All Chapters of Istriku Tua: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Dal, Dil, Dul, Del
Istriku TuaBab 20 : Dal, Dil, Dul, Del"Ya elah, Om Otong ini. Kalau Dul punya duit, Dul gak akan mulung dulu kalau mau makan." Dia melototiku, seperti emak-emak yang memarahi anaknya."Kali aja kamu punya uang simpan, gitu." Aku merengut, mau ngambek kalau yang berbicara begitu adalah Fani. Tapi, sayangnya, hiks ... dia bukan Fani."Gak ada, Om!" bentaknya."Gak ada, ya udah. Gak usah bentak-bentak gitu dong!" ucapku tak kalah nyaring.Nih bocah suka meledak gak jelas, serasa pengen kucabuti rambutnya terus kujadikan sapu."Kalau Om mau pulang, berarti Om harus kerja dulu biar dapat buat ongkos. Kalau duitnya sudah banyak, entar Dul anterin pulang," ujarnya kembali melembut."Kamu sajalah yang kerja, Dul! Om tukang ngumpulin uangnya saja, bagaimana?" mataku membuat menatapnya."Ogah! Emangnya Dul babunya, Om!" dia bangkit dan menatapku garang."Entar Om ganti lima kali lipat," ujarku sembari menunjukan lima jari."Nggak! Dul sudah gak mempan dengan buaian janji manis."Kuhela napas
Read more
Pulang
ISTRIKU TUABab 21 : PulangLangkahku terhenti dan sekujur tubuh menjadi kaku. Darah berdesir, hati mendadak suram dan nyali menciut. Apa yang harus di lakukan sekarang? Putar balik atau mencoba maju dan berpikir positif?Napas tercekat, ingin memanggil nama Fani tapi lidah serasa kelu. Tiba-tiba, kedua pasang mata yang sedang mengobrol serius itu menatapku bersamaan. Terlihat Fani menyipitkan mata memperhatikan diri ini dari ujung kepala hingga ujung kaki.Kucoba melemparkan senyum termanis yang selama ini selalu membuatnya mabuk kepayang. Fani mendekat dan menghampiriku. Hem, dia pasti akan memeluk tubuh ini. Aku jadi tak sabar."Dek, ini Mas Fahmi," ujarku dengan senyum senang."Mas, ini kamu?" Fani terlihat kaget."Harfani, saya permisi. Lain kali kita sambung lagi," ucap pria berjas hitam, menatap sekilas lalu pergi.Fani mengangguk dan menatap kepergian pria itu. Hati menjadi panas, boro-boro mau di peluk. Ia hanya menampakan wajah kaget tadi, dengan kesal aku langsung nyelonong
Read more
Dicuekin
ISTRIKU TUABab 22 : DicuekinBeberapa hari berlalu setelah kembalinya aku ke rumah, tapi sikap Fani masih tetap cuek. Dia benar-benar sudah berubah, marahkah? Atau ada sesuatu yang disembunyikan, entahlah. Ia semakin jarang di rumah, palingan cuma satu jam setelah pulang mengajar dari sekolah saja. Itupun cuma makan dan sholat, lalu pergi lagi dan pulangnya malam."Dek, kok sudah mau pergi lagi?" tanyaku ketika melihatnya sudah bersiap untuk pergi lagi, padahal baru setengah jam yang lalu ia pulang dari sekolah."Ada murid les yang minta belajar jam 14.00, Mas. Aku pergi dulu," dia hanya menatapku sekilas kemudian berlalu.Aku hanya melengos sebal, tanpa salim kepadaku, ia pergi begitu saja. Yeah, sepertinya dia sudah mulai melupakan tradisi kami. Jangankan mau cepika-cepiki, berpamitan dengan mencium tanganku pun ia sudah tidak pernah lagi. Sepertinya ia tak menganggap kehadiranku. Sakit sekali rasanya hati ini, hiks.********Malam itu, aku sengaja menunggunya pulang. Tidak bisa se
Read more
Sakit
ISTRIKU TUABab 23 : SakitPagi ini, aku meringis kesakitan ketika buang air kecil di kamar mandi. Ini tak pernah kualami sebelumnya, sakitnya luar biasa. Antara perih dan panas, apa yang terjadi pada barang mahal satu-satunya itu? Kondisi tubuh juga terasa tidak enak, tenggorokan sakit dan kepala terasa pusing. Kupegang dahi yang terasa panas, yeah ... demam ternyata.Dengan sempoyongan, aku kembali berbaring di tempat tidur. Fani sudah bersiap dengan pakaian kerja."Dek, Mas demam .... " ucapku sambil menyelimuti tubuh.Fani mendekat dan memegang dahiku, kemudian mengambil obat di kotak PPPk."Ini, Mas. Sehabis sarapan, minum obat ini! Aku berangkat kerja dulu," ucapnya tanpa senyum sedikit pun.Padahal aku sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca, tapi ia masih tetap cuek. Tuhan, kembalikan Faniku yang dulu. Fani istriku yang penyayang dan baik hati. Aku tidak mau Fani yang ini, aku yakin ... Fani pasti sedang diguna-guna mantan suaminya agar membenciku. Cih, sungguh licik!Hiks,
Read more
Keputusan Fani
Istriku TuaBab 24 : Keputusan FaniTiga hari sudah aku demam, walaupun kondisi yang sekarang sudah agak baikan. Ini perdananya aku demam tanpa dibelai dan dimanja si Fani. Sebenarnya aku gak berharap sembuh secepat ini, maunya sampai sekarat dan melihat Fani menangis menyesali perbuatannya yang sudah tidak mengurusku. Tapi, karena dia selalu rutin memberiku obat dan selalu mengancam akan memasukan ke rumah sakit kalau aku menolak, akhirnya aku berangsur sembuh juga. Hanya 'si otong' saja yang kadang masih suka nyeri dan sakit.Pagi ini, tepatnya hari jum'at pagi. Fani sudah tidak terlihat di rumah. Katanya urusan rumah sudah selesai, uang juga sudah di transfer pembeli ke rekeningnya. Barang-barang juga sudah dikemas, cuma aku belum tahu akan ke mana setelah ini. Sebab Fani makin sok sibuk. Diajak ngobrol sebentar saja, susahnya minta ampun. Busyet dah, makin belagu dia sekarang. Untung saja aku cinta sama dia, kalau nggak ... sudah kubikin perkedel dia. Ckckck ....Tak lama kemudian
Read more
Pulkam
Istriku TuaBab 25 : PulkamBingung dan tak tahu arah, itulah aku. Pikiran menjadi buntu dengan hati yang kecewa. Fani, sungguh tega ia mencampakkanku seperti ini. Apa yang akan kulakukan sekarang? Pulang ke kampung atau tetap di sini? Kepala menjadi sakit memikirkan semuanya. Lama sekali aku berdiri mematung di depan rumah kami yang sudah terjual itu, memandang bangunan penuh kenangan antara aku dengan Fani. Sambil menyapu pipi yang basah karena lagi-lagi keringat keluar lewat mata. Di sinilah cinta pertamaku tumbuh."Maaf, Mas. Jadi atau tidak mau diantar ke Bandaranya? Sudah satu jam saya menunggu, kalau tidak jadi ... saya mau pergi saja," ucap supir taxi yang mengagetkan lamunanku.Aku tertegun sejenak, masih bingung dan shock dengan kejadian miris yang menimpaku sekarang. Tapi, selebat bayangan mengerikan sosok Hanum dan kedua temannya membuatku segera berlari masuk ke dalam taxi.Sudah kuputuskan, aku akan pulang ke kampung halaman untuk menenangkan pikiran dan juga demi keaman
Read more
Patah Hati
Istriku TuaBab 26 : Patah HatiTiga hari sudah aku mengurung diri di kamar, meratapi nasib setelah ditinggal Fani. Hampa, nelangsa, nestafa, rapuh, hancur, putus asa dan hampir mengakhiri hidup. Tanpanya, duniaku seakan berakhir. Aku tidak ada semangat melakukan apapun juga. Inikah rasanya patah hati? Sungguh tega, Fani mematahkan hati seorang suami semuda dan setampan aku."Fahmi, Ibu masuk ya?" Suara Ibu terdengar di depan pintu."Iya, Bu. Masuk saja! Pintunya tidak di kunci."Ibu membuka pintu kamar dan melangkah menghampiriku yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan tangan memeluk lutut."Fahmi, coba ceritakan semuanya pada Ibu! Apa yang terjadi antara kamu sama Fani? Kemaren Ibu telpon dia, tapi nomornya malah gak aktif." Ibu duduk di sampingku.Aku menarik napas, seketika terasa sesak. Sepertinya saluran pernapasan tersumbat angin, hiks. Keringat pun mulai keluar lewat mata. Aku tidak menangis, hanya terasa sakit saja dada ini jika mengingat dia, istriku tersayang."Bu, Fa
Read more
Digerebek
Istriku TuaBab 27 : DigerebekKeesokan harinya, aku gak mau lagi ikut Bapak ke Sawah. Kejadian kemarin bikin trauma saja. Hari ini rencananya akan ke pasar untuk membeli ponsel. Hidup tanpa ponsel membuatku gak update berita-berita di dunia dan menjadi kurang keren. Biarpun tinggal di kampung, tapi gak boleh ketinggalan jaman.Sesampainya di Pasar, kupilih ponsel yang harganya dua jutaan saja. Aku harus berhemat, uang dua puluh juta dari Fani ini harus bisa kugunakan semaksimal mungkin. Beli yang benar-benar penting saja, dan gak boleh boros. Sebab mencari uang itu susah, apalagi mencari kerja. Maka dengan itu, aku harus bisa kembali rujuk dengan Fani. Tapi, syaratnya aku harus bisa berubah jadi dewasa dan memiliki pekerjaan. Aduh, aku harus kerja apa? Oke, sebaiknya mencari kerjaan di medsos saja. Semoga ada lowongan buat jadi Direktur.Hem, ponselku sudah bisa digunakan. Hal pertama yang kulakukan adalah mengambil nomor Fani dari ponsel Ibu dan mencoba menelponnya."Nomor yang anda
Read more
Pernikahan Kedua
Istriku TuaBab 28 : Pernikahan KeduaAku masih mengantuk ketika Bapak dan Ibu masuk ke kamar. Ada apa mereka ke sini? Aku menyipitkan mata dan menarik tubuh, tapi masih dengan posisi berbaring."Bangun dulu, Fahmi! Bapak mau bicara," ujar Bapak seraya duduk di sampingku."Woahhh, ada apa sih, Pak?" Aku menutup mulut sambil menguap dan kemudian duduk."Ibu dan Bapak baru saja pulang dari rumah Pak Saiful, mertuamu.""Astaga, jadi ini bukan mimpi? Kejadian penggerebekan itu nyata?" Aku mengusap wajah dan menampar pipi."Awww, sakit!" Aku meringis."Iya, Fahmi. Ini bukan mimpi, sekarang ini kamu suaminya Dinny, putri tunggal Pak Saiful," jawab Ibu sambil menepuk pundakku.Aku tertunduk lemas, "Jadi, Bapak sama Ibu mau bicara apa?"Mendadak semangat hidupku semakin menurun saja, ingin mati namun masih berharap bisa rujuk dengan Fani."Pak Saiful mau meresmikan pernikahan kamu dan Dinny, acaranya satu minggu lagi." Bapak terlihat menarik napas."Ah, buat apa juga?" Aku kembali menarik sel
Read more
KDRT
Istriku TuaBab 29 : KDRTMalam berikutnya, lagi-lagi Dinny menuntut hak sebagai istri. Berbagai alasan sudah kulontarkan, tapi ia masih ngotot mengajak berhubungan."Gak nyangka aku, Bang. Ganteng-ganteng kok, malah impoten!" ucapan itu keluar juga dari bibir tipis Dinny. Ia menatapku tajam, tatapan merendahkan.Tanganku langsung terangkat mendengar ucapannya, pukulan mendarat di wajah mulusnya. Hatiku murka."Aaaagghh," jeritnya histeris sambil memegangi wajah."Jaga ucapan, Dinny! Aku ini suamimu, aku pria normal. Hanya saja sekarang aku sedang sakit, kuharap kamu bisa bersabar." Tanganku terkepal dengan masih menahan amarah yang membuat tubuh ini gemetar."Sakit apa, Bang? Sakit Himpoten, kan? Aku menyesal menikah dengan pria sepertimu, aku jijik! Cih!" Dinny meludahi wajahku lalu keluar dari kamar.Setan! Awas saja kamu! Kukejar Dinny hingga ke depan pintu tapi ia sudah keburu keluar. Ah, aku gak mungkin menghajarnya di rumah ini, ini rumah orang tuanya.Seminggu sudah pernikahan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status