All Chapters of Wanita Sang Presdir: Chapter 141 - Chapter 150
212 Chapters
Mencari Cara
"Aku bukan khayalan, Jasmine. Bagaimana kalau kucarikan psikiater yang bagus untukmu?" Nathan mengernyit. "Sejak awal aku sudah tahu kamu bukan khayalan, Sayang. Kamu selalu kembali kepadaku. Aku tidak butuh psikiater atau apa pun, asal aku mendapatkan hatimu kembali." Jasmine melangkah maju. "Wanita keras kepala. Sadar, Jasmine, semua itu hanya dalam duniamu sendiri." Nathan mendorong wanita itu mundur. "Salah. Dunia kita berdua." Wanita itu tersenyum licik. Nathan mengernyit. Nalurinya mengatakan ada yang tidak beres, ditambah lagi jantungnya berdebar abnormal. Barulah dia sadar bahwa aroma parfum yang dipakai Jasmine mengandung obat bius. "Berani sekali kau, mencoba membiusku?" Nathan menggertakkan gigi. "Oh, kamu menyadarinya? Sedikit terlambat, bukan? Kamu tidak akan bisa melawannya, Nathan. Ini terlalu kuat untukmu. Bahkan Jonathan pun kesulitan mengatasinya." Wajah Jasmine berbinar. Lelaki itu mencengkeram tangan Jasmine yang hendak menyentuhnya.
Read more
Jatuh Sakit
"Bad idea, Angel. Really-really bad idea." Nathan menekan pelipis. Baru kali ini gagasan Angeline tidak berkenan di hatinya. "Pikirkan dulu, Nath. Kalau dia sudah sembuh, atau minimal lebih baik, dia pasti tidak akan mengganggu kita lagi. Yang penting 'kan bagaimana supaya dia mau menerima penanganan psikiater," bujuk Angeline. Nathan menghela nafas, "Kita bicarakan lagi nanti. Tubuhku masih terasa tidak nyaman dan kepalaku sakit." "Perlu ke dokter?" "Sepertinya tidak perlu. Sepengetahuanku efeknya akan hilang sendiri. Sial sekali aku terjebak oleh wanita brengsek itu." Angeline mengernyit, "Mungkin seperti yang dulu terjadi pada Jonathan." "Hmm ... ya, bisa jadi." "Apa perlu bicara dengannya?" "Tidak perlu, Baby Girl. Aku istirahat sebentar, setelah itu kita pulang." Nathan kembali rebah, menarik serta Angeline bersamanya. Wanita itu kehilangan keseimbangan dan membentur dada Nathan. "Aduh, pelan-pelan, Nath," keluh Angeline. "Sorry," ucap
Read more
Sang Antagonis
Wanita yang duduk tegak di atas tempat tidur merengut sebal karena dilarang menjejakkan kaki di lantai. Berkali-kali dia berusaha turun, tapi berkali-kali juga Nathan menaikkan kembali kakinya. Angeline menatap penuh dendam terhadap lelaki yang sedang sibuk dengan laptop. "Nathan." Tidak ada reaksi. "Nathaaan." Tetap tidak ada reaksi. "Ih reseh," gerutunya. Lelaki itu pun menoleh dengan senyuman lebar, "Apa, Sayang?" "Aku panggil dari tadi kok diam saja?" tuduh Angeline. "Sabar, Baby Girl. Aku harus menonaktifkan kamera dulu. Lihat? Sedang meeting." Nathan memperlihatkan apa yang terjadi di layar laptop. "Makanya biarkan aku turun dong," bujuk wanita itu. "Kamu harus banyak istirahat." "Iya, tapi tidak seperti ini juga, kali? Aku seperti dipasung?" "Mau tanya dokter?" Angeline melengos, "Tidak usah. Dokternya pasti sependapat denganmu." Nathan meletakkan laptop di meja dan menghampiri Angeline, "Sekali ini dengarkanlah suami
Read more
Membujuk Jasmine
Malam menyelimuti ibukota dengan langit hitam sepekat tinta. Tidak tampak satu bintang pun, sedangkan bulan bersembunyi di balik awan mendung. Cuaca suram tidak mampu mempengaruhi suasana hati seorang wanita yang akan bertemu lelaki pujaan. Berkali-kali wanita itu menatap bayangan dirinya di cermin. Lekuk tubuhnya sempurna dibalut gaun merah pendek. Rambut hitam lurus tergerai menutupi punggung. "Akhirnya kamu kembali padaku, Nathan," gumam Jasmine pada cermin. "Malam ini kita akan bersenang-senang ... seperti malam-malam sebelumnya." Bibir merah itu melengkung membentuk senyum menggoda. "Kita akan bercinta sampai pagi, Sayang. Kamu tidak akan bisa menghindar lagi seperti waktu itu." Jasmine mengambil sebotol parfum khusus dan menyemprotkannya di tubuh. Waktu yang dijanjikan telah tiba. Tanpa terburu-buru Jasmine keluar dari suite untuk menuju ke cafe hotel tempatnya bertemu Nathan. Penampilan yang begitu menggoda menarik perhatian semua lelaki yang berpapasan, bah
Read more
Terjadi Sesuatu
Seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta Jasmine menggandeng Nathan kembali ke suite. Kebahagiaan meluap dalam hatinya karena akan menghabiskan waktu berdua dengan lelaki pujaan. Tanpa ada keraguan sedikit pun Jasmine menarik Nathan masuk. "Make love to me, Nathan." Lelaki itu mendorong Jasmine ke dinding, menahan kedua tangannya di atas kepala dan menciumnya seperti binatang kelaparan. Si wanita membalas dengan intensitas serupa. Sikap dominan Nathan membuat gairahnya melonjak pesat. Dia berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkeraman Nathan, tapi sia-sia. "Nathan ... lepaskan ...," lirih Jasmine. "Kau menyukainya, bukan?" Lelaki itu menyeringai jahat. Tangannya melingkar di leher si wanita. Jasmine menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan mendamba, "Lakukan sesukamu, Sayang ...." Hal berikutnya yang terjadi adalah mereka berdua bergumul di tempat tidur. Jasmine menikmati perlakuan kasar si lelaki seperti yang biasa dia lakukan. Wanita itu tida
Read more
Tidak Dapat Dipaksakan
"Di mana bajingan itu?" "Dia menghilang, Bos. Baru saja ada di depan kami." Nathan menekan pelipis, "Lihat di belakang kalian." Sedetik kemudian terdengar suara-suara teriakan dari ujung percakapan seluler tersebut. Dari suara benturan yang terdengar sepertinya alat komunikasi milik anak buah Nathan jatuh di lantai mobil. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu. Hening selama beberapa saat ... "Kutunggu di gym-mu, Nathaniel." Terdengar suara dingin Jonathan. "Siapkan surat wasiat, Brengsek." Nathan menggertakkan gigi. Jonathan tertawa, kemudian hening dan hubungan terputus. Hati-hati sekali Nathan meletakkan handphone di atas meja. Tatapannya melayang ke arah Angeline yang tidur nyenyak. Jangan sampai wanitanya terbangun karena dia tidak mampu mengekang emosi. Motor sport Nathan melaju dengan kecepatan tinggi menembus hawa malam yang teramat dingin. Mata lelaki itu menatap lurus ke depan, penuh konsentrasi terhadap keadaan sekitar. Dengan
Read more
Labuan Bajo
Sekeluarga besar yang terdiri dari lima orang—Nathan, Angeline, Rafael, Gabriel, dan Mike—beserta Gloria dan pengawal pribadi masing-masing yang berjumlah empat orang berangkat bersama ke Labuan Bajo. Meskipun Jonathan dan Jasmine sudah tidak akan mengganggu, tapi Nathan tidak sampai hati berpisah dengan anak istri. Mereka berangkat pagi-pagi sekali dengan pesawat pribadi agar punya waktu bersantai sebelum pertemuan dimulai. Tidak sampai dua setengah jam pesawat mendarat di Bandara Komodo. Pihak penyelenggara sudah menyediakan beberapa minivan mewah untuk menjemput peserta. Perjalanan masih ditempuh cukup jauh dan membuat beberapa orang mabuk kendaraan. Nathan bangga melihat Rafael bertahan di tengah perjalanan yang sedikit tidak bersahabat itu. "Wow, baru kali ini aku mabuk darat," keluh Mike begitu mobil tiba di hotel tujuan. "Tandanya tubuhmu kurang fit. Kau kurang olahraga?" cetus Nathan. "Kakak Ipar, kamu tidak bermaksud mengajakku olahraga, 'kan?" Mike merin
Read more
Sikap Aneh Leonard
Rafael menguap lebar untuk kesekian kalinya. Angeline pun merasa bosan, tapi dia bertahan demi Nathan. Menurut jadwal acara akan berakhir empat puluh lima menit lagi. Masa mereka tidak bisa bertahan dalam waktu sesingkat itu? "Rafa bosan?" Nathan memiringkan tubuh ke arah putranya. "Bosan," kata anak kecil itu dengan suara nyaring. Semua orang menoleh. Mike menunduk menahan tawa. Keponakannya memang tahu cara menjadi pusat perhatian. "Tidak apa-apa. Kami bisa bertahan," bisik Angeline. Seolah menanggapi perkataan ibunya, Rafael mulai merengek. "Kita ke cafe dulu supaya dia tidak ngambek." Nathan beranjak dengan Rafael dalam gendongan. Angeline menghindari tatapan semua orang dan bergegas mengikuti Nathan sampai cafe yang dimaksud. Wajah Rafael berubah cerah begitu melihat segelas besar minuman coklat. Sekejap mata dia melupakan ayah ibunya. "Bahagia sekali jadi anak kecil." Nathan mengusap rambut putranya. "Kita dulu juga bahagia sebaga
Read more
Hari Terakhir
"Pokoknya jangan berkelahi. Sebisa mungkin hindari masalah, terutama Jonathan," ujar Angeline. "I know, Baby Girl." Nathan berdiri di depan cermin merapikan jas berwarna krem yang menjadi pilihan hari ini. Angeline memeluk suaminya erat-erat, "Aku dan Rafa di kamar saja. Kalau bosan paling kami ajak Gloria ke cafe." "Darman dan Heri kusuruh berjaga di sini, oke?" Nathan membalas pelukan itu. "Oke, Honey Bunny." Angeline tersenyum manis. Nathan tertegun, "Baby, aku jadi manis sekali?" Angeline tertawa, "Iya ya? My Honey Bunny. Habis kadang-kadang kamu lucu sih." "Oh ya? Tunggu sampai acara selesai. Akan kutunjukkan sesuatu yang lucu." Lelaki itu menyeringai penuh arti. "Siapa takut?" Angeline menarik kerah jas Nathan dan menciumnya. "I love you too, Baby Girl." "Come back soon, Honey Bunny," goda Angeline. "Oke, kupikir sebaiknya panggilan semanis itu jangan terdengar oleh orang lain selain kita berdua." "Kenapa?" Angeline pura-pura t
Read more
Kabar Bahagia
Suara nyaring terdengar ketika tendangan beradu dengan target. Peluh membasahi tubuh Angeline yang telah berlatih fisik selama satu jam. Nathan tidak memberi kesempatan lengah, terus mengejar dengan merubah posisi target, memaksa Angeline berpikir keras untuk mengeluarkan variasi jurus yang berbeda. "Lihat mamamu? Dia wanita yang kuat. Maka kamu harus jadi lebih kuat supaya bisa melindunginya," kata Gloria pada Rafael. Anak lelaki yang kini sudah berusia lima tahun itu menatap nyaris tak berkedip. Tangan kecilnya mengepal setiap kali pukulan atau tendangan Angeline mengenai target. "Aku mau jadi kuat," ucap Rafael. "Anak pintar." Gloria menepuk-nepuk punggung anak itu. Melihat Angeline sudah hampir mencapai batas ketahanan Nathan mengakhiri latihan. Dia menghampiri wanita yang terengah kelelahan itu dan merangkulnya. "Refleksmu sudah lebih baik." Angeline mendongak, "Pelatihku killer." Nathan tertawa, "Baby Girl, aku hanya melakukan permintaanmu."
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
22
DMCA.com Protection Status