All Chapters of Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain: Chapter 71 - Chapter 80
132 Chapters
Part71
"Tolong, Raf. Jangan sampai pimpinan dan yang lain tahu tentang semua ini," pintanya saat kupaksa dia mengaku dan menyerahkan diri. "Kenapa aku harus menolongmu? Kamu telah merugikan perusahaan Ilham," tegasku yang saat itu masih menjadi bawahannya. "Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan, Raf. Bukankah kita berteman? Aku hanya khilaf. Viona terus mendesakku, sementara semua uang sudah kuberikan pada istriku."Mendengar semua tentang Naya, hatiku kembali luluh. Apalagi Naya juga memiliki rencana untuk Ilham. Mungkin dengan tetap menjadi temannya, niatku untuk membantu Naya akan lebih mudah. Sertifikat rumah yang diberikan Naya tempo hari membuatku memikirkan sesuatu. "Baiklah, aku akan membantumu. Aku akan menutupi semuanya. Tapi ingat, ini tidak cuma-cuma. Kamu harus segera melunasinya. Jika sedikit saja kamu melanggar aturan, kamu akan segera ku depak dari perusahaan. Bukan hanya itu, Ham. Aku juga akan menjebloskanmu ke penjara," ancamku yang saat itu begitu membencinya.
Read more
Part72
"Bagaimana hubungan kamu sekarang sama Mas Rafi, Nay?" tanya Ratna setelah kuceritakan semua tentang Mas Rafi tempo hari. "Entahlah, Rat. Semua hal semakin membuatku pusing. Aku tidak menyangka kalau masalahku dengan Mas Ilham berbuntut panjang. Kenapa Mas Rafi harus terlibat diantara semua masalah ini," keluhku saat main ke rumah Ratna. "Aku juga tidak menyangka kalau Mas Rafi juga pernah mengalami masa-masa pahit seperti yang kamu alami, Nay. Malah gara-gara Mas Ilham pula lagi. Mungkin ini yang namanya jodoh dari takdir ya, Nay. Kamu sama Mas Rafi sama-sama menjadi korban. Jadi, kamu juga tidak boleh terus-terusan marah sama dia."Memang seperti yang Ratna katakan, sejak kejujuran Mas Rafi seminggu yang lalu, aku memutuskan untuk berpikir ulang dan meminta waktu kepadanya. Aku hanya ingin sendiri dan memikirkan banyak hal tentang hubungan kami. Mas Rafi setuju dan membiarkanku tenang setelah sebelumnya meyakinkanku bahwa dia benar-benar tidak bermaksud jahat. Namun bukan kemara
Read more
Part73
"Tapikan setiap hari ada saja yang ulang tahun, Nay. Untuk dua minggu kedepan saja, pesanan kita sudah ada tujuh puluh pesanan. Belum lagi kue untuk pernikahan. Besok saja, kita harus menyiapkan seratus box tiga macam kue basah untuk pesanan maulid Nabi di Mesjid simpang jalan itu.""Oh, iya. Kalau yang itu, kita sedekahkan saja ya, Buk. Biar uang depenya kemarin kita balikin saja. Biar jadi berkah juga," usulku. "Bagus itu, Nay. Tadi Bapak juga berpikiran seperti itu. Tapi karena ini usaha kamu, ya Bapak tidak berani bilang," Bapak mengimbuhi. "Kok Bapak bicara seperti itu, sih. Punya Nay kan juga punya Bapak dan Ibuk. Bapak kan juga bisa mengingatkan Nay, agar Nay selalu berada di jalan yang benar," rajukku."Baiklah, Nay. Kedepannya kami sebagai orang tua pasti akan menngingatkanmu," Ibu juga ikut menambahi."Bagaimana kalau sekarang kita pakai karyawan saja, Buk. Biar Ibuk tidak terlalu lelah. Apalagi untuk menghadapi orderan bulan ini.""Wah, Ibuk setuju sekali, Nay.""Iya, Buk
Read more
Part74
Aku tertawa kecil. Merasa lucu dengan tingkah Mas Rafi yang seperti anak kecil. Namun tidak dapat dipungkiri, aku juga merasa sangat senang bertemu dengannya sore ini. Terlebih, apa yang dia katakan juga kini tengah kurasakan. Ya, aku juga merindukannya. Kuharap setelah ini, hubungan kami akan baik-baik saja. Dia juga sudah berjanji untuk tidak merahasiakan apapun lagi dariku. Baik tentang masalalunya, ataupun status sosialnya. "Sebelum bekerja di kantor Papa, Mas juga sedang merintis usaha. Memang belum terlalu besar, tapi sudah cukup stabil untuk bisa ditinggal-tinggal dan di urus oleh pekerja," ucapnya sambil menyeruput teh botol yang kuberikan. Dia menemaniku duduk di depan meja kasir."Mas Rafi buka usaha apa? Siapa tahu Nay juga bisa seperti Mas Rafi, punya usaha yang lain," ucapku.Apakah aku terdengar seperti seseorang yang tamak? Padahal aku hanya berpikir bagaimana cara mengimbangi hidupnya agar keluarganya menganggapku layak untuk Mas Rafi. "Wah, bagus sekali itu, Nay. M
Read more
Part75
Aku dan Mas Rafi saling bertatap. Merasa tak menyangka bisa bertemu dengan mereka di sini. Apakah tujuan mereka itu... "Bunda... " Alta berlari dan langsung menuju ke arahku. "Alta rindu sekali sama Bunda. Kenapa Bunda tidak pernah datang menemui Alta?"Sungguh diluar dugaan, tepat di hari ulang tahunnya, aku bisa kembali bertemu dan memeluknya dengan hangat. "Selamat ulang tahun, sayang," bisikku lembut sambil mengecup keningnya."Alta! Ngapain kamu di situ. Cepat ke sini!" Viona memasang wajah garang dan melotot ke arah Alta. Alta memandang ke arahku dan mengabaikan Viona. "Kamu tidak dengar, ha? Cepat ke sini!" bentaknya lagi. Aku yang tak ingin mencari masalah mengagguk di depan Alta agar kembali. Dengan wajah takut Alta menuruti keinginannya. Aku tak bisa berbuat banyak. Selain ingin menghindari masalah dengan Viona, aku juga harus menjaga perasaan Mas Rafi."Jawab Raf, sedang apa kamu di sini? Jadi benar selama ini kamu mendekati Naya?" Mas Ilham juga turut memperkeruh suasa
Read more
Part76
"Jangan pikir karena sekarang kamu dapat wewenang dari kantor, seenaknya saja kamu mencampuri urusan pribadiku, Raf. Naya ini mantan istriku. Kami belum lama berpisah, jadi kamu jangan bermimpi untuk mendapatkannya," lagi-lagi Mas Ilham bicara tanpa rasa malu. "Kamu lagi, Mas. Ngapain juga kamu mengajak perempuan kampung itu. Dia bahkan bukan Ibu kandung Alta," bentak Viona. Alta yang mendengarnya langsung saja menangis. Aku jadi tak tega melihatnya. Tapi apa yang bisa aku perbuat? "Diam kamu, Viona. Ini semua gara-gara kamu. Seandainya saja kamu tidak pernah muncul di hadapanku, aku dan Naya tidak mungkin hidup terpisah seperti sekarang ini.""Oh, setelah semua yang terjadi kamu menyesal? Apa kamu tidak ingat kalau dulu kamu bilang istri kamu itu kaku dan tidak bisa memuaskan kamu seperti aku? Kamu juga bilang kalau mantan istri kamu itu hanya wanita kampung yang hanya cocok dijadikan sebagai pengasuh. Apa kamu lupa pernah bicara seperti itu kepadaku?"Aku segera menutup wajahku.
Read more
Part77
"Mbak Naya, ada yang mencari," seru Rina saat kami asik mengobrol di dapur. "Nay tinggal dulu, ya Bu?" akupun melepas celemek dapur dan menuju etalase depan. "Bunda... " Alta tiba-tiba hadir bersama Mas Ilham. Aku dan Alta kembali berpelukan. Mencoba melampiaskan rasa rindu karena pertemuan kemarin begitu singkat. "Mas Ilham? Untuk apalagi kamu kesini? Tidak cukupkah kemarin membuat keributan?" protesku."Mas ingin bertemu sama kamu, Nay. Mas ingin minta tolong," ujarnya dengan suara lembut."Minta tolong apa?" jawabku ketus. "Saat ini Mas sedang mendapat musibah," dia menceritakan apa yang terjadi dengannya. Sesuatu yang sudah aku ketahui dari Mas Rafi. Namun bukan Mas Ilham namanya kalau semua ceritanya mengandung kejujuran. "Mas difitnah, Nay. Rafi memfitnah Mas agar bisa cepat naik jabatan. Dia itu sangat licik. Dia pasti mencoba mencari muka dengan pemilik perusahaan," ucapnya dengan nada sungguh-sungguh agar aku percaya. "Kalau sudah salah, ya salah saja Mas. Jangan menud
Read more
Part78
Alhamdulillah...akhirnya aku dan Alta bisa berkumpul lagi seperti dulu. Mas Rafi memang selalu menepati janjinya untuk membawa Alta kepadaku. Kini aku bisa mengurus Alta seperti biasanya. Bapak dan Ibu juga sangat bahagia karena bisa melihat cucu kesayangan mereka lagi. Tak perduli meskipun tidak ada ikatan darah diantara mereka. Bagi mereka Alta tetaplah putriku. Masih teringat saat terakhir kali Mas Ilham datang. Dia begitu terkejut mendengar pengakuanku, bahwa aku kini sedang menjalin hubungan dengan Mas Rafi. Aku tak ingin lagi menyembunyikan hubungan kami. Toh, Mas Rafi juga sudah terang-terangan mengakuiku di depan Mas Ilham. Entah itu hanya untuk semakin membuatnya marah, ataukah ingin merasa menang karena sudah berhasil merebutku darinya. Namun aku tak perduli lagi akan hal itu. Aku tak lagi mempermasalahkan masa lalu mereka. Karena hatiku kini benar-benar sudah seutuhnya milik Mas Rafi."Kamu berbohong kan, Nay? Kamu bicara seperti itu hanya agar Mas cemburu dan marah, ka
Read more
Part79
Orang tuakupun sudah mengetahui akan hal itu. Mereka sama sekali tidak keberatan. Hanya Bapak saja yang sedikit was-was dan takut kalau aku akan terluka lagi. Tapi tentu saja aku belum berterus terang tentang status Mas Rafi yang sebenarnya. Malam ini jantungku kembali berdebar-debar. Mas Rafi memaksa untuk segera bertemu dengan orang tuanya. Aku sudah bersikeras menolak dengan alasan masih takut dan belum siap. Aku khawatir mereka akan menolakku, bahkan yang lebih menakutkan, jika sampai Mamanya jatuh sakit lagi karena kehadiranku. Bagaimanapun, aku tetap merasa belum pantas untuk bersanding bersama Mas Rafi."Kamu tidak perlu khawatir, Nay. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan. Papa dan Mama pasti menerima kamu.""Apa tidak bisa besok-besok saja, Mas? Kita putar balik saja, ya? Nay gemetaran ini."Tiba-tiba tangan Mas Rafi memegang tanganku. Dia lalu menggenggamnya untuk membuatku merasa lebih tenang. "Memangnya kamu tidak menghitung, sudah berapa kali kita putar balik gara-g
Read more
Part80
"Tidak apa-apa, asal yakin dan tekun, semua pasti akan berhasil. Om saja juga dulu memulai semuanya dari nol.""Wah, Papa ini seperti petugas spbu saja ya, pakai mulai dari nol segala," celoteh wanita yang rambutnya di potong pendek di atas bahu itu. Mama Mas Rafi masih terlihat awet muda, padahal usianya sudah hampir setengah abad. Mungkin karena rajin perawatan dan tidak pernah melakukan pekerjaan kasar. Suasana seketika mencair. Ternyata mereka sangat ramah dan tidak kaku. Perasaan takut yang tadi menyelimuti, seketika mulai pudar. Apalagi Papanya Mas Rafi juga banyak memberikan masukan-masukan tentang bagaimana cara berbisnis yang baik. Pantas saja Mas Rafi juga ikut sukses mengelola bisnisnya sendiri, ternyata hal itu diwariskan dari Papanya. Padahal seharusnya Mas Rafi tidak perlu repot-repot melakukan itu. Bukankah dia itu putra satu-satunya dari pasangan yang terlihat romantis itu? Toh seluruh perusahaan juga pasti diwariskan kepadanya. Sungguh Mas Rafi benar-benar pria ya
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status