All Chapters of Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir: Chapter 171 - Chapter 180
198 Chapters
Part 18. Cemburu?
“Melody layak dicintai.” Ucapan terakhir Tama itu terngiang di kepalanya sampai dia tampak terdiam selama perjalanan pulang. Melody yang ada di sampingnya itu sesekali menoleh dan memastikan jika Samudra baik-baik saja. Bahkan sampai mereka sampai di apartemen pun, Samudra tidak mengatakan sepatah kata pun. “Bapak baik-baik saja?” Melody meletakkan segelas air di depan Samudra sebelum dia duduk di samping lelaki itu. Lagi-lagi menatapnya dengan tatapan penuh tanya karena sikap Samudra yang tidak seperti biasanya. “Menurut kamu, apakah kamu bisa mencintai aku, Melody?” Dihadapkan pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu, membuat Melody terperangah. Perasaan tidak pernah bisa diprediksi. Dengan tampilan Samudra yang menawan, siapa pun bisa dengan mudah jatuh pada pesona lelaki itu. Tapi, apakah Melody akan menambatkan hatinya untuk Samudra? Bukankah sudah seharusnya dia melakukan itu? Samudra sudah menjadi suaminya. Meskipun pelan, Melody akhirnya menjawab. “Saya akan berusaha, Pak.”
Read more
Part 19. Bapak dan Ibu
Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Melody, membuat langkah Samudra berhenti. Lelaki itu tak segera berbalik dan memilih untuk bertahan pada posisinya. Terdengar roda-roda dari troli belanjaan di sekitarnya seolah menjadi nada pengiring. Karena itu, Melody lah yang mendekati Samudra.“Kita lanjutkan belanjanya, Pak.” Melody mendorong troli dan meninggalkan Samudra di belakang. Sebentar lagi perutnya pasti lapar dan dia harus segera menyelesaikan belanjanya. Melody menoleh ke belakang dan menatap Samudra yang ternyata sudah mengikutinya. Ada senyum kecil yang tersemat di bibir Melody saat melihat Samudra terus memasang raut wajah datarnya. Memang seperti itulah Samudra sehari-hari, tapi entah bagaimana dia justru merasa kalau Samudra sangat menggemaskan. “Kenapa kamu berhenti?” Mereka ada di lorong perlengkapan masak seperti panci dan kawan-kawannya. Entah mengapa, dia sangat tergoda dengan barang-barang itu. “Saya tertarik beli itu, Pak. Boleh nggak?” “Nggak usah. Besok-be
Read more
Part 20. Tama Si Perusak Suasana
Menggoda Melody sepertinya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk Samudra. Melihat bagaimana gadis itu cemberut, membuat Samudra geli luar biasa. Bagaimana bisa, gadis semanis itu mendapatkan perlakuan buruk dari seorang lelaki yang seharusnya melindunginya? Sangat tidak masuk akal.“Kita pergi sekarang, Pak. Saya sudah selesai.” Melody yang sedang meremas-remas jeruk nipis di kobokannya itu bersuara. Samudra tidak menjawab dan lebih setia menatap ke arah sang istri yang menciumi tangannya. Sesekali gadis itu bergidik karena aroma sambal masih melekat di tangannya. “Makanannya sih enak, aromanya sambal yang nempel di tangan ini yang susah hilang,” gumam Melody sembari mendesah lelah. “Ah, sudahlah. Sampai rumah aja nanti dicuci lagi.” Lanjutnya masih berbicara seorang diri. “Ayo, Pak.”Menyandang tasnya, Melody berdiri lebih dulu dan membayar makanannya. Samudra berjalan dibelakang Melody sampai di depan tenda.Namun, siapa yang sangka Melody akan bertemu dengan seorang lela
Read more
Part 21. Perawatan Untuk Istri
Permata menghentikan pergerakan tangannya saat suara Samudra mengudara. Dia lantas membalik tubuhnya dan menatap ke arah sang suami. Ekspresinya datar tak bisa terbaca. Namun dia menarik nafas panjang setelah itu.“Bapak ini kenapa sih? Saya itu sudah nggak peduli lagi dengan lelaki itu. Mau dia membusuk di penjara juga saya nggak bakalan ada masalah. Bukan urusan saya. Saya nggak mau Bapak tanya hal-hal seperti itu lagi kedepannya. Saya nggak mau dikaitkan lagi dengan dia. Nggak mau sama sekali.” Melody pastilah merasa kejengkelannya mengusik nuraninya. Tama adalah lelaki terburuk yang pernah Melody kenal. Meskipun dulu hubungan mereka baik-baik saja dan Tama juga pernah membuatnya bahagia, tapi kelakuannya akhir-akhir ini menjadi momok yang menakutkan bagi Melody. Dan dia tak ingin mengenal orang-orang seperti itu di kehidupannya. “Ngelamunin Tama? Takut kalau Tama di penjara makan apa? Takut kalau Tama dibully saat masuk penjara?” Melody yang mendapatkan ledekan menyebalkan itu
Read more
Part 22. Berbincang Di Atas Kasur
Melody menjauhkan tubuhnya dari Samudra ketika mendengar ucapan lelaki itu yang begitu menggelitik telinganya. Dengan bersentuhan seperti ini saja, jantung Melody sudah tak karuan. Bagaimana bisa harus membuat bayi bersama dengan Samudra? Itu hanya akan membuat nyawanya hilang seketika. Bukannya dia tak mau, dia hanya belum siap. Setidaknya, harus ada ucapan cinta di antara mereka. Itupun kalau Samudra bisa mencintainya. “Mau ke mana sih, Bu? Udah di sini aja. Enggak-enggak kalau saya mau perkosa Ibu.” Begitu kata Samudra dengan nada menggoda. Yang membuat Melody semakin bergidik ngeri. Perempuan itu segera saja bangkit dan duduk. “Bapak ini kenapa jadi ganjen gini, sih?” Melody tampak sedikit aneh saat menatap Samudra yang memeluk guling. Posisi mereka bahkan berhadapan sekarang. “Ngeri tahu nggak, Pak?” “Kan saya ganjen sama Ibu aja. Nggak-nggak kalau ganjen sama perempuan lain.” Sungguh, Samudra tampak kekanakan. Itu tidak terlihat kalau dia adalah Samudra. Sosok cuek dan dingi
Read more
Part 23. Istri Idaman
“Mengejar sampai dapat.”Entah bagaimana, kata-kata itu terdengar begitu manis di telinga Melody. Dia bahkan tidak bisa bergerak dari tempatnya dan tatapannya mengarah lekat pada wajah Samudra. Entah kebaikan apa yang sudah dia lakukan di masa lalu sehingga bisa menikah dengan lelaki yang begitu hebat seperti Samudra. Dia masuk ke dalam sebuah keluarga kaya raya tapi dengan segala kerendahan hati yang luar biasa. “Menurut Bapak, apa suatu saat nanti saat saya sudah terlihat tua dan keriput, Bapak akan terpikat dengan perempuan lain?” “Aku rasa tidak.” Jawaban itu terdengar penuh dengan keyakinan. “Dalam garis keturunan orang tuaku, nggak ada yang namanya selingkuh.” Entah Samudra pernah mendengar cerita tentang kehidupan rumah tangga orang tuanya atau tidak, tapi dia mengatakan itu seolah keluarganya benar-benar bersih. Meskipun di masa lalu Vier tidak bisa dikategorikan selingkuh, tapi Violet mengambil Vier dari seorang perempuan yang jelas-jelas masih berhubungan dengan Vier.Mel
Read more
Part 24. Pulang Tiba-tiba
Melody diam-diam tersenyum ketika mengingat dua kata yang dilontarkan oleh sang suami kepadanya. ‘Istri Idaman’ benarkan dia cocok menyandang sebagai istri idaman? Toh dia bahkan belum melakukan banyak hal yang menunjukkan tentang itu. Hanya karena dia bisa memasak, apakah lantas dia bisa dikategorikan menjadi yang dikatakan oleh Samudra? “Mel, kamu lagi mikirin apa sih?” Bulatan kertas dilempar di meja Melody membuat perempuan itu tersadar dari lamunannya. Senyum yang tadi menghiasi bibir Melody itu kini hilang seketika. “Kenapa, Bang?”“Kamu dari tadi aku lihat senyam-senyum sendiri. Kerasukan ya? Atau lagi seneng?” Sepertinya, jiwa kekepoan Bian sedang menguasai dirinya. Bahkan lelaki itu tak lupa mengangkat kedua alisnya menggoda. Melody menggeleng, tapi wajahnya tampak sudah memerah. Dia malu karena godaan Bian. “Nggak ada apa-apa.” Begitulah jawaban yang diberikan setelahnya. Meskipun Bian masih menggodanya, tapi Melody sudah tidak lagi memedulikan lelaki itu. Kalau Melody
Read more
Part 25. Obrolan Pagi Hari
Setelah menikah dengan Samudra, Melody kini melihat sisi lain dari diri lelaki itu. Sering mengatakan kata-kata ‘manis’ yang tiba-tiba kepadanya. Sikapnya yang dingin selama ini pun terasa mencair dan memberikan rasa nyaman tapi mengejutkan. Seperti malam ini, lelaki itu mengelus kepala istrinya sebelum berlalu dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. “Good girl. Kamu memang pantas menjadi ibu dari anak-anakku.”Kata-kata itu seharusnya menjadi kalimat yang biasa saja. Tapi entah kenapa menjadi luar biasa jika Samudra yang mengatakannya. Samudra akan membuat Melody jantungan kalau dia terus-menerus seperti itu. Melody kini menyadari, jika laki-laki yang tampak tidak peduli itu justru menyimpan banyak kejutan yang luar biasa. “Melody, sampai kapan kamu akan di sana. Cepat tidur, besok pagi aku ingin ke kebun teh dan kamu harus menunjukkannya mana yang milikmu.” Melody sedikit cemberut sebelum menuruti suaminya. Naik ke atas ranjang, dan dia segera memejamkan matanya. Tidak memerluka
Read more
Part 26. Orang Tua Tama
Kedatangan Samudra dan Melody di desa itu benar-benar menarik perhatian warga. Orang-orang yang bekerja dengan orang tua Melody tentu saja berada di pihak Melody dan mengucap syukur karena Melody mendapatkan suami lebih dari Tama. Sebagian orang tentu sudah mengenal Tama dan keluarganya adalah orang-orang yang manipulative. Tapi tentu saja banyak orang yang masih membela keluarga tersebut.“Mbak Mel, Bibi beneran bersyukur deh kalau memang begitu ceritanya. Orang-orang di sini banyak yang ngomongin Mbak Mel.” Melody kini sedang bersama dengan para pekerja sang ayah, ada salah satu yang bertanya tentang kejadian penggerebakan yang terjadi kepada Melody. Tentu mereka ingin tahu kebenarannya. Namun ada juga yang ingin membandingkan cerita versi orang tua Tama yang kini sudah menyebar di desa, yang kebanyakan menjelek-jelekkan Melody. “Aku sih nggak peduli kalau orang nggak percaya ya, Bik. Tapi memang itulah yang sebenarnya. Pak Samudra itu sebenarnya bosnya aku. Tapi gara-gara masalah
Read more
Part 27. Mas Samudra
Semua orang yang mendengar penuturan Samudra seketika terkejut. Pun, orang tua Tama. Mereka pucat pasi tak karuan. Selama ini, Tama dan orang tuanya membangun kepercayaan kepada orang-orang di sekitarnya dengan melakukan hal-hal yang baik. Tapi ternyata kini kedoknya terbongkar dan Tama melakukan kecurangan yang luar biasa. Korupsi bukan perkara ringan. Pantas kalau dia mendapatkan balasan dengan kurungan penjara. “Kamu jangan memfitnah ya.” Begitu ibu Tama mengelak. “Mana mungkin Tama melakukan hal tercela seperti itu? Dia adalah anak baik-baik.” “Jadi maksud Ibu saya yang mengambil data yang salah?” Samudra menanggapi dengan santai. “Asal Ibu tahu, orang-orang yang menyelidiki tentang permasalahan Tama adalah orang-orang yang profesional. Jadi itu tidak mungkin keliru.” Kedua orang tua Tama tak bisa berkutik karena ucapan Samudra. Riak wajah mereka semakin keruh luar biasa. Mereka terdiam tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Kesombongan yang tadinya tampak jelas di depan ora
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status