Lahat ng Kabanata ng 7 Ramadhan Tanpamu: Kabanata 61 - Kabanata 70
90 Kabanata
Suara!
"Dia tanya kenapa Sayang memberikan Zidan pada ibunya," jawab Zulkarnain dengan menatap wajah istrinya. "Kenapa dia tanya demikian?" Zeira masih penasaran. "Tadi seharusnya Zeira yang angkat teleponnya, biar dijelaskan secara gamblang." Sambungnya kemudian. Zulkarnain tidak menggubris apa yang terucap. Laki-laki ini memang sudah menginginkan kenikmatan sepenuhnya. Dia malah menarik lengan Zeira ke arahnya sehingga membuat badan Zeira menubruk ke pangkuannya. "Sayang...." Ucapan mesra Zulkarnain itu membuat Zeira menatap wajahnya sambil berbicara pelan sekali, "Abang, mau sabar 'kan?" tangannya mengelus halus wajah tampan itu. "Abang, sudah tak tahan sih... tapi kalau Sayang belum siap karena merasa sedih kehilangan Zidan, Abang tidak mengapa kok...." Zeira menarik napas, "Artinya Abang nggak sabar. Ayo...." ajakan spontan namun terdengar mengasikan di kuping Zulkarnain. Zeira memahami kalau dirinya adalah seorang istri. Pun dia tahu suaminya ini ingin dilayani. Zeira sosok wan
Magbasa pa
Sembilan Bulan Kemudian
Angel tidak menimpali apa pun begitu melihat ayahnya marah. Mereka berdua akhirnya bergegas masuk ke dalam bandara. Tak begitu lama pintu pesawat pun dibuka. Wanita cantik berambut pirang itu menaiki tangga untuk masuk ke dalam pesawat. Sementara pandangannya sejenak menoleh ke arah luar. Entah apa maksudnya itu semua, jelasnya ada ungkapan yang tak terucap. Dia serta Sander pun masuk ke dalam pesawat, mereka duduk berdampingan. "Sekarang kita lupakan semuanya. Kalau Kamu sudah tidak menginginkan Nizam, Ayah pun mendukungmu. Kita kembali ke masa dulu." Tutur Sander dengan lengannya menarik bahu putrinya agar tidur di dadanya. ***- Belgia-Nizam masih di dalam kamarnya dan masih merenung akan apa yang harus ditindak lanjuti olehnya. Masa iya setelah tahu anaknya diambil kedua orang tuanya sama sekali tidak ingin menanyakannya. Setelah hampir setengah jam berpikir, akhirnya dia pun memutuskan untuk menelpon ibunya. Baru saja akan menekan nomor teleponnya, Mark sudah berdiri di belakang
Magbasa pa
Ramadhan Kedua Tanpamu
Nizam sekarang ada di dalam rumah mewah milik kedua orang tuanya. Di atas sofa ruang tamu, Nizam terlelap hingga bermimpi bertemu Zeira serta Zidan. Wangi kopi tubruk yang sudah terkenal itu menyerbak ke penciuman Nizam. Wangi itu terdapat dari secangkir kopi yang dipegang oleh Adityawarman persis di depan wajah Nizam. "Ayah, Zidan di mana?" Ya, berbulan lamanya Nizam menunggu di Belgia. Dia bekerja tanpa lelah agar dirinya memiliki dana untuk pulang ke Padang. Itu, terlaksana sekarang. Dia kembali, serta langsung mencari-cari Zidan kemana-mana hingga melapor pada polisi. Kendati berusaha menelpon Angel untuk menanyakan keberadaan putranya, akan tetapi disambut dingin olehnya. Bahkan sama sekali tidak digubris olehnya juga seluruh keluarga besarnya. Sudah dipahami oleh Nizam alasannya, dan dia tak ambil pusing. Bukan hanya itu saja, keadaan anaknya dalam perut Angel pun tak dikabarkan apa-apa oleh keluarga Sander. Sedangkan Nizam tak ingin tahu sama sekali. Sementara Munandar sengaj
Magbasa pa
Suara Gedoran Pintu
Tawaan Zeira memang terdengar bahagia di kuping semua orang yang ada di sana. Tapi, tidak dengan hatinya. Hatinya sangat sakit, hati itu sudah dimiliki oleh putranya. Putra kesayangannya, yang kini entah di mana. Pepes ikan emas sudah tersaji di atas meja makan terbuat dari bambu, demikian pula dengan semur daging dan sup ayam kampung. "Pak, Mang Dodo, Entis, ayo kita makan dulu, selagi hangat!" ajaknya dengan mendatangi mereka bertiga yang sedang beristirahat setelah bekerja membetulkan kamar Zeira. Mereka bertiga pun menengok ke arah Zeira, "Iya, Neng...." Sahut Adam. Dan, "Iya Teh...." Sahut Entis dan Mang Dodo. Sedangkan Adam berbicara, setelah dirinya duduk di atas kursi menghadap ke arah makanan, "Neng Zeira, coba lihat kamarmu itu...." Zeira menoleh ke arah kamar yang pintunya sekarang sudah diganti. Pintu kamar itu dicat berwarna hijau. Dia pun melangkah ke arah sana. Dibukanya pelan pintu itu. Setelah dibuka, nampak di dalamnya tempat tidur, lemari pakaian, serta meja rias
Magbasa pa
Panggil Gua, Joe!
Lelaki itu langsung menjambak kerah baju Hasyim sangat kasar. Perlakuan itu membuat Hasyim hampir terjengkang. Bagus saja tangannya memegang palang pintu dan tidak jatuh karenanya. "Kamu Kakek Tua! Aku dengar dari beberapa orang di pasar kalau Zidan ada bersamamu! Apa itu benar? Lelaki itu bertanya kasar serta tangannya masih pada kerahnya. Hasyim tersenyum tipis sebelum dia menjawabnya, "Kamu ini sebetulnya siapa? Kalau mau tahu itu kenalkan diri dulu, biar Aku beritahu sebenar serta sejelas-jelasnya." Reaksinya masih berusaha tenang. Lelaki pendek, gemuk serta berambut jabrik itu melepaskan cengkraman tangannya. Dia menajamkan matanya pada kedua kelopak mata Hasyim. Itu sangat menakutkan buat Hasyim, mata itu bulat dan merah. Terlebih lagi pencahayaan lampu pelita tepat di wajahnya. Nampak seperti orang yang sedang mabuk. "Gua Joe! Gua ini temannya Tommy!!" Ujarnya sangar. Hasyim menghempaskan napasnya sejenak, "Kalau mau tahu tentang itu, ayo masuk dulu! Biar Bapak buatkan kopi!
Magbasa pa
Tak Tahan Memang Kalau Ditemani Janda, Ya Pasti Ingin Segera Mencicipi!
"Dasar Bapak Tua pembohong!" ujar Tommy yang langsung keluar dari jeep-nya. Ya, Tommy ini tidak mempercayai ucapan Hasyim begitu saja. Dia tidak seperti Joe. Sebetulnya sudah lama jeep itu diparkir di seberang rumah Hasyim beberapa menit setelah diketahui olehnya. Bahkan Tommy pun sangat yakin kalau di dalam rumah itu bukan hanya Hasyim saja. Matanya melihat sandal lebih dari satu, juga ada sepatu anak kecil tergeletak di sana. "Gua bilang jangan percaya saja padanya! Gua dari tadi melihat segala kebohongan padanya!" sambungnya kemudian. Tangan kekar Joe gapah sekali mengambil Zidan dari tangan Hasyim. Hasyim berontak sembari tetap memegang erat Zidan yang duduk di depan kursi buatannya di depannya. Akan tetapi Joe tidak kalah begitu saja, kakinya menendang sepeda Hasyim hingga mereka berdua terjatuh dan tersungkur. Seketika Zidan pun nangis serta terlepas dari pangkuan Hasyim. Mansyur hendak menolong, tetapi Tommy sudah menarik tangannya kencang sekali hingga mengenai perut gendut Jo
Magbasa pa
Jatuh Cinta Pada Orang Yang Salah
Adam tidak berkata apa-apa, dia sungkan tapi mau. Tidak munafik sosok Zeira di matanya sekarang seperti sajian yang menggiurkan. Itu terjadi karena satu rumah. "Teh, kita pikir-pikir dulu saja! Teteh nggak jijik apa digauli oleh tua bangka itu?" Neni masih mencoba menyadarkan Zeira. "Hush, Neni! Kamu tak harus berbicara seperti itu kalau tidak setuju! Kamu 'kan dari dulu memang tak pernah menyukai Tetehmu bahagia!" Adam sedang memojokan Neni. "Jangan bawa-bawa masa lalu, Pak RT. Neni tahu bagaimana perlakuan Neni dulu, tapi tidak dengan sekarang. Neni 'kan sudah bilang ketika memberikan kalung punya ibunya Teh Zeira. Jangan kesalahan masa lalu orang terus saja diungkit!" Neni mencoba mengingatkan kembali. Pada dasarnya menusia memang mengingat kesalahan orang menahun lamanya, kendati kebaikan lebih banyak. Zeira membisu dengan mata mengarah ke kedua mata Adam hingga ada satu menit. Baru saja Zeira hendak berbicara, suara handphone Adam berbunyi. Dia pun langsung melirik ke arah benda
Magbasa pa
Misi Tommy
Mendengar suara lembut dari anak kecil yang sudah lama dirindukannya. Gapah sekali dia membalikkan badannya ke belakang. Matanya terbelalak melihat sosok kecil berdiri tegak di belakangnya. Oh, hampir satu tahun mereka terpisah secara terpaksa. Namun, perasaan mereka telah menyatu. "Ibu ...Bu ...." Zidan mendekat ke arah Zeira serta cepat sekali wanita itu mendekat ke arahnya. Namun, begitu mereka saling dekat dan hampir merangkul. Tommy berbicara, "Mbak Zeira ini ternyata masih terbuai dengan kata-kata manis dari pria. Masa setega itukah meninggalkan anak sama orang lain demi sebuah perayaan romantis di Pulau Alor. Seharusnya Zidan itu ada di antara perayaan romantis itu." Teg! Jantung Zeira seketika berhenti berdegup. Dia tersadar oleh perkataan itu. Betul, semestinya Zidan menjadi prioritas. 'Huh! Kenapa baru sekarang aku mengerti ini. Ah, kenapa mereka tidak mementingkan Zidan? Pantas saja Bang Zulkarnain langsung meninggalkanku tanpa pertimbangan. Artinya, dia sama sekali tidak
Magbasa pa
Lo, Dahlan 'kan?
Senyuman tipis itu sekarang berganti menjadi mendatarkan wajahnya. Kemudian ditariknya napas agak panjang. Lalu berbicara jelas sekali, "Sekarang ada Zidan, aku tak perlu siapa-siapa lagi. Artinya, kita tidak akan menikah, Pak! Maaf....""Neng Zeira plin plan!" sergah kecewa Adam dengan memasang wajah ditekuk. Hmm, ingin mencicipi tubuh Zeira dan sudah menggebu, sekarang hanya sekedar mimpi belaka. "Keputusan yang baik sekali, Neng Zeira. Alhamdulillah Neng sudah tersadar?" Narmi sangat bahagia mendengar itu. Betul, Zeira merasa kalau dirinya sudah tak berharga lagi. Tapi, begitu Zidan ditemukan dan ada di dalam pelukannya sekarang. Dia merasa bahwa dirinya dibutuhkan dan berharga untuk putranya. Ya, Zidan adalah penyemangat hidupnya. "Ada Zidan sudah sangat cukup buat Saya, Pak RT! Setidaknya, ada orang yang ikhlas bersama Saya tanpa embel-embel tuntutan lain!" imbuh Zeira tenang. Dia menyadari kalau Adam menginginkan dirinya karena pasal ranjang belaka. Kalau dia tidak menginginkan
Magbasa pa
Kebimbangan Zeira
"Yes! Ini dia nomor Mbak Zeira!" ucap Rizal sumringah. Sementara Revina langsung termangu dibuatnya. Dia senantiasa mendengarkan apa yang dituturkan oleh calon suaminya. Penyampaian tawaran dari Rizal membuatnya bimbang. Zidan baru saja di dekapannya, masa iya harus ditinggal? Sementara dia pun butuh pekerjaan, karena uang pun telah habis begitu saja. "Bang Rizal, sebetulnya Zeira ingin sekali bekerja di sana! Tapi Zidan sama siapa? Juga Zeira tidak memiliki modal!" ujarnya tanpa ada yang ditutupi. "Zeira pikir-pikir saja dulu, ingat ini adalah kesempatan Zeira untuk menata kembali kehidupan yang seharusnya punya pendapat sendiri! Kalau masalah Zidan, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kalau sukses dalam tiga bulan mencapai target marketing di perusahaan. Perusahaan akan menyiapkan tempat juga kebutuhan Zidan di Belanda. Pastinya, bukan tinggal di mess bersama pekerja lain!" Penjelasan panjang Rizal didengarkan Zeira dengan seksama. Setelah menutup teleponnya. Zeira pun kemb
Magbasa pa
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status