All Chapters of Istriku Tua: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Ribut
ISTRIKU TUABab 10 : RibutSejak pertengkaran malam itu, aku sudah menghapus pertemanan dengan Gisela di facebook di depan Fani dan berjanji untuk tidak menduakannya lagi. Hem, itu hanya janji. Masalah bisa terpenuhi atau tidaknya aku tidak tahu juga. Yang terpenting sekarang, Fani bisa percaya dan luluh lagi hatinya padaku."Sayang, ayo sarapan dulu! Mas sudah bikin nasi goreng untukmu," sambutku pada Fani ketika keluar dari kamar.Fani sudah bersiap mau berangkat kerja. Pagi ini dia masih mengenakan kacamata kala berangkat kerja, karena lebam di mata bekas pukulanku waktu itu masih membekas. Padahal sudah seminggu.Fani terlihat melihat arloji di pergelangan tangannya."Baru jam setengah tujuh, Dek. Ayo!" aku menarik tangan Fani dan menuntunnya duduk di depan meja makan."Ayo, sayang ... dicicipi dong masakan Mas!""Iya, Mas. Makasih, ya." Fani senyum sumringah sambil memakan nasi goreng buatanku.Yes, akhirnya Fani bisa tersenyum lagi dan kembali kepelukanku.Setelah menghabiskan s
Read more
Baku Hantam
ISTRIKU TUA Bab 11 : Baku Hantam "Sayang, please ... maafin Mas, ya! Beri Mas satu kali kesempatan lagi, Mas janji gak akan pernah mencoba berselingkuh dan melakukan kekerasan lagi padamu. Maafkan kekhilafan Mas, Dek!" aku masih memelas pada Fani. Ini bukan mengemis namanya, hanya salah satu bentuk usahaku untuk tidak terlempar dari kesejahteraan yang sudah kudapatkan dua tahun ini. Setahun masa pacaran dan setahunnya lagi masa menikah. Fani masih diam, air mata semakin membanjiri wajah penuh kerutan itu. Sekarang ini kulitnya tak lagi kencang sepertu dulu. Maklum, semenjak dipecat dari pekerjaannya dahulu, dia sudah tidak pernah perawatan ke salon lagi. "Dek, maafkan, Mas. Mas tidak tahu juga kenapa juga akhir-akhir ini jadi emosian begini. Mas minta maaf sudah memukulmu, balas, Dek ... ayo, balas!" aku menarik tangan Fani dan memukulkan tangan itu ke wajahku berkali-kali. Tak cukup dengan itu, dramaku terus berlanjut. Kubenturkan kepalaku ke dinding berkali-kali. Sumpah, ini sak
Read more
Banjir
ISTRIKU TUA Bab 12 : Banjir Kehidupanku dengan Fani tetap berjalan monoton, dia tetap berkerja dari pagi sampai malam. Sedang aku, masih makan tidur di rumah. Tak ada yang istimewa setiap harinya, aku mulai bosan. "Mas, Adek sudah telat satu minggu lhoh," ucapnya malam itu ketika sudah berbaring disampingku hendak tidur. "Masa, Dek? Jangan-jangan kamu hamil?" tanyaku senang dan langsung bangkit dari tempat tidur. "Belum tahu juga, Mas. Semoga saja impian kita untuk segera punya anak bisa segera terkabul. Adek sudah beli testpack, besok pagi baru di test." "Semoga saja Adek benaran hamil, Mas ingin anak kita perempuan. Wajahnya cantik, kulitnya putih, tubuhnya montok dan menggemaskan," ujarku sembari mengelus perut Fani. "Iya, Mas. Semoga saja," jawab Fani dengan senyumnya. *** Pagi pun tiba, aku sudah tidak sabar menunggu Fani keluar dari kamar mandi. "Gimana, Dek? Positif, kan?" tanyaku tak sabar. Wajah Fani lesu, "maafkan Adek, Mas. Hasilnya masih negatif." "Aghhhh, lagi-
Read more
Ratu Hanum
ISTRIKU TUA Bab 13 : Ratu Hanum Dengan sambil bersungut-sungut kesal, aku kembali ke kamar hotel. "Wuek, menjijikan sekali si tante-tante girang! Seenaknya saja maen kecup sembarangan," ujarku dongkol sambil membasuh wajah di wastafel. Kuhembuskan napas kasar sembari duduk di pinggir tempat tidur. Sambil membolak-balik kartu nama pemberian si tante. "Namanya Ratu Hanum, M.H," ujarku sambil memutar bola mata. "Hem, dia seorang pengacara." Kubaringkan tubuh di tempat tidur, "Boleh juga nih tante, tapi, ah ... Lalu Fani bagaimana? Tante Hanum belum tentu bisa seperti Fani yang sangat tulus mencinta dan menyayangiku." "Tapi, sekarang Fani sudah krisis. Dia tak setajir dulu, malah terancam melarat. Ah ... bikin galau saja. Ya sudah, kartu nama tante Hanum aku save dulu. Kalau suatu saat aku perlu dia, baru di calling." Senyumku mengembang sambari menyimpan jimat sakti dari tante Hanum. Taklama berselang, ponsel di saku celana berdering. Dengan malas, aku melihat barang berharga satu
Read more
Disamperin Dia
ISTRIKU TUABab 14 : Disamperin DiaSilau cahaya dari celah tirai membuat tidurku sedikit terusik, padahal mimpi sedang indah-indahnya. Aku beringsut menuju jendela dan merapatkan tirai, ternyata cahaya matahari sudah sangat terik. Kuraih ponsel untuk melihat waktu, sudah pukul 11.05. Pantas saja sudah panas membahana begini. Segera kusambar handuk dan melangkah menuju kamar mandi.***"Makan sudah, merokok sudah, tidur juga sudah puas." Aku meraih remote televisi dan meraih stik playstation. "Astaga, aku sampai lupa, kalau banjir sialan itu telah merenggut benda kesayanganku ini." Kulempar stik itu dengan geram.Aku mematikan tv dan duduk di ruang tamu, tirai sengaja tak kubuka. Malas, nanti ada tetangga yang mengintip. Hidupku semakin suram saja, kini hanya bertemankan ponsel."Semakin membosan saja hidupku, benar-benar apes!" kupukul kasar sofa tempatku duduk.Tiba-tiba saja, ada sebuah pesan whatsApp masuk. Dengan cepat aku langsung membukanya.[Hy cakep, lagi ngapain? Hangout, yu
Read more
Kencan Sial
ISTRIKU TUABab 15 : Kencan Sial"Kok diam sih, Bebby? Ke Mall sajalah, mau? Aku akan belanjai kamu, apapun boleh kamu beli." Dia menatapku genit.Hem, kalau belanja, bisa dibunuh Fani kalau pulangnya bawa belanjaan banyak gitu."Restoran sajalah, gak usah ke Mall. Gak usah dibelanjain deh, kasih mentahnya saja!" Aku tersenyum."Hem, gampanglah." Lagi-lagi Hanum mengedipkan sebelah matanya.Aku langsung membuang pandangan darinya, agak alergi ama yang genit-genit gini.Taklama kemudian, Hanum sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran Seafood yang letaknya di pinggir pantai. Tempatnya mewah, ini pasti restoran bintang lima. Aku keluar dari mobil dan Hanum menggandengku masuk."Suka tempatnya, Beb?" dia mengajakku duduk salah satu pondok kecil yang terletak di atas pantai. Dengan melewati geretak panjang, baru kami bisa sampai di sini. Di bawah, samping kiri dan kanan, pemandangan pantai tampak indah sekali. Hawanya juga adem, aku suka tempat ini."Suka," jawabku sambil melihat ke se
Read more
Diculik
ISTRIKU TUABab 16 : DiculikPerlahan kubuka mata, walau napas masih terasa sesak. Telinga terasa berdenying dengan kepala berat."Beb, kamu sudah sadar?" dua orang wanita berpakaian sexi mendekatiku. Keduanya duduk di sebelah kanan dan kiri.Pandangan buram, aku mengerjapkan mata berkali-kali dan masih tanpa suara."Apakah aku sudah mati? Bukankah aku tenggelam di laut?" lirihku dalam hati. "Apakah kedua wanita ini, setan pencabut nyawa?""Bebby, kamu kenapa? Kok bengong gitu, sih?" wanita yang hanya mengenakan bra dan celana pendek itu membelai kepalaku."Si-siapa ka-kalian? Aku di mana?" aku berusaha bangkit, tapi kepala mendadak sakit hingga harus kembali jatuh ke bantal."Berbaring saja, Beb! Jangan bangun dulu!" kini wanita yang dengan dres sepaha yang merangkul tubuhku."Aku mau pulang," ujarku sambil memegangi kepala yang ternyata ada luka. Pantas saja terasa sakit.Taklama kemudian, seorang wanita lain masuk lagi ke kamar."Beb, syukurlah kamu sudah sadar," dia langsung memel
Read more
Ternoda
ISTRIKU TUABab 17 : TernodaHabis sudah harga diri yang kubanggakan selama ini, kini aku layaknya tisu yang habis di sobek-sobek terus di buang dan tertimpa hujan. Lumat tak bersisa. Mungkin dunia menertawai nasibku yang malang dan mengenaskan ini, air mata yang kuteteskan saat ini bukti keterpurukan. Laki-laki juga bisa menangis, jika hatinya sudah terlalu sakit akan azab hidup yang melebihi kapasitas. Penyesalan ini serasa tiada arti, sebab aku terlanjur hancur.Ketiga setan wanita itu telah melemparku ke lembah kenistaan, seperti lintah ... mereka terus memangsaku tanpa henti. Hingga darah mengering dan tak tubuhku kurus kering. Selama berhari-hari, aku menjadi pemuas napsu wanita haus cinta itu. Tanpa belas kasian, mereka terus menyerang raga ini. Oh tuhan, inikah murkamu? Ampuni hamba, ya Alllah ....Malam itu, mereka sudah memangsaku sejak dari sore. Hingga kini ketiganya terkapar karena lelah. Tali pengikat tangan dan kaki, tinggal sidikit lagi akan bisa kulepas. Sebab aku sud
Read more
Mimpi
ISTRIKU TUABab 18 : MimpiLangkah kaki terhenti di depan sebuah rumah mewah. Kuamati seseorang yang wajahnya tak asing sedang berdiri di teras, ia mengantar suami dan anak-anaknya yang hendak berangkat ke sekolah."Ayah hati-hati ya berangkatnya!" wanita itu mencium punggung tangan si pria. "Kalian yang benar di sekolah! Nanti pulangnya Bunda yang jemput." Kini ia beralih kepada ketiga anak-anaknya. Dua anak perempuan dengan seragam SMA dan SMP, dan satu orang bocah laki-laki dengan seragam SD."Iya, Bunda," jawab ketiganya serempak dan berebutan mencium punggung tangan sang Bunda."Eh, Bun ... Itu ada pemulung lagi ngorek-ngorek tempat sampah kita. Kasian, ya!" ujar anak bocah itu menunjuk kearahku.Busyet, dah! Aku ini bukan pemulung! Hanya kebetulan lewat saja dan tak sengaja melihat dia. Yah, dia! Dia, Faniku! Tak salah lagi! Langsung saja kulemparkan senyuman maut padanya seraya berjalan mendekat kearah mereka."Bun, minta uang lima ribu! Adek mau kasih sama dia, kasian," oceh s
Read more
Jadi Pemulung
Istriku TuaBab 19 : Jadi Pemulung"Apa gak ada cara lain selain jadi pemulung?" Aku terduduk lesu."Gak ada cara lain, Om. Ya sudah, ayo ... Aku temani Om. Kasian juga, Om kan belum berpengalaman. Hari ini aku training dulu deh." Si anak yang rambut kimbal menarik tanganku.Dengan hati yang menangis, aku mengikuti langkahnya. Sedih campur terharu, tapi terlebih lagi malu. Dengan sambil menunduk, aku membuka karung agar dia dapat memasukan kaleng hasil pungutannya setelah menyusuri jalan dan mengobok-obok tempat sampah."Siapa nama kamu? Biar Om catat kebaikanmu di hati, Om.""Dul, Om," jawabnya sambil memberi komando agar aku memungut kaleng minuman yang terdapat di pinggir selokan."Nah, bagus. Om pinter, yang itu lagi, Om!" dia menunjuk kaleng yang terdapat di dalam selokan.Hem, seenaknya saja dia main perintah. Ogah! Kalau masuk selokan cuma demi satu kaleng."Buruan, Om ... Ambil!""Kamu sajalah, Dul. Om malas masuk ke situ," ujarku dengan kecut.Tiba-tiba saja, sebuah mobil mer
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status