Semua Bab Wanita Sang Presdir: Bab 151 - Bab 160
212 Bab
Berbagi Kebahagiaan
Gabriel memeluk Angeline seerat mungkin setelah mendengar kabar gembira akan kehamilan putrinya. Angeline menepuk-nepuk punggung sang ayah karena tidak yakin harus memberikan respon seperti apa. Tidak sia-sia mereka menggedor pintu rumah Gabriel di pagi hari. "Congratulations, Angel. And Nathan." Gabriel memegang kedua bahu Angeline. Raut wajah lelaki paruh baya itu menunjukkan bahagia campur haru. "Thank you, Papa. Keluarga akan bertambah ramai." Angeline tersenyum lebar. Nathan mengamati interaksi yang berlangsung di depan mata, siap untuk memisahkan seandainya dia merasa basa-basi berlangsung terlalu lama. "Apa pun yang kamu perlukan, beri tahu Papa. Oke? Kita semua sekeluarga. Jangan sungkan." Gabriel menatap Nathan. "Tenang saja, Pa. Nathan sudah berpengalaman menghadapi wanita hamil." "Tepat sekali," sahut Nathan. "Mana Mike? Aku mau memberitahu dia." Angeline melongok ke belakang. "Mungkin masih tidur. Semalam anak itu tidak pulang. Entah apa
Baca selengkapnya
Hampir Terlupakan
Diam-diam Angeline melirik ke arah Gabriel dan Jonathan yang sedang mengobrol di ruang tamu. Dia sendiri bersama Rafael dan Nathan masih duduk di meja makan. Mike sudah kembali ke rumah sebelah dan Gloria sibuk merapikan dapur. "Menurutmu apa tujuannya?" tanya Angeline dengan suara pelan. "Mungkin ingin menghabiskan sisa hidup dengan bersenang-senang tanpa tanggung jawab," sahut Nathan yang sedang memasukkan irisan daging ke panci. "Hmm ... Memang dia orang seperti itu?" Nathan menoleh, "Baby Girl, kita tidak mengenalnya secara pribadi. Aku tidak dapat menebak sedalam itu." "Iya, betul. Lebih baik tidak usah dipikirkan." Angeline bergidik. "Sekarang makan yang banyak. Ingat, kamu makan untuk dua orang." Nathan memindahkan daging yang sudah matang ke mangkok Angeline. "Thank you, Honey Bunny," bisiknya. "You're welcome." "Mama, mau," pinta Rafael. "Oh, iya, iya. Mama potong dulu." Angeline memotong irisan daging menjadi potongan kecil-kec
Baca selengkapnya
Gathering di Pulau
Pagi-pagi sekali ... Terjadi percakapan serius di antara Nathan dan Angeline pada malam sebelum keberangkatan mereka ke resor di Kepulauan Seribu untuk gathering. "Kamu yakin bisa ikut ke pulau dalam keadaan hamil muda?" Nathan menatap perut Angeline. "Bisa, Nath. Kamu tidak membawaku panjat tebing atau bungee jumping, 'kan? Kita melalui perjalanan di darat dan laut yang tenang. Tidak akan ada guncangan." Angeline meyakinkan. Dia tidak mau kehilangan kesempatan menikmati udara segar. "If you say so. Tapi kalau ada peringatan cuaca buruk, kamu dan Rafa harus tetap di rumah." "Iya, Sayangku, my Honey Bunny." Angeline menangkup wajah Nathan. "Oke. Semua sudah disiapkan?" "Sudah." "Vitaminmu?" "Sudah." Nathan mengangguk perlahan. Sikap over protektifnya muncul kembali karena kehamilan kedua Angeline. Perjalanan ke pulau memang sangat tenang karena menurut ramalan cuaca hari ini sangat cerah. Angin laut tidak terlalu kencang sehingga yacht yang m
Baca selengkapnya
Welcome Baby
"Nathan!! Bangun!!" Angeline mengguncang suami yang tidur nyenyak dengan panik. "Uhm ... Angel?" Nathan terbangun dengan susah payah dari mimpi indah. "Aku pecah ketuban!" Lelaki itu langsung terjaga, "Shit! Mana perlengkapanmu?" "Itu, tasnya di dalam lemari. Aku ke kamar mandi dulu." Kedua tangan Angeline gemetar karena lonjakan adrenalin. Nathan bergerak cepat membereskan segala sesuatu. Tidak lupa membangunkan Gloria agar menjaga Rafael, juga menelepon Gabriel. Setelah beres semua dia menuntun Angeline yang telah berganti pakaian ke mobil. Ketika Nathan melajukan mobil keluar pekarangan, mobil Gabriel menyusul tepat di belakang mereka. Iring-iringan mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Selagi di jalan Angeline menelepon dokter bahwa dia mengalami pecah ketuban. Segera setelah tiba di rumah sakit perawat mengantar Angeline ke bangsal persalinan. Nathan dan Gabriel mendampingi. "Lagi-lagi pecah ketuban," keluh Angeline yang sebenarnya i
Baca selengkapnya
Sampai Selamanya
Pendar lembut rembulan menyusup lewat jendela kamar yang tidak tertutup tirai. Satu-satunya penerang dalam kegelapan malam tersebut jatuh di tempat tidur berukuran king size, tempat dua tubuh menggeliat seirama dalam pergumulan yang semakin memanas. Suara-suara lirih keluar dari bibir merah muda merekah, menandakan hasrat kian bergelora. Sampai tiba-tiba ... Suara tangis bayi memecah keheningan malam. Angeline yang sedang berada di bawah Nathan serta-merta mendorong lelaki itu ke samping. Prioritas saat ini adalah menenangkan bayi berusia lima bulan yang mungkin lapar di tengah malam. Angeline membungkus tubuh seadanya dengan selimut dan mengambil Olivia dari boks. Nathan yang terguling ke samping hanya bisa mengerang tak berdaya. Nasib lelaki yang sedang fokus bercinta dengan istri, tapi harus berhenti di tengah jalan karena anak terbangun. Dengan gontai Nathan memakai kembali celananya. "Sorry ... Aku terlalu keras menendangmu?" ucap Angeline penuh penyesalan. Ol
Baca selengkapnya
Jalan-jalan ke Singapura
"Untung tidak masalah bagi Oliv untuk berpergian dengan pesawat. Tidak perlu menunggu sampai dua atau tiga bulan ke depan." Angeline memandangi Olivia yang sedang minum ASI dari botol menjelang pendaratan. "Betul sekali. Rafael juga senang bisa naik pesawat. Ya, 'kan?" Nathan mengacak-acak rambut putranya. "Hmph! Papa! Tidak mau!" protes Rafael. "Papa jahil ih," timpal Angeline. "Sorry, Papa rapikan lagi rambutnya." Sambil terkekeh Nathan menyisiri rambut Rafael sebisanya. Anak kecil itu merengut semaksimal mungkin. Dia memang paling keki kalau Nathan menjahilinya. Gloria yang duduk tepat di belakang keluarga kecil ini tidak banyak berkomentar. Dia memanfaatkan waktu untuk istirahat. "Kulihat kalian bukan seperti papa dan anak, tapi seperti dua bersaudara yang sedang bertengkar," celetuk Angeline. Nathan tertawa, "Yah, mungkin ini efek samping sebagai anak tunggal." Angeline menoleh, "Rico tetap tidak masuk hitungan ya?" "Dia hanya adik tiri."
Baca selengkapnya
Berkumpul Lagi
Akhir minggu tiba. Semua orang datang ke restoran hotel bintang lima milik Golden Yue Group untuk makan malam bersama. "Well, sepertinya ini hari membawa pasangan masing-masing," ujar Nathan. Angeline mengerucutkan bibir melihat Gabriel datang bersama seorang wanita yang terlihat jauh lebih muda, bahkan mungkin hanya berusia beberapa tahun di atas Nathan. Cantik dan penampilannya cuek sih, tapi kenapa harus memilih yang sangat muda? "Aku tidak perlu kamu untuk memperkeruh keadaan, Boy," balas Gabriel. "Hai semuanya. Perkenalkan, aku Veronica. Panggil saja Vera." Wanita berambut pendek sebahu itu menyapa semua orang dengan keramahan yang tidak dibuat-buat. "Hai, Vera. Duduklah di sini." Ruby melambai. Vera pun duduk di sebelah Ruby, sementara Gabriel duduk di sebelahnya. "Pantas saja Papa mengundang kami ke hotel. Rupanya mau memperkenalkan seseorang." Angeline tersenyum manis. Kemanisan yang menyembunyikan sindiran. Nathan mengenali kesinisan tersel
Baca selengkapnya
Bahagia
Ternyata Angeline terjaga sepanjang malam. Otaknya terus memikirkan pacar baru Gabriel, mengkhawatirkan apakah wanita itu benar-benar tulus atau tidak. Memandangi wajah Nathan yang terlelap dia berpikir, mungkin ada baiknya minta si suami menyelidiki latar belakang Vera. Namun, pada akhirnya, setelah bergulat selama beberapa waktu dengan pikirannya sendiri, Angeline memutuskan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan. Gabriel bukan orang bodoh. Dia pasti telah terlebih dulu melakukan penyelidikan. Angeline menghela nafas. Dia memarahi otaknya yang terus bekerja. Dalam usahanya untuk bisa tidur, dia menyusup masuk ke dalam lengan Nathan. Pergerakan tersebut malah membuat si lelaki terbangun. "Hey, Baby Girl ... masih terjaga?" gumam Nathan. "Aku tidak bisa tidur," lirih Angeline. Nathan mengusap punggung istrinya dan bertanya, "Kenapa? Memikirkan papamu?" "Uhm ... iya." Lelaki itu terkekeh, "Dia beruntung punya putri sepertimu. Semoga di masa depan Oliv juga
Baca selengkapnya
Bakat Rafael
Rintik hujan menyambut tibanya keluarga kecil Nathan di Jakarta. Tanpa menunda lagi mereka segera pulang ke rumah. Olivia—seperti bayi-bayi pada umumnya—tidur nyenyak setelah menyusu, sedangkan Rafael bergerak-gerak gelisah karena terlalu lama duduk diam di pesawat. "Melihat Rafa aktif seperti ini kurasa sudah waktunya kulatih beladiri," cetus Nathan. Angeline memandangi Rafael yang sedang bermain drum imajiner, "Ide bagus. Dia bisa menyalurkan energi berlebih." Nathan mencondongkan tubuh ke arah sang istri yang duduk di sebelahnya, "Kamu juga perlu berlatih, Baby Girl." "Aku? Aduh, Nath. Badanku rasanya tidak kuat lagi. Sudah setahun lebih tidak latihan fisik, bisa-bisa aku pingsan," keluh Angeline. "Tenang saja. Aku tidak sekejam itu. Bagaimana kalau kita sparring malam ini?" "Aku lelah. Butuh istirahat," rajuk Angeline. "Kalau begitu besok pagi." "Pagi-pagi bukannya kita olahraga di tempat tidur?" bisik Angeline. Nathan nyaris tertawa, "Setel
Baca selengkapnya
Pengganti Cindy
"Aku cuma cuti kok, bukan resign." Cindy tersenyum geli melihat raut wajah sedih Angeline. "Benar ya? Jangan resign. Kantor ini sepi tanpa kamu," ucap Angeline. "Tenang saja. Begitu program hamil ini sukses, aku pasti kembali." "Sip. Kalau perlu apa bilang saja. Jangan sungkan. Kita sudah berteman sekian lama, kamu sudah seperti saudara sendiri." "Iya, Angel sayang. Ya sudah, aku turun dulu. Mas-ku pasti sudah nunggu di bawah. See you." Cindy memeluk sahabatnya. "Oke. See you soon." Angeline mengantar Cindy sampai depan lift kemudian kembali ke ruangan Nathan. Lelaki itu sedang berada di ruang meeting, berbicara dengan kandidat sekretaris pengganti Cindy. Celoteh Olivia menyambut kedatangan Angeline. Bayi yang sudah berusia tujuh bulan itu duduk di pangkuan Gloria. Kedua tangan kecilnya menggapai-gapai ke arah sang ibu. "Mmmhh ... Anak Mama gemas sekali." Angeline menggendong dan menciumi kedua pipi Olivia yang bulat. Bayi kecil itu tertawa geli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status