All Chapters of Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku: Chapter 31 - Chapter 40
115 Chapters
Part 30
Berkali-kali mencoba menggaruknya, akan tetapi rasanya begitu menyiksa. Didiamkan gatal, digaruk terasa nyeri luar biasa.Ada apa? Kenapa tiba-tiba terasa seperti ini?Apa mungkin ibu kurang bersih mencuci celana dalamku?Ah, Ibu. Cuma mengerjakan pekerjaan seperti ini saja tidak bisa. Mana sakit banget lagi.Membuka lemari, mengambil dalaman di dalam laci kemudian menggantinya siapa tahu setelah ini rasa sakitnya akan berkurang. Rasanya sudah sangat tidak nyaman juga menyiksa.Karena sudah tidak mampu menahan rasa gatal yang kian terasa, buru-buru mengambil minyak kayu putih yang ada di laci meja rias, mengoleskannya sedikit di permukaan kulit tapi malah semakin terasa kurang nyaman. Perih luar biasa.Hingga malam menjelma menjadi pagi, rasa itu tidak jua kunjung pergi. Aku yang hendak membasuh tubuh di kamar mandi dikejutkan oleh cairan kental seperti nanah bercampur darah yang keluar dari alat tempurku,
Read more
Part 31
Senja merambat menjadi malam. Rangga mengajakku mampir ke sebuah rumah makan, ingin mentraktir karena dia mendapatkan bonus dari Pak Irsyad. Mujur sekali nasibnya. Tidak seperti aku yang sudah pontang-panting, tetapi boro-boro bonus. Kas bon saja tidak di-ACC.Perputaran keempat roda mobil milik Rangga berhenti tepat di halaman restoran. Dengan semangat empat lima kami mengayunkan kaki menaiki undakan, masuk ke dalam rumah makan, namun, langkah ini berderap kaku ketika melihat seorang perempuan berambut cokelat sedang asyik suap-suapan dengan seorang laki-laki.Tanganku terkepal. Kepala mendadak terasa panas karena emosi mulai merajai hati."Siska!" teriakku lantang, membuat perempuan beserta laki-laki yang sedang bermesraan itu segera menghentikan aktivitasnya."Kamu itu apa-apaan, sih. Teriak-teriak di tempat umum?" tegur wanita berpakaian mini itu sambil melipat tangan di depan dada."Kamu yang apa-apaan? Mesra-mesraan di tem
Read more
Part 32
Naik ke atas tempat tidur, mengikat tangan Nirmala di headboard lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.Pelan-pelan perempuan berwajah cantik itu membuka mata, mengerjap-ngerjap sebentar lalu terkesiap dan memberontak saat menyadari sudah ada aku di dalam kamarnya."Kamu mau ngapain, Mas?" tanya Nirmala dengan wajah ketakutan."Meminta hakku sebagai suami!" Aku membuka ikat pinggang sambil menatap wajah Nirmala yang sudah ketakutan."Enggak. Aku nggak mau, Mas. Kita sudah mau cerai, dan aku tidak mau lagi melayani kamu.""Kalau begitu aku akan memaksa, karena hingga saat ini kamu itu masih istri sah aku!""Nggak! Aku nggak mau. Kalau kamu sampai melakukan itu, aku akan melaporkan kamu ke polisi, karena sudah memperkosa aku!"Aku tertawa mendengarnya. Mana ada suami yang memperkosa istrinya?"Mas! Kamu jangan nekat, atau aku akan teriak!" ancamnya kemudian."Teriak saja. Aku tidak
Read more
Part 33
Mana perut sudah terasa lapar, kepala sakit, apalagi senjata milikku. Samar-samar terlihat dua orang lelaki berpakaian petani berjalan tidak jauh dari tempat mobilku terparkir. Buru-buru keluar dari dalam mobil, memanggil orang-orang tersebut lalu meminta mereka membelikan bensin di stasiun pengisian bahan bakar terdekat. Setelah menunggu hampir satu setengah jam, akhirnya orang yang aku mintai pertolongan datang membawa jerigen berisi bensin, menuangkannya ke dalam tangki lalu mengantarku menuju jalan besar dan menunjukkan jalan pulang ke Jakarta. Karena sudah tidak kuat mengemudi serta nyeri di area selangkangan serta kepala terasa semakin menyiksa, aku memutuskan untuk mampir ke rumah Jojo untuk mengistirahatkan badan sejenak, juga supaya bisa menghemat budget karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan jika mampir ke rumahnya. Semoga saja Jojo tidak sedang ke luar kota. Senyum terkembang merekah begitu indah di bibir, kala melihat sahabatk
Read more
Part 34
"Nggak usah ikut campur urusan orang lain. Ayo, ikut saya ke rumah. Soalnya Ibu nggak ada di rumah!""Ibu kan memang pergi sama teman-temannya. Untuk apa dicariin?" "Ibu pergi?""Iya. Katanya dia dapet arisan dan pengen jalan-jalan. Makanya dia langsung ngajak teman-temannya nginep di puncak. Memangnya Mas nggak tau?"Aku nenyentak napas kasar.Ibu. Anaknya sedang terlilit banyak hutang dan punya banyak masalah. Bukannya bantu bayarin, malah punya uang buat jalan-jalan. Benar-benar tidak punya perasaan."Mau ke mana, Mas?" tanya Bang Sanip ketika melihatku melenggang pergi meninggalkan pos.Aku terus saja berjalan tanpa menoleh, malas berbicara dengan dia lama-lama. Bikin tambah pening.Sesampainya di rumah. Lekas merebahkan bobot di atas kasur, menatap langit-langit kamar membayangkan apa yang sudah aku lakukan kepada Nirmala.Menyesal. Itu yang aku rasakan saat ini.
Read more
Part 35
Setelah beberapa hari tidak merasakan nyeri di area intim, hari ini tiba-tiba rasa itu kembali datang dan sakitnya terasa lebih dahsyat dari kemarin. Bahkan banyak sekali nanah yang keluar, dan ujung pistolku memerah keunguan serta membengkak.Jangan ditanya rasanya. Hanya tersenggol sedikit saja rasanya nyeri luar biasa, apalagi jika sedang buang air kecil. Aku saja sampai menggigil dan menitikkan air mata karena rasa sakit yang begitu menyiksa.Sepertinya aku harus menemui dokter spesialis kalau terus menerus seperti ini, supaya penyakitku cepat tertangani dan tidak semakin parah. Aku takut jika nanti seperti yang diceritakan Bang Sanip kemarin. Terkena penyakit kelamin dan harus diamputasi hingga habis tidak tersisa.Bergidik ngeri sendiri kalau membayangkan jika semua itu sampai terjadi.Ragu-ragu memesan taksi online untuk mengantarku ke rumah sakit. Menghubungi Pak Irsyad meminta izin tidak bekerja hari ini, sebab kalaupu
Read more
Part 36
Lekas kubersihkan cairan kental berwarna kuning kehijauan itu, sambil memejamkan mata menahan nyeri luar biasa.“Ar, kamu kenapa, sih? Kok wajahnya keliatan pucet dan lemes gitu? Sakit?” Ibu kembali bertanya ketika aku keluar dari kamar dan berpapasan dengannya di dekat meja makan.“Badan aku meriang, Bu. Tubuh rasanya sakit semua. Tenggorokan juga sakit!” jawabnya seraya mengenyakkan bokong dengan hati-hati, karena kali ini bagian belakang juga mulai ikut nyeri.Wanita berkulit putih itu menempelkan punggung tangan di dahi, menautkan kedua alis ketika memeriksa suhu tubuh dan ternyata tidak demam.“Nggak panas, Ar?” ucapnya kemudian.“Sakit itu tidak harus demam, Bu. Karena yang sakit itu...” Menggantung kalimat, malu rasanya jika harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada diri ini.Takut dikucilkan lalu ditinggalkan. Apalagi yang aku tahu, Ibu itu tipe perempuan yang nggak mau repot. Pasti dia langsung menj
Read more
Part 37
"Tapi, Pak? Masa hanya gara-gara masalah seperti ini saya harus dipecat? Rasanya nggak adil banget deh! Saya sudah berusaha bekerja dengan baik. Ikut memajukan perusahaan Bapak tapi, hanya karena masalah sepele Bapak memecat saya?" protesku tidak terima."Keputusan saya sudah final, Arya. Soalnya semakin ke sini pekerjaan kamu juga nggak ada yang beres. Semuanya kacau berantakan. Kalau kamu masih mau bekerja di perusahaan ini, saya bisa pindahkan kamu di bagian cleaning servis. Apa kamu bersedia?" Mata bulat dengan iris pekat itu terus saja memindai dengan tajam serta mencemooh.Enak saja mau memindahkan aku di bagian bersih-bersih. Itu mah, sama saja mempermainkan aku di depan teman-teman sejawat. Apalagi jika nanti Nirmala tiba-tiba datang dan melihatku berprofesi sebagai office boy. Pasti dia akan menertawakan diriku juga mengejek, karena setelah berpisah dengannya hidupku malah hancur berantakan seperti ini. Aku tidak mau."Maaf, Pak. Kalau di ba
Read more
Part 38
Beranjak dari kursi, aku melangkah lebar-lebar meninggalkan kafe tersebut karena semuanya terasa sia-sia. Waktuku terbuang percuma hanya untuk menunggu orang yang sudah tidak mau lagi bersua denganku.Sudahlah. Sepertinya mengikhlaskan adalah jalan yang terbaik, meskipun rasanya teramat sakit.Tapi, akankah aku sanggup menjalani hari-hari dengan perasaan rindu yang terus saja membelenggu? Begitu mendamba cinta dari Nirmala, berharap ada keajaiban dari Tuhan, dan cinta kami kembali dipersatukan oleh takdir.Bruk!Saking seriusnya berjalan, tanpa sengaja aku menabrak seorang perempuan berhijab panjang menjuntai. Wanita cantik dengan bibir tipis itu meringis kesakitan, berusaha berdiri sendiri walaupun aku mengulurkan tangan."Kamu adeknya Rangga 'kan?" sapaku ramah, sambil menatap lamat-lamat wajah ayunya."I--iya, Mas. Saya Rani, adeknya Bang Rangga. Mas temen kerjanya Abang kan?" Dia balik bertanya.Aku han
Read more
Part 39
"Tidak. Aku tidak percaya. Dia pasti anak orang lain. Kamu sudah hampir dua bulan tidak pulang, dan sekarang tiba-tiba kembali dan mengaku-ngaku sedang hamil!""Mas!" Dia semakin tersedu. Dadanya berguncang sementara air mata berlomba-lomba jatuh membasahi pipinya."Sekarang kamu keluar dari kamar ini, Siska. Aku jijik melihat wajah kamu yang buruk rupa itu!" Mengusirnya secara kasar, karena merasa begitu muak kepada wanita itu, juga sakit hati karena dia telah menipu mentah-mentah dengan mengaku sebagai seorang gadis suci, ternyata malah seorang wanita tuna susila."Oke. Aku keluar dari sini. Tapi kamu ingat. Rumah ini sudah kamu gadaikan ke Pak Handoyo 'kan? Kalau kamu berani macam-macam, aku akan mengambil alih rumah ini dengan cara menebus sertifikat yang ada sama dia. Kamu berani mengusir aku dari sini, maka rumah ini juga akan menjadi milik aku, dan aku pastikan kalian yang akan keluar dari sini!" ancamnya dengan seringai yang menakutkan.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status