All Chapters of Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir: Chapter 181 - Chapter 190
198 Chapters
Part 28. Bapak Pantas Dicintai
Samudra menggigit bibirnya gemas saat mendengar panggilan ‘Mas Samudra’ keluar dari bibir Melody. Demi Dewa Neptunus yang sedang terombang-ambing di atas laut, Samudra sekarang merasa bahagia luar biasa. Terlebih lagi ketika dia melihat wajah Melody yang seperti kepiting rebus. Merah luar biasa, menambah rasa gemasnya berkali-kali lipat. “Ulangi lagi!” Samudra kembali memasang ekspresi serius saat mengatakan itu. “Aku nggak denger.” Melody tak ingin membuat masalah dengan Samudra dan memilih untuk melakukan permintaan sang suami. “Mas Samudra. Udah puas sekarang?” Melody cemberut karena merasa dikerjai oleh lelaki yang sudah menikahinya selama beberapa hari ini. Samudra bahkan menunjukkan seringaian menggoda. Melody berdiri dari duduknya. “Ayo keluar, sebentar lagi makan siang.” Samudra mencekal tangan Melody sampai perempuan itu mendarat di pangkuannya. “Bapak mau ngapain?” Kembali lagi panggilan itu. “Maksudku, Mas Samudra mau ngapain?” ucapnya mengoreksi. “Kamu sudah mencoba
Read more
Part 29. Berkunjung di Keluarga Samudra
Dua hari berada di kampung halaman terasa begitu cepat. Pada akhirnya, Melody dan Samudra harus kembali bekerja saat senin kembali datang. Namun yang menjadi sebuah hal special adalah Melody hari ini memasak dan membawa bekal untuk makan siang. Tentu saja untuk dua porsi. Dirinya dan Samudra. “Masak?” Begitu tanya Bian kepada Melody. “Iya,” jawab Melody.“Dan kamu nggak bawakan juga buat aku?” Melody berkedip pelan. Senyumnya kecil tersemata indah di bibirnya. “Sorry, Bang. Aku beneran cuma buat dua porsi aja.” Dan dengusan pelan terdengar di telinga Melody, membuat Melody tak enak hati. Untuk merayu rekan kerjanya tersebut, dia lantas menawarkan sesuatu.“Aku akan membuatkan untuk Abang besok. Sekarang, Abang boleh memesan apa pun dan aku yang akan membayarnya.” Siapa yang akan menolak penawaran menyenangkan seperti itu. Tentu saja tanpa menawarkan dua kali, Bian segera mengangguk. Senyum lebarnya tampak jelas di bibirnya. Bian dengan tak tahu malunya mengulurkan tangannya untuk
Read more
Part 30. Satu Set Perhiasan
Sagara yang tadinya menyesap minuman jahe itu mendongak menatap sang ayah. Dia berkedip pelan kemudian tersenyum kecil.“Ayah pengen mantu juga dari aku?” tanyanya seolah tak berdosa. “Nantilah kalau aku udah ketemu gadis cantik yang aduhai.” Kepala Sagara segera terdorong ke depan. Semesta pelakunya. Lantas gadis itu segera bersuara. “Yah, Abang ini playboy kelas kakap. Dia ini nggak kayak Abang Samudra. Udah gitu nyolot lagi.” Alih-alih marah, Sagara justru hanya mengedikkan bahunya tak acuh. “Masih muda, sah-sah aja.” Mendengar itu, Samudra langsung menoyor kepala kembarannya itu tanpa basa-basi. Dia bilang, “Ingat punya adik cewek. Disakiti orang nanti dia, itu gara-gara kamu. Di rumah ini nggak ada yang brengsek.” Entah dari gen siapa yang masuk ke dalam darah Sagara, karena lelaki itu beda dari ayah dan Samudra. Lelaki itu sedikit lebih ‘nakal’ dari dua lelaki yang ada di keluarganya. Tidak, dia bukan lelaki yang suka meniduri banyak perempuan dan meninggalkannya. Tapi lebih
Read more
Part 31. Desas-Desus
“Jangan mau, Bang. Sering oleng dia.” Semesta segera saja menolak dengan lantang. “Kami nggak mau dijodoh-jodohin ya. Masih bisa cari sendiri.” “Bener. Masih ada banyak cara menuju Roma. Jadi no jodoh-jodohan.” Sagara mengamini. Lelaki itu bahkan bergidik ngeri saat membayangkan akan dinikahkan dengan seseorang hasil dari perjodohan. “Tapi ide perjodohan itu memang bagus, lho. Kami sebagai orang tua akan tahu bagaimana bibit, bebet, bobot dari menantu kami.” Violet seolah memiliki pencerahan karena mendengar celetukan anak-anaknya. Semesta menggeleng penuh dengan keyakinan tinggi. Dengan keras menolak jika dia tidak akan menikah dengan orang yang dijodohkan dengannya. Itu mengerikan baginya. “Pokoknya nggak ada Bunda dan Ayah jodoh-jodohin kami.” Begitu Semesta bersuara. “Kecuali aku tua dan nggak nikah-nikah barulah boleh dengan cara begitu. Ya, kan, Bang?” Semesta meminta pembelaan kepada sang kakak. Dan lagi-lagi Sagara mengamini. Baru beberapa jam bersama keluarga Samudra, Me
Read more
Part 32. Itu Adalah Pikiran Buruk
“Bapak mau melakukan apa?” Meskipun sudah dighibahkan oleh orang-orang itu, Melody tahu jika akan sangat jahat apabila Samudra melakukan hal yang keji kepada mereka. “Tergantung nanti. Sejauh apa mereka mencampuri urusan kita.” Setelah mengatakan itu, Samudra masuk ke dalam ruangannya kembali. Menutup pintunya rapat dan justru hal itu membuat Melody sedikit was-was. Takut jika Samudra akan murka. Namun, sampai waktunya pulang, Samudra bahkan tidak memanggil Melody ke ruangannya dan itu artinya semua aman terkendali. “Kita pulang!” Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore saat Samudra keluar dari ruangannya. Melody mengangguk sebelum membereskan barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas. Lalu berdiri dan berjalan di belakang Samudra bersama dengan Bian. Saat mereka sudah berada di lantai dasar, banyak orang yang masih belum pulang dan perhatian mereka jatuh pada tiga orang yang berjalan keluar lobby. Melody menunduk dalam seolah takut semua orang yang ada di sana menghakimi dirinya. B
Read more
Part 33. Penjelasan
Samudra benar-benar tak mengindahkan ucapan sang istri. Tiba-tiba saja dia juga memikirkan tentang kejadian naas malam itu. Samudra berandai-andai jika dia tak datang malam itu, masalah ini tak akan pernah terjadi. Sejujurnya, dia merasa senang dengan hubungannya dengan Melody. Dia juga tidak menyesal sudah menikah dengan perempuan itu. Tapi sekarang yang dikhawatirkan justru sebaliknya, bagaimana jika Melody tidak bahagia bersama dengannya. Menjadi istrinya. Menjadi pendamping hidupnya. Dia juga egois karena sudah memerangkap Melody dalam kehidupannya. Samudra terdiam di dalam ruangannya tanpa melakukan apa pun. Ketukan pintu menyadarkan Samudra dari lamunan. Melody masuk dengan dokumen di tangannya. Wajah gadis itu tampak keruh. “Kerja sama dengan PT. Rayana perlu ditandangani.” Melody meletakkan dokumen bermap biru di depan Samudra. Tanpa suara, tanpa bicara, lelaki itu hanya membaca sebentar sebelum membubuhkan tanda tangan di atas namanya. Memberinya stempel setelah itu, kemu
Read more
Part 34. Kencan
“Masuk!” Samudra segera memberikan perintah kepada perempuan itu. Selama ini tidak ada yang berani berperilaku lancang seperti itu kepada Samudra, dan kali ini perempuan melakukannya. Menanyakan sesuatu bernada menuduh kepada bos besar. Apa perempuan itu cari mati atau bagaimana?“Semua masuk!” Samudra mengulangi.Bian menarik napasnya panjang sambil menatap perempuan bernama Lita itu dengan tajam. Sedangkan Lita hanya terlihat tidak bersalah. Bahkan Melody pun merasa sedikit jengah dengan kelakuan perempuan itu. Kini, aura Samudra lebih dingin dari sebelumnya. Duduk di kursi kebesarannya, Samudra menatap Lita dengan tajam. Lita yang ditatap, tapi Bian pun merasa dia yang akan mendapatkan masalah. Tentu saja, Samudra bukan orang yang akan mengaitkan sesuatu yang tidak ada kaitannya tersemasuk melibatkan Bian. Tapi lihatlah betapa Samudra seolah ingin menggulung apa pun di depannya hanya dengan tatapannya. “Gosip apa yang sedang beredar di kantor ini?” tanya Samudra. “Jelaskan semua
Read more
Part 35. Fitting Baju Pengantin
Pasangan orang dewasa, masih mengenakan baju kantor, tapi permainan yang mereka mainkan adalah dance. Sungguh, itu menggelikan. Bukan hanya itu, Melody bersedia melepas sepatu bertumit 7cm-nya agar mudah bergerak. Tentu saja Samudra tidak segila sang istri. Dia bisa bergerak cepat meskipun kakinya dibalut sepatu kantor. Tidak ada pengaruhnya sama sekali. Hampir sepuluh menit mereka bermain itu dimenangkan oleh Samudra, kini mereka beralih bermain basket. Dan lagi-lagi Samudra pemenangnya. “Mas kenapa nggak mau kalah, sih!” Keluar sudah sifat kekanakan Melody karena dia sudah lelah mengejar ketertinggalan dari sang suami. Perempuan itu bahkan berkacak pinggang karena kesal. Dia yang akan bersenang-senang, lalu kenapa justru dibuat kesal oleh Samudra? “Kan nanti hadiahnya juga buat kamu. Lagian kalau kamu kalah aku kalah, kesannya nggak keren.” Begitu jawab Samudra. “Tapi kan ini bukan untuk keren-kerenan, Mas. Ih.” Dan parahnya sekarang adalah mereka sedang berada di depan penuka
Read more
Part 36. Harus Tertutup
Empat orang itu keluar dari ruangan Samudra. Pada awalnya, Samudra dan Melody berjalan beriringan tanpa ada kontak fisik sama sekali. Tapi Semesta dan ulahnya yang selalu membuat sakit kepala itu segera menginteruksi. “Abang ini nggak bisa romantis dikit ya?” Mereka sudah berada di dalam lift untuk turun ke lantai dasar. “Digandeng kek.” Begitu lanjutnya kepada Samudra. Membuat Melody sedikit melotot.“Ini kan di kantor,” jawab Melody tampak kikuk. Terlebih lagi di sana ada Violet yang tengah menatapnya. Mau tak mau itu membuat Melody salah tingkah.“Jadi kalau nggak di kantor, Abang dan Kakak Ipar mesra?” Samudra tak ingin meladeni kembarannya. Menarik Melody agar lebih dekat dengannya. Mencium kepala istrinya dengan mesra tanpa membalas ucapan Semesta. “Nggak usah dijawab. Mau tahu aja urusan dapur orang.” Itu tanggapan Samudra. Semesta dan Violet hanya tersenyum saja melihat Samudra dan Melody. Semua itu tentulah hanya akal-akalan Semesta agar Samudra lebih peka. Karena setelah
Read more
Part 37. Rencana Pasca Menikah
"Ini baju design terbaru dari butik ini, Bang. Jadi, aku merekomendasikan kepada Kakak Ipar.” Semesta yang menjawab karena dia tahu kalau Melody sudah dihinggapi rasa ketakutan yang luar biasa. Terlihat, perempuan itu menunduk tanpa berani menatap Samudra sedikitpun. Melody pasti sudah mengerti betapa tatapan lelaki itu akan setajam apa. Jadi, lebih baik dia menghindar. “Waw, Kakak Ipar.” Belum lagi Samudra menjawab ucapan kembarannya yang satu, muncul lagi kembarannya yang lain. Sagara bersiul menggoda dan tampak puas dengan penampilan si kakak ipar. “Itu gaun yang cantik. Bukan itu juga, yang pakai juga cantik banget. Aku sih, ya.” Samudra tak bisa menahan panas yang menjalar dari dalam hatinya. Lelaki itu menatap Sagara dengan tajam. “Jangan menatapnya!” Samudra meraup wajah Sagara dan segera menarik tangan kembarannya itu sampai Sagara berbalik. “Tutup mata kamu. Itu kakak iparmu,” imbuh Samudra memeringatkan.“Aku tahu kalau dia kakak iparku. Tapi aku kan cuma memujinya. Buka
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status