara semakin laris saja akhir-akhir ini?" gumam mereka yang segera memanggil gadis itu.Kiara tidak mau, ia malah menolak. Menolak untuk memastikan siapa yang ingin bertemu dengannya. Senyumannya hilang ketika teman-temannya bilang jika yang datang adalah seorang wanita.Berpikir jika itu adalah Mery yang mungkin telah sembuh, Kiara memilih fokus pada pekerjaannya yang masih banyak. Walau begitu, ia tetap fokus dan tetap setuju untuk diajak bicara
Read more
Pertengkaran Hebat Dua Saudari
"Kamu habis ketemu siapa barusan?" tanya Lutri pada sang adik yang merasa malas dan belum puas akan apa yang ia lakukan.Sudah seminggu ini, Nesya mencari celah untuk bisa bertemu dan mengobrol dengan Kiara, namun usahanya selalu berhasil. Hal itu membuatnya sedikit frustasi dan tidak ingin mengobrol dengan siapapun."Kamu dengar kakak ngomong nggak, sih? Kamu tau akibatnya kalau pulang malam begini? Kamu mau kakak hukum?!" bentak Lutri menggunakan kekuasaannya sebagai seorang kakak."Apa sih, Kak?! Bisa diam tidak? Udahlah, urus diri sendiri aja. Aku nggak suka dengan kakak, malas, muak! Memangnya yang Kakak lakukan selama ini apa ada benarnya? Kakak yang nggak mau nganggap aku sebagai saudara di kantor, kakak yang jahat sama Kiara karena dia mendapat perhatian dari Pak Lehon, kakak yang mencuri foto itu dariku. Apa lagi, apa?!"Lutri terdiam membisu. Menatap ke sembarang arah sembari membuang napas dengan kasar. "Terus, maunya kamu apa?" tanya wanita itu melemparkan kaca matanya ke
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status