All Chapters of Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya: Chapter 21 - Chapter 30
97 Chapters
Bab 16.A
"Ma-maaf ... jangan pecat saya, Pak," ucap Adiguna mengiba.Sedangkan Ahza dan Wirda tercenung bagaikan sebuah patung, kedua alisnya mengkerut dengan mulut sedikit menganga."Keputusan saya tidak bisa di ganggu gugat, Anda telah menyakiti kakak saya, dan kalian juga sama, sama-sama serakah!" Jari telunjuk Fatan menunjuk Ahza dan Wirda."Kamu jangan gitu dong, kami sudah berdiskusi sebelumnya dengan kakakmu," sela Ahza membela diri, sesekali ia celingukan melihat mobil Lamborghini milik Fatan."Ngomong-Ngomong kamu dapat uang dari mana bisa beli mobil itu?" tanya Ahza mengalihkan perhatian.Ia begitu penasaran terhadap mobil dan barang-barang mewah yang Fatan kenakan, pasalnya selama ini Fatan selalu tampil sederhana dalam bergaya."Kamu mau tahu aku ini siapa?"Kedua alis Ahza saling bertaut begitu pula dengan Wirda, rasa penasaran kian menggebu menyeruak dalam hatinya."Aku ini pemilik perusahaan PT Angkasa Properti, sudah dua tahun aku memimpin perusahaan itu, beli mobil begitu mah
Read more
Bab 16.B
Ahza memohon seraya mencium kening kedua anaknya, melihat itu Fatma melengos, ia muak menyaksikannya."Tolong ridhoi aku untuk pergi, terlalu lama tinggal di sini hanya akan membuat batinku sakit" jemari Fatma meremas kuat dadanya.Manik mata teduh itu mulai mengembun mengingat jika rumah tangga yang dibina sepuluh tahun lamanya harus kandas, tinggal menunggu hakim mengetuk palu maka semuanya benar-benar telah usai."Sudahlah ga usah banyak drama, mentalak Kak Fatma adalah keputusan mutlak yang sudah kamu buat, jadi biarkan dia pergi sekarang, toh kamu juga memiliki istri lain," sela Fatan, ia merasa jengah dengan sikap kepura-puraan Fatan."Fatma, aku minta maaf, soal uang pinjaman itu kita bagi dua ya, kamu jangan khawatir.""Aku ga butuh uang itu, silakan saja kalian makan sepuasnya! Tapi yang jelas aku tidak ridho dan berlepas diri dari perbuatan riba yang kalian lakukan.""Sudah ayo kita pergi, Kak, Pak Bejo sudah datang tuh," ujar Fatan seraya mengangkat koper lalu mulai melanju
Read more
Bab 17
Pintu rumah terbuka nampak Ardila--ibunya Wirda-- muncul dengan mengenakan kimono di tubuhnya, dari matanya terpancar raut keheranan saat melihat Wirda berdiri di hadapannya."Wirda, Sayang, kamu kesini?"Wanita berumur menjelang senja. Namun, masih tetap cantik dan modis itu membuka pintu lebar-lebar, lalu celingukan ke arah luar ia juga memandangi mobil Wirda beberapa saat."Suamimu mana?" "Ada di rumah."Kedua alis Ardila saling bertaut, ia heran dan perasaannya mengatakan jika Puteri semata wayangnya itu sedang diterpa badai masalah."Oh, ya sudah masuk." Ardila menggandeng bahu Wirda, lalu mereka berjalan beriringan masuk."Ma, aku mau masuk kamar dulu ya.""Iya, Sayang." Ardila mengangguk, matanya tak henti menatap punggung putrinya yang mulai menapaki anak tangga, ia merenung beberapa saat lalu kembali ke lantai atas menuju kamarnya.Di dalam kamar Wirda menangis di bawah bantal, belum sempat mengganti pakaian ataupun membuka hijab, begitu tiba ia langsung menghempaskan diri d
Read more
Bab 18.A
Sudah sepuluh menit Ahza mondar-mandir di hadapan rumah sederhana dan minimalis itu, rumah ibunya Fatma nampak sepi, tentu saja mereka semua sedang terlelap tidur siang.Ia ingin sekali mengetuk pintu rumah itu. Namun, bayangan dirinya ketika mentalak dan merampas sertifikat rumah berkelebatan menghentikan langkahnya, rasa sungkan dan malu adalah penghalang yang begitu kokoh.Teriknya matahari yang sangat menyengat tak membuatnya jera, ia masih tetap setia berdiri berharap jika Fatma akan keluar walau hanya mengangkat jemuran, di saat itulah Ahza bersiap menghampiri.Sudah hampir setengah jam, Fatma tak juga keluar menampakkan dirinya, terpaksa ia melangkah walau terasa berat.Pagar setinggi satu meter terbuka sedikit memudahkan dirinya untuk terus melangkah, jemarinya mengepal lalu perlahan mengetuk pintu.Ia berdiri seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana, dengan jantung yang berdebar ia memandangi knop pintu, berharap benda itu akan berputar secepatnya.Karena tak ada yang
Read more
Bab 18.B
"Aku janji, akan sering menjenguk anak-anak dan memberi nafkah sampai waktunya melahirkan nanti.""Itu memang sudah kewajiban kamu, Mas, permisi aku mau istirahat." Fatma beranjak menuju kamar dengan maksud ingin menumpahkan seluruh air matanya.Ahza hanya memandangi tubuh Fatma yang berlalu, ingin sekali ia mengajak Fatma untuk rujuk kembali. Namun, lelaki itu merasa tahu diri dan malu, lagipula Fatma tidak mungkin mau kembali, fikiranya."Maas!""Maas!"Terdengar suara cempreng Wirda di luar sana, dengan sigap Ahza berlari keluar, sedangkan Fatma dan ibunya hanya berdiri di dekat pintu, enggan membuat keributan."Ngapain kamu ke sini hah?!" bisik Ahza penuh penekanan, jemarinya mencengkram erat pergelangan tangan Wirda.Wirda menatap dalam wajah suaminya penuh amarah, pasalnya sudah hampir satu jam wanita itu berdiri di hadapan gerbang rumahnya yang terkunci, ia menepis kasar cekalan Ahza. Tak dipedulikan orang-orang sekitar yang berkerumun akibat mendengar suara lengkingannya, par
Read more
Bab 19.A
"Uwais, Nak, jaga Bunda ya, Ayah janji akan sering-sering kesini," ucap Ahza seraya berjongkok mengimbangi tubuh bocah itu.Uwais hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya, perlakuan Ahza yang kerap kali membuat ibundanya menangis membuat bocah itu menjadi tidak suka terhadap ayah sendiri."Maafkan Ayah, Nak." Ahza merangkul bocah itu membawa ke dalam dekapannya.Lagi-lagi Uwais diam tak bergeming, tangannya memegang jari telunjuk Fatma dengan erat, tak dapat dipungkiri jika anak itu sangat rindu terhadap ayahnya. Namun, derita dan air mata sang bunda membuat rasa rindu itu terkubur dalam-dalam, dan menumbuhkan benih kebencian."Fatimah, Sayang, jangan nakal ya, kasian Bunda nurut sama Bunda ya, Nak." Bocah berumur tiga tahun itu hanya melongo memperhatikan wajah Ahza."Fatma aku pulang dulu ya, titip anak-anak, aku akan sering kemari dan memberi nafkah untuk kalian, jangan khawatir," ucap Ahza seraya memandang kedua bola mata Fatma."Uwais, Fatimah Ayah pergi dulu
Read more
Bab 19.B
"Ya makanya belajar bersikap dewasa! Masa iya aku harus menelantarkan Uwais dan Fatimah gitu aja, jangan egois lah jadi orang.""Kamu tuh ngeselin, Mas! Ga ngerti sama perasaanku!"Perempuan itu bangkit lalu berlari menuju kamarnya.Sementara Ahza masih diam termenung memandangi tubuh istrinya yang perlahan menjauh, ia malas mengejar dan merayu karena tahu semua itu akan percuma, Wirda akan tetap merajuk sebelum Ahza menghilangkan Fatma dan kedua anaknya dari dalam hidupnya.Hal konyol dan mustahil! Mana mungkin semua itu bisa kulakukan! Ahza merutuk sendiri.*Adzan Maghrib berkumandang tiba waktunya setiap muslim berbuka melepas rasa lapar dan dahaga yang seharian penuh ditahan.Sepasang suami istri itu duduk di hadapan meja makan, hanya air putih dan dua porsi makanan siap saji yang terhidang, Wirda enggan memasak setiap hari ia lebih memilih membeli dari luar.Baginya, memasak merupakan hal merepotkan, jika di luar sana masih ada yang berjualan makanan siap saji mengapa dirinya ha
Read more
Bab 20. A
Gema takbir terdengar di seluruh penjuru negeri, semua insan tengah berbahagia merayakan hari kemenangan.Malam ini sangat ramai, selain suara takbir di masing-masing mesjid menghiasi indahnya malam, juga ada beberapa anak-anak bermain di halaman rumahnya masing-masing dengan kembang api di tangan.Begitu pula Uwais dan Fatimah, dua bocah beda usia itu teramat senang menerima banyak kado dan baju baru dari Fatan pamannya, di tangan bocah berusia enam tahun itu terdapat sebuah kembang api, lalu ia berlari di sekitar halaman rumah, diikuti oleh sang adik dengan suara gelak tawa.Fatma memandang keduanya dengan senyum mengembang, semenjak hari itu ia memilih untuk menjauhi Ahza, memblokir nomornya adalah yang terbaik untuk masa depannya.Sejak Fatimah sakit tempo hari, lelaki yang bergelar ayah itu tak pernah lagi memunculkan batang hidungnya, perbuatannya itu sungguh membuat hati Fatma teriris kembali.Di tengah suasana genting karena suhu badan Fatimah meninggi, Fatma berjuang sendiri
Read more
Bab 20.B
Sementara di sana Ahza sedang mengobrol ria bersama Wirda dan orang tuanya, kali ini rumah Adiguna terasa hidup, karena Ahza dan Wirda memutuskan untuk menginap di rumah Adiguna pada malam takbiran.Walau bibirnya dihiasi tawa, berbeda sekali dengan hatinya, pria itu masih memikirkan Fatma, ia merasa bersalah karena tempo hari lebih memilih Wirda dibanding menjenguk Fatimah.Ia bimbang, entah harus dengan cara apalagi untuk meminta maaf, Ahza putus asa dan merasa yakin jika Fatma sudah menutup pintu maafnya rapat-rapat.Aku memang bodoh! Mau-mainya disetir dan diatur oleh istri sendiri! Ahza merutukki dirinya dalam hati lalu mengusap wajahnya dengan gusar.Wajah Fatimah yang mengiba kasih sayang dan perhatiannya menari-nari di kepala, menjadikan tidurnya tak nyenyak, makanpun tak enak, galau yang Ahza rasakanAhza mengusap keningnya yang terasa berdenyut, ia merasa tak tega memakai baju baru nan mahal, sementara di sana kedua putra-putrinya tak satu potongpun ia belikan.Bagaimana l
Read more
Bab 21
Dua pasang manusia itu berjalan bergandengan tangan memasuki sebuah restoran mewah, kini Ahza telah berhasil kembali membangun usahanya walau di atas hutang yang menumpuk."Sayang, aku lihat ke dalam dulu ya."Mereka terpisah, Ahza menghampiri beberapa kawannya sedangkan Wirda mengecek beberapa karyawan di ruang memasak dan di dalam kantor.Sekarang Wirda adalah satu-satunya nyonya Ahza Al Faruq, nyonya besar yang harus disegani dan dihormati para pekerja, ia bangga dengan gelar itu sehingga membuatnya sombong seperti di atas angin."Pak Arif, kalau buat laporan yang betul dan akurat ya, saya ga mau ada kesalahan sedikitpun."Orang yang bernama Pak Arif hanya mengangguk segan. Namun dalam hatinya ia merasa tak suka pada Wirda.Wanita itu berjalan lagi menuju ruang masak, tas branded dan gamis mahal bertabur manik swarovski membuat kilauannya mengalihkan semua perhatian karyawan.Semua pekerja bagian dapur menunduk hormat saat menyadari sang nyonya pemilik restoran hadir menyaksikan, W
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status