All Chapters of RACUN UNTUK MADUKU: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
Bab 31
Ayu terkejut bukan kepalang. Dilihatnya sosok Nita bersama seorang laki-laki. "Nita? Ada apa?" tanya Ayu yang tidak tahu perihal kedatangan sang sahabat. Padahal jika wanita itu hendak bertemu Ayu, wanita itu memberitahu sebelumnya. Namun tidak hari ini."Maaf, ganggu.""Kamu kok tahu kalau aku kerja?""Tadi aku sempat ke rumah. Ketemu mama mertua kamu. Dia bilang kamu kerja di kantor. Memangnya suami kamu dipecat ya dari perusahaan sendiri? Kenapa kamu yang kerja? Oh, maaf. Kenalkan ini teman aku namanya Rudi. Dia seorang pengacara." "Halo, selamat pagi.""Pagi, silahkan duduk." Ayu tersenyum lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman. Mereka bertiga duduk di sofa yang sudah disediakan. Pandangan Ayu kini tertuju pada Nita. Entah mengapa sahabatnya itu membawakan seorang pengacara."Ini apa ya, Nit? Kok kamu bawa-bawa pengacara segala," tanya Ayu kebingungan."Oh, Rudi tho. Dia ini kebetulan lagi ada acara di restoran depan. Tadi sebenarnya kita nggak janjian ya, Rud. Aku cuma bawa d
Read more
Bab 32
"Maaf, Bapak. Kartu ini tidak bisa digunakan." Seorang pegawai restoran menyerahkan kartu kepada Ilham. "Coba ini, Mbak." Karyawan itu menerima benda tipis yang diberikan Ilham. Lalu menggeseknya pada sebuah alat."Maaf, Bapak. Ini juga tidak bisa digunakan!""Kok begitu? Mbak salah mungkin?""Maaf, Pak. Tidak ada kesalahan, memang kartu Bapak yang tidak bisa digunakan.""Ya sudah kalau begitu, saya menggunakan uang tunai saja." Dikeluarkannya uang yang disimpan pada dompet milik Ilham. Lelaki itu mengambil beberapa lembaran uang berwarna biru. Lalu kembali memasukkannya kedalam tas."Ini, Mbak.""Baik, Pak.""Sayang, kita beli peralatan bayi dulu ya! Mumpung ada di mall," pinta Maura dengan nada manja tentunya."Jangan bersikap seperti ini! Nanti kalau ada orang yang lihat bagaimana?" ucap Ilham dengan nada berbisik. Maura yang semula bergelayut manja di lengan Ilham. Melepaskan tangannya dengan sedikit kasar. Bibirnya mencebik."Kenapa sih, Mas. Kita kan sudah menikah. Meskipun s
Read more
Bab 33
Ilham menatap Maura hingga bayangan wanita itu tertutup oleh pintu kamar. Ilham hanya bisa menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Bagaimanapun Ayu bisa melayani Ilham dengan baik. Ada sesal dalam hatinya telah berkhianat namun jiwa muda yang berkobar-kobar tidak bisa ia bendung begitu saja. Mungkin ini saatnya dia membenahi nasibnya. "Sebaiknya aku akan datang ke rumah Mbak Nadia. Siapa tahu Pakde mau membantuku. Dia kan juga berpoligami. Aku yakin semua akan baik-baik saja!" gumam Ilham pelan. Dia berbicara sendiri di ruang tamu. Pada akhirnya Ilham beranjak dari duduknya. Pergi ke dapur hanya untuk menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Jika ini di rumah pasti Ayu sudah menyiapkan semuanya untuknya. Dia tinggal duduk manis menunggu minuman itu datang sendiri.Namun sayang, lelaki itu sudah menjatuhkan pilihannya pada Maura. Lelaki itu sebenarnya tidak sedang berada di rumah. Tepatnya rumah yang sesungguhnya. Dia berada di rumah persinggahan sementara. Ilham lantas per
Read more
Bab 34
Amelia menyunggingkan senyum, kala semua kerabat tengah mengolok-olok sang putra. Ini sesuatu pelajaran untuk Ilham, menikahi dua wanita bukanlah perkara sederhana dan juga mudah. Dia harus tahu bagaimana konsekuensinya, dia harus tahu bagaimana menikahi wanita lebih dari satu itu banyak sekali tanggung jawab moral yang dipikulnya. "Mbak, kenapa kamu mengizinkan Ilham poligami? Kamu tahu sendiri kan, konsekuensinya sangat berat. Ditambah kamu juga mengizinkan dia kesini. Bertemu banyak keluarga dengan cara pandang berbeda." Salah satu kerabat berpendapat . Membuat Amelia menoleh dan mengulum senyum. Amelia mempunyai alasan kenapa dia mengizinkan Ilham datang membawa serta Maura. Dia berharap Ilham tahu dan juga mau membuka mata. Poligami bukan hanya perkara jumlah istri. Namun juga keadilan bagaimana Ilham memperlakukan Maura dan juga Ayu."Asal kalian tahu ya, saya ini istri muda Mas Ilham. Jauh dari Mbak Ayu, saya pintar mengurus Mas Ilham di ranjang dan juga saya pintar membuat s
Read more
Bab 35
"Peduli apa aku, Mas? Kalau kamu bukan orang kaya mana mungkin aku mau diperlakukan seperti ini!"PlakTamparan cukup keras mendarat di pipi Maura."Argh … Apa yang kamu lakukan, Mas? Kamu membela dia?" Jari telunjuk Maura tertuju pada Amelia. Ibu kandung Ilham."Dia Ibuku, Maura. Jika Ayu tidak kau hargai aku bisa menyadari. Tapi jika Ibuku kau jatuhkan harga dirinya! Aku tidak bisa lagi menahan!""Terus mau kamu apa, Mas? Meninggalkan aku demi dia?" Tatapan Maura nyalang kearah Ilham. Tangannya mengusap pipi yang merah. "Kamu benar-benar kelewatan, Maura! Sebaiknya kamu pergi dari sini!" "Kamu mengusirku, Mas?""Ma, sudah ya. Mama harus istirahat di kamar sepertinya." Kini Nadia berusaha membawa Ibunya menjauh dari keadaan yang tengah panas. Bahu Amelia naik turun. Nafasnya tersengal-sengal kala mendengar penuturan Maura. Benar apa yang ada dalam pikiran wanita tua itu. Maura hanya menginginkan harta lelaki itu.Randu, suami Nadia meminta maaf kepada seluruh keluarga atas peristi
Read more
Bab 36
Ayu duduk di sisi ranjang. Melepas satu persatu kain yang melilit di tubuhnya. Tidak berapa lama wanita itu masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar. Berganti pakaian dengan baju milik kakak ipar.CeklekAyu membuka pintu kamar mandi. Tatapannya tertuju pada laki-laki yang tengah duduk di sisi ranjang. Lelaki itu menatap Ayu dengan seksama. Seakan mengatakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja."Ada apa, Mas? Bukannya Maura pulang ke rumah? Kenapa kamu masih di situ?" Pertanyaan Ayu tidak langsung dijawab oleh lelaki itu. Justru Ilham terlihat menghela nafas panjang lalu membuangnya perlahan."Seharusnya kamu menyiapkan Maura sebelum kesini! Kamu tahu bagaimana keluarga kita. Seharusnya kamu tekankan padanya untuk bersikap tidak arogan seperti tadi.""Aku tidak tahu akan seperti ini. Apakah Mama akan melakukan sesuatu menurutmu?" tanya Ilham pada Ayu."Mana kutahu, Mas. Dia itu ibu kandungmu, coba kamu tanya pada beliau. Sebenarnya apa yang menjadi keinginan ya.""Dia m
Read more
Bab 37
Bola mata Bagas membulat sempurna kala membaca pesan yang dikirim Bian kepadanya. Alih-alih Bian merasa bersalah malah justru dia terkesan tidak peduli dan juga menikmati. Dia kerap kali mengunggah kegiatannya saat bersama Ilham. Namun untuk saat ini dia tidak bisa. Lelaki yang bergelar ayah tiri baginya sudah berada di rumah Nadia dengan Ayu dan juga Rendy."Chat siapa sih, kok gitu amat?" tanya Rendy membuat Bagas tersenyum."Nggak kok cuma orang nggak penting. Sarapan yuk. Laper aku! Sudah matang belum itu ayamnya?" tanya Bagas sembari kakinya berjinjit mencoba melihat ayam dalam penggorengan."Sebentar lagi, sabar. Kamu siapkan piring yang lain gih!" pinta Ayu. Gegas Bagas menyiapkan piring yang lain. Bersama Nadia, ibunya. Tidak berapa lama Randu keluar kamar bersama putranya yang lain. Mereka semua akhirnya duduk pada meja yang sama. Sambal terasi, sop buntut dan juga ayam goreng tepung bersama ikan sudah siap di meja. Sarapan yang menggugah selera. Dimana menu di atas meja be
Read more
Bab 38
"Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab Ayu setelah mengetahui sahabatnya sudah menjawab teleponnya."Ada apa, Yu?" tanya Nita."Aku pengen minta tolong, Nit. Kira-kira kamu bisa nggak tolongin aku?""Bisa dong, gimana-gimana? Kamu mau minta tolong apa?" tanya Nita.****"Aku keknya sedikit khawatir ya soal Maura.""Ha? Apa aku nggak salah denger? Khawatir kamu bilang?""Iya," jawab Ayu dengan anggukan kepala. Meskipun orang yang ada di seberang telepon tidak melihat gerakannya."Aneh kamu, Yu.""Hem, aku bisa minta tolong nggak sama kamu? Buat ngawasi Maura. Aku takut dia bertindak nekat. Mas Ilham memutuskan kembali padaku, Nit.""What? Balikan sama Ilham? Serius?""Iya, aku tahu ini cukup konyol. Tapi memberi kesempatan kedua untuk membenahi sikapnya yang pernah salah itu apa salahnya sih? Mas Ilham memang punya masa lalu. Tapi dia juga berhak berubah di masa depan kan?""Iya, juga sih, Yu. Tapi apa kamu udah pikirkan matang-matang semua ini?""Alhamdulilah sudah, aku juga
Read more
Bab 39
"Baru sih, tiga bulanan. Kenapa? Kamu terkejut? Kok ekspresinya begitu?" tanya Maura."Aku? Lantas gimana dong?"Maura diam. Dia mencoba bersikap sedih dan juga kecewa."Laki-laki nggak bertanggung jawab itu namanya. Nggak jentel. "Maura mengangguk. Membenarkan ucapan lelaki yang kini duduk di hadapannya. Dalam hati wanita itu dia bersorak bahwa sudah bisa mengelabui orang yang baru saja dikenalnya."Sudah dibawa ke dokter?" tanya lelaki itu perhatian.Maura menggeleng."Oh ya kenalkan. Nama aku Bryan.""Maura." Lelaki itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Maura. Setelah itu keduanya berbincang akrab. Hingga Bryan memesankan beberapa makanan. Berharap Maura makan dengan lahap dan juga kebutuhan gizi sang jabang bayi terpenuhi."Kamu belum bilang sama aku, kamu ini single atau sudah menikah?" tanya Maura. Bryan yang mendengar pertanyaan Maura tersenyum lalu mengelap bibirnya dengan tisu. Kemudian dia menyeruput minuman sembari terus menatap Maura. Maura yang menunggu jawaban da
Read more
Bab 40
"Rendy kamu sudah makan?" tanya Ayu, sudah menjadi kebiasaan wanita itu jika pulang dari kantor dia menanyakan Rendy apakah sudah makan atau belum."Sudah, Ma. Tadi Simbok masak bakso.""Oh, Ya? Mau dong.""Masih kok katanya di dapur. Kata Simbok bisa Mama panasi sebelum makan. Papa mana, Ma?" tanya Rendy memperhatikan ke arah belakang Ayu. "Papa ada kok, katanya mandi duluan dia. Mama mandi dulu ya. Nanti kita makan lagi sama-sama. Tapi sebelum itu Mama mandi dulu, ok!""Oke, Ma." Tangan Rendy melingkar membentuk huruf O. Setelah Ayu bekerja satu kantor dengan Ilham. Mereka baru kali ini pulang bersama. Pulang dengan satu kendaraan. Ilham terlihat ada usaha untuk berubah. Terlihat dari caranya bersikap, dia juga berusaha terus bersama Ayu kemanapun mereka pergi. Ayu berjalan menuju kamarnya.Setelah membuka pintu lebar-lebar. Wanita itu menyapu seluruh ruangan. Terdengar suara gemericik dari arah kamar mandi. Ternyata Ilham tengah membersihkan badannya di kamar mandi yang ada di k
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status