Semua Bab ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
Bab 21
Pulang dari pabrik aku melajukan kendaraan roda duaku dengan pelan. Berharap aku bisa menemukan Farida. Saat mendekati belokan gang menuju rumah, aku menepikan motor, lalu kuperhatikan jalanan sekitar, mungkin saja Farida tiba-tiba ada disekitar sini. Saat tengah memperhatikan jalanan, tiba-tiba mataku tertuju pada bengkel milik Jana yang ada di seberang jalan.Aku melihat motor Farida ada di bengkel Jana. Kenapa bisa ada di situ? Kemarin saat aku mencari Farida, bengkel Jana memang sudah tutup karena sudah malam. Lantas aku membawa motorku menuju bengkel Jana."Jan, ini motor Farida, 'kan?" tanyaku setelah turun dari motor.Jana hanya mengangguk sambil membereskan bengkelnya yang akan tutup."Terus mana Farida?" tanyaku kemudian.Jana mendelik. "Farida bukannya istri, Lo? Kenapa Lo tanya dia sama gue?"Aku menghela nafas. "Kasih tau gue, dimana Farida, Jan! Gue mau nemuin dia!""Suami macam apa lo? Masa' istri sendiri lo gak tau ada dimana?" "Gak usah banyak basa-basi, Jan, cepet ka
Baca selengkapnya
Bab 22
Mbak Eka duduk sambil bersedekap di kursi yang ada dihadapanku. Sementara Mbak Sinta duduk di sebelahku. Mereka sudah seperti petugas yang siap menginterogasi maling saja."Kemana Farida?" Mbak Eka memulai pembicaraan. Ia bertanya dengan nada suara mengintimidasi.Aku belum mampu menjawab. Entah aku harus jujur atau berbohong saat ini."Iya, kemana? Gak mungkin pulang kampung lagi 'kan?" sambung Mbak Sinta. Namun, Mbak Sinta bertanya dengan lebih halus.Aku hanya mampu menunduk sambil menggosok kedua telapak tangan. Aku tak berani menatap wajah kedua kakakku ini."Farida … Farida …" Aku menghela nafas. "Farida pergi, Mbak," ucapku akhirnya."Iya, Mbak tau Farida pergi. Mila juga sudah bilang, yang Mbak tanyakan, Farida pergi kemana?" jelas Mbak Eka. Benar dugaanku, Mila pasti sudah mengadukan kepergian Farida pada kedua kakakku."Mm … mm …"Susah sekali jika sudah berhadapan langsung dengan Mbak Eka seperti ini."Am, mm, am, mm, ngomong yang bener!" tegas Mbak Eka. Membuatku semakin t
Baca selengkapnya
Bab 23
Pukul 11 malam, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Sudah lelah aku mencari kesana kemari, tapi Farida tak juga kutemukan. Jana pun tak mau membuka pintu rumahnya. Entah kemana lagi aku harus melangkah. Hingga akhirnya aku memilih pulang meski tanpa Farida.Tok tok tok!"Mbak … buka pintu, Mbak!"Sesampainya di depan rumah, aku langsung mengetuk pintunya, dan memanggil kedua kakakku."Mbak! Buka pintunya!" ujarku sekali lagi.Namun, tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Aku lantas mengeluarkan ponsel dan menelpon Mbak Eka. Tidak aktif. Lalu kuhubungi nomor Mbak Sinta. Tidak aktif juga. Agh … sial.Mau tidur dimana aku malam ini. Tega sekali Mbak Eka dan Mbak Sinta padaku. Aku lalu menaikkan motorku dan memarkirkannya di teras depan kamar.Uuh, kotor sekali lantainya. Tidak ada Farida, memang tidak ada yang menyapu dan mengepelnya. Aku lalu mengeluarkan lap bersih yang selalu kusimpan dalam bagasi motor. Kemudian aku jadikan alas untuk duduk. Aku duduk dan bersandar pada motor. B
Baca selengkapnya
Bab 24
Sore ini aku pulang lebih awal. Namun, motorku malah kehabisan bensin pas di belokan gang. Terpaksa aku mendorong motorku menuju rumah, biar nanti aku menelpon si Beni penjual bensin eceran.Saat aku menepikan motorku di depan rumah, pintu rumahku sedikit terbuka dan aku mendengar suara Mbak Eka dan Mbak Sinta seperti sedang berbicara dengan seseorang. Namun, entah siapa karena seperti berbicara di telpon.Karena motorku mati, kedua kakakku itu tidak menyadari kepulanganku. Lantas aku mengendap mendekati jendela rumah dan menguping."Ya, kamu istirahat dulu saja," ujar Mbak Eka."..........""Dia cari kamu, Rida, tapi sesuai permintaan kamu, Mbak gak kasih tau. Malah Mbak suruh dia cari kamu sampai ketemu," kekeh Mbak Eka.Degh!Rida? Mbak Eka menyebut Rida? Tidak salah lagi, Mbak Eka pasti sedang menelpon dengan Farida. Jadi, Mbak Eka sudah tau Farida ada dimana?Aku menajamkan kembali pendengaranku."Nanti kalau dia sudah pulang, Mbak akan suruh dia cari kamu lagi," ujar Mbak Eka."
Baca selengkapnya
Bab 25
Di rumah, aku duduk bersandar di kursi ruang tamu. Kujadikan tanganku sebagai bantal yang menopang kepalaku. Sudah jam 7 malam, kedua kakakku dan Farida belum juga pulang. Aku masih berpikir, apa kurangku selama ini kepada Farida. Sampai ia bilang tidak bahagia selama ini dan ingin berpisah denganku.Aku memejam. Kenapa Farida selalu mempermasalahkan uang bulanan dariku. Kenapa ia tidak bersyukur dengan uang yang aku beri. Kenapa ia selalu menginginkan uang yang lebih.Kalau saja Farida bisa mengatur uang yang kuberikan dengan baik, aku yakin, uang itu pasti cukup bahkan ada sisa. Tapi memang dasarnya saja dia tak pandai berhemat dan mengelola keuangan. Makanya uang yang kuberi tiap bulan selalu dikatakan kurang.Seketika, aku membuka mata. Apa itu hanya alasannya saja? Apa jangan-jangan, sebenarnya ia ingin berpisah denganku karena ingin menjalin hubungan dengan Jana?"Arghh …."Aku meremas rambutku. Iya, pasti Jana sudah menghasut Farida agar meminta berpisah dariku."Assalamu'alaik
Baca selengkapnya
Bab 26
*Tiga hari berlalu*Aku menyalakan televisi namun tak kunikmati tayangannya. Pikiranku berkelana. Memikirkan Farida yang ternyata kukuh dengan keputusannya. Malam ini merupakan hari terakhir dari waktu yang kuberikan. Namun, Farida tak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Ia justru menyuruh orang untuk mengambil barang yang katanya dibeli dari uangnya.Tinggal mesin cuci yang belum diangkut. Aku melarang orang suruhannya untuk mengangkut mesin cuci itu. Lumayan juga mencuci dengan mesin cuci. Tidak terlalu capek. Kalau sampai mesin cuci itu diangkut, bebanku malah bertambah.Rup!Tiba-tiba aliran listrik di rumahku mati. Apa ada pemadaman lampu? Tapi kenapa tumben sekali? Aku beranjak dari ruang televisi dan berjalan keluar dengan bantuan lampu senter dari ponsel.Kenapa rumah Mila terang-terang saja? Rumah di sebelahku juga tidak gelap. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Jangan-jangan tokennya habis? Duh, ada-ada saja.Gegas aku mengunci pintu rumah dan mengendarai motor ya
Baca selengkapnya
Bab 27 (POV MALIK)
ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI (27)POV Malik🌷🌷🌷Pukul setengah 6 pagi, aku baru selesai mengantar tetangga sebelah kontrakanku, Mbok Yum. Beliau merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya satu tahun lalu. Usia Mbok Yum sekitar 45 tahun. Ia memiliki dua anak. Paling besar perempuan dan adiknya laki-laki.Mbok Yum berkeinginan, anak laki-lakinya yang kini berusia 18 tahun, bisa melanjutkan kuliah. Sementara anak perempuannya, yang berusia 21 tahun sudah memilih untuk bekerja. Beberapa bulan terakhir ini, aku sukarela mengantar dan membantu Mbok Yum setiap pagi. Sewaktu suaminya masih hidup, Mbok Yum berjualan dengan suaminya itu sehari-harinya. Berjualan kue-kue basah. Pulang pergi bersama. Setelah suaminya meninggal, Mbok Yum meneruskan sendiri jualannya.Setelah selesai membantu membereskan jualan Mbok Yum, aku pamit padanya dan meninggalkan lapak Mbok Yum. Tidak sengaja aku menemukan Farida yang sedang menjinjing belanjaannya. Baru hari ini, aku bertemu Farida lagi di pasa
Baca selengkapnya
Bab 28 (POV MALIK)
POV MALIKSore hari, aku baru keluar dari pabrik. Aku berencana mendatangi kedai milik Farida, tapi entah masih buka atau tidak. Sebab, jam tanganku sudah menunjukkan setengah 5 sore.Risfan sepertinya kebagian pulang lebih awal. Karena tadi di parkiran, tersisa tinggal beberapa motor. Aku dan Risfan tak lagi dekat. Sejak persoalan foto itu, ia menjauhiku. Padahal sudah kujelaskan, bahwa semua itu hanya salah paham. Entah bagaimana reaksinya, kalau aku jujur, bahwa Farida-lah cinta pertama yang aku tunggu kembali padaku.Kurang lebih 30 menitan, aku sampai di kedai milik Farida. Cukup banyak pembelinya. Padahal ini baru hari pertama berjualan, seperti yang Farida katakan saat di pasar tadi. Aku turun dari motor dan berjalan ke arah kedai. Pembeli yang datang sampai ke luar area kedai. Karena memang kedai yang Farida sewa ini berukuran paling kecil.Melihat kehadiranku, Farida lantas menghampiriku yang masih berdiri di luar. Ia meminta maaf karena aku belum kebagian tempat duduk.Bebera
Baca selengkapnya
Bab 29
POV Risfan~Satu Bulan Kemudian~Aku menyimpan ponselku dengan asal. Ternyata transferan gaji bulan ini sudah masuk, full beserta bonusnya. Sore ini, aku duduk di sofa ruang tamu. Sementara di mejanya tergelar surat dari Pengadilan Agama yang masih tersegel. Aku belum menyentuhnya sama sekali. Kutatap tak percaya surat tersebut. Farida tidak main-main ingin mengakhiri rumah tangga ini. Kukira setelah hari terakhir aku datang ke tempatnya, ia akan melunak dengan sendirinya. Ternyata dugaanku salah. Farida benar-benar melayangkan gugatannya padaku. Terhitung satu bulan dari kedatanganku ke tempatnya sampai surat ini tiba. Memang dasar keras kepala. Dia pikir enak hidup menjadi janda? Lantas aku memfoto amplop berisi surat itu dan mengirimkannya pada Mbak Eka. Centang biru. Mbak Eka sudah melihatnya. Sambil menunggu balasan dari Mbak Eka, aku melihat-lihat isi pesan di WhatsApp-ku. Selama satu bulan aku tidak menghubungi Farida begitupun sebaliknya. Dia keras kepala, aku pun bisa lebih
Baca selengkapnya
Bab 30 (POV Farida)
POV FaridaAku mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sejujurnya aku tidak mau, Abah mendengar semuanya. Aku bermaksud menyelesaikan semuanya di pengadilan tanpa membawa-bawa Abah. Bukan tidak menghargai Abah, tapi aku masih menjaga harga diri Mas Risfan. Itupun kalau ia masih punya sih.Entah bagaimana Abah malah mendatangiku, padahal aku sudah bilang, semua biar aku selesaikan sendiri. Aku hanya minta restu serta doa Abah dan Emak."Abah mau tau, alasanku berjualan ini sebenarnya apa? Aku perlu uang, Bah. Kalau Mas Risfan bangga karena sudah memberikan nafkah, maka bagiku, Mas Risfan bukan memberi nafkah, tapi hanya me-ni-tip-kan uangnya." Aku mulai menjelaskan dan menekan di akhir ucapanku."Maksudnya, Rida?" Abah bertanya. Sementara yang lain masih menyimak."Mas Risfan hanya memberiku uang 1,5 juta setiap bulannya, Bah.""APA?!" tanya Bang Santo dan Malik bersamaan. Dari nada suaranya, sungguh kedua teman Mas Risfan itu terkejut."Kamu serius, Farida?" tanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status