Semua Bab RACUN UNTUK MADUKU: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Bab 21
"Hp aku mana ya?""Kamu taruh dimana, Jeng? Aku nggak ambil lho!""Yaelah, kan kita baru nyampe tadi!""Mungkin ketinggalan di mobil kali.""Bisa jadi. Aku cari dulu ya.""Iya."Aku pergi meninggalkan teman-temanku. Berjalan menghampiri mobil berwarna hitam yang tengah terparkir apik di sisi jalan. Aku membuka pintu mobil perlahan lalu mencari benda pipih itu. "Lha ternyata ketinggalan di sini!" Aku mengambil benda pipih itu. Tidak berapa lama deru mobil berhenti tepat di seberang jalan. Aku keluar dari mobil lalu menutupnya. Namun langkahku terhenti kala melihat Ilham masuk bersama seorang wanita yang tidak aku kenal. Mataku memicing, memastikan anak lelaki ku tidak bermain api di belakang. Ternyata benar, disana ada Ayu. Dia terlihat berdiri menunggu suaminya yang datang dijemput sang pemilik rumah. "Alhamdulilah, berarti dugaanku salah!"Aku kembali berjalan masuk kedalam rumah. Setelah cukup lama aku berbincang. Aku berinisiatif menghampiri Ilham dan juga Ayu. Aku berjalan menu
Baca selengkapnya
Bab 22
"Mas, aku nggak mau! Aku mau tetap tinggal di sini. Apa jangan-jangan kamu sudah terpengaruh dengan hasutan istri tua mu itu? Ha?" tanya Maura tatapannya nyalang kepada lelaki yang bergelar suami itu. Tepatnya suami orang yang dia ambil. "Pelankan suaramu, Maura. Ada mama di rumah ini!" Ilham mengecilkan volume suaranya. Meskipun mereka berbicara di kamar belakang. Namun jika ucapan mereka begitu keras. Akan didengar Amelia tentunya. Jika itu terjadi, entah apalagi yang akan dilakukan wanita tua itu. Membuat Ilham semakin gelisah dan juga resah."Biarin, Mas. Biarin mama kamu dengar sekalian. Biar dia tahu harus gimana. Agar mama kamu bisa bersikap adil sama aku, Mas! Aku juga menantunya! Ingat itu! Mana janji kamu? Janji mau menikahi aku secara sah dimata negara? Kamu lupa!""Aku tidak lupa, Maura. Hanya saja untuk saat ini ….""Kenapa untuk saat ini? Kamu takut sama mama? Takut sama istri tuamu itu? Ha? Dia itu sudah tua, mana bisa dia mengurus kamu. Ada aku yang akan setia mendam
Baca selengkapnya
Bab 23
"Jahat banget sih, Mbak. Bicara seperti itu?""Jahat kamu bilang? Memangnya apa yang kamu lakukan saat ini baik? Mama sudah tahu?""Sudah, Ma.""Astagfirullahaladzim, terus Mama sekarang gimana?""Beliau lagi istirahat di kamar.""Astaga, awas saja kalau ada apa-apa sama Mama kamu yang pertama kali Mbak cari.""Ya A-"Tut … Tut.Wanita yang ada di seberang telepon memutuskan panggilan sepihak. Tanpa mengucap pamit maupun salam. CK ...Ilham berdecak. Dia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. Lalu berjalan hendak keluar kamar."Mau kemana kamu, Mas. Kita belum selesai bicara!""Lepaskan, Maura. Aku mau menemui Mama. Mau minta penjelasan kenapa ini bisa terjadi.""Tapi Mas. Kita belum selesai!"Tanpa berbicara sepatah katapun. Lelaki itu pergi meninggalkan Maura. Maura menjatuhkan bobot tubuhnya di sisi ranjang. BukTangan wanita itu memukul kasur dengan kuat. "Awas, kamu Mbak. Aku akan buat semua orang menyukaiku. Dan aku akan buat kamu yang akan pergi meninggalkan rumah ini!"
Baca selengkapnya
Bab 24
Nampak hidung Maura kembang kempis. Digaruknya kepala wanita itu yang sebenarnya tidak gatal. Ingin rasanya beralasan namun terlanjur tertangkap basah. Amelia memandang istri siri Ilham dengan tatapan tidak suka. Dilihatnya dari ujung rambut hingga ujung kepala."Ajari istrimu ini sopan santun!" Ilham mengalihkan pandangannya kepada Maura. Sedangkan wanita yang bergelar Ibu itu lantas pergi meninggalkan kedua manusia itu tanpa bicara."Kamu ini apa-apaan sih, Maura? Kamu malah bikin semua kacau tahu nggak?!" "Maaf, Mas. Aku kan cuma memastikan kamu mau memperjuangkan hubungan kita." Bibir Maura manyun sembari tangan mengusap perutnya yang sedikit menonjol. "Aku tahu! Kamu percaya kan kalau aku akan memperjuangkan semuanya! Jika saja waktu itu kamu tidak terburu-buru mengatakan pada Ayu. Semua ini tidak akan seperti ini!""Aku udah nggak tahan lagi, Mas. Jadi yang nomor dua. Kamu pulang ke rumah setelah sama Mbak Ayu. Ngurus aku setelah Mbak Ayu. Capek tahu nggak?! Lagian dia itu ud
Baca selengkapnya
Bab 25
"Kalau saja Mas Ilham bukan orang kaya, mana mau aku tidur di tempat beginian. Mana bau lagi." Maura menatap ke seluruh kamar. Kamar yang sempit dan sedikit apek. Tangannya terus saja bergerak mengibas-ngibas berharap bau apek yang menyeruak bisa hilang seketika.Bibir wanita berusia 32 tahun itu terlihat mencebik. Kemudian tangannya meraih bedak yang tadi sempat ia letakan di sampingnya. Ada beberapa alat make up disana. Bedak, lipstik, eyeliner dan juga teman-temannya. Satu persatu benda itu ia sematkan pada wajah. Membuat wanita berambut panjang itu terlihat menor. "Sudah cukup, untuk hari ini aku mau pergi jalan-jalan. Menjernihkan pikiran. Lama-lama bisa gila aku dirumah ini!" gumam Maura pelan. Dimasukkannya satu persatu alat kecantikannya ke dalam tempatnya. Lalu wanita itu beranjak dari duduknya.Tap … tap … bruk. Terdengar suara seseorang melangkah dari dekat kamar Maura. Lalu menutup pintu kamar cukup kuat. Dia yakin bahwa itu adalah Bian. Anak satu-satunya yang ia miliki.
Baca selengkapnya
Bab 26
"Bukan urusan kamu, Mbak. Aku mau pergi kek mau nggak kek. Memangnya penting?" sahut Maura bibirnya mencebik. Tangannya dilipat di depan dada."Eh, kamu itu keluar dengan pakaian seperti ini dengan sepatu seperti itu? Mama nggak akan pernah respek sama kamu! Dia akan semakin tidak menyukaimu!""Ma-maksud Mbak Ayu apa?""Pikir saja sendiri!" ucap Ayu sembari berlalu. Tangan Maura yang semua dilipat kini sejajar. "Gimana jadi pergi nggak?" tanya salah satu temannya. Maura diam dia menatap Ayu yang berjalan menyusul Rendy. " Jangan-jangan Mbak Ayu mau mempengaruhi Mama sama Mas Ilham lagi buat menceraikan aku? Ah, itu nggak boleh terjadi!" Maura bermonolog dalam hati. Kekhawatiran nya berlebih kala wanita itu masuk ke dalam rumah. "Gais, untuk hari ini aku nggak jadi pergi deh. Lain kali aja ya. Aku ada urusan!""Hu … dasar udah capek-capek datang kemari malah nggak jadi!""Sorry …." Kedua tangan Maura menangkup. Tidak lama kendaraan yang sempat berhenti cukup lama itu akhirnya melaju
Baca selengkapnya
Bab 27
"Ren …." panggilan Bian tidak digubris oleh Rendy. Dia yang ada terus berjalan melewati sahabatnya itu tepatnya mantan sahabat yang pernah dekat."Ren, tunggu!" Lagi-lagi Bian berteriak membuat Rendy yang hendak pergi ke dapur akhirnya berhenti juga. Remaja itu menatap Bian dengan tatapan yang sulit diartikan. Bian menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Bian berjalan mendekati Bian. Menepuk pundaknya hendak merangkul seperti biasa. Namun lagi-lagi lelaki itu menghindar."Ada apa?" tanya Rendy dengan ketus."Lo marah?""Kenapa mesti tanya! Lo sudah tahu jawabannya kan?" jawaban Rendy sedikit judes. Dia tidak lagi ingin berdekatan dengan Bian, yang kini bergelar menjadi saudara tiri."Eh, jangan begitu lah! Kita kan sekarang jadi saudara. Lebih baik kita baikan. Kita bisa pergi sekolah bareng. Ngerjain PR bareng. Kek dulu!""Tapi sekarang tidak seperti dulu, Bian.""Kenapa? Sama aja?""CK …." Rendy berdecak dia hendak pergi meninggalkan Bian. Suasana hatinya sedang kacau di s
Baca selengkapnya
Bab 28
"Sudah, Bian. Biarkan Rendy menjelaskan terlebih dahulu. Ayo, Nak. Katakan kepada Papa apa yang membuatmu Semarah itu pada Bian?!" Kini Ilham bertanya. Sedangkan Ayu yang duduk di kursi tengah memeluk lengan sang putra. Menatap sendu pada Rendy.Rendy tidak menjawab. Dia justru beranjak dari tempat dia duduk. Pergi begitu saja tanpa pamit!"Lihat, Mas. Anak kamu nggak ada sopan-sopannya, Blas. Ibunya tidak becus mengajarinya!" celetuk Maura membuat Ayu hendak menyusul Rendy berhenti. Lalu berjalan ke arah Maura."Jangan bicara seperti itu di rumahku!" Tatapan Ayu tajam ke arah Maura. Apa yang ia tahan selama ini meledak juga pada akhirnya. Jari telunjuk nya ia arahkan pada Maura. Dengan cepat wanita itu berdiri menyingkirkan jari telunjuk Ayu yang ada di hadapannya."Apa yang aku katakan memang benarkan, Mbak. Kamu itu nggak becus ngurus anak sama suami! Itu alasan kenapa Mas Ilham berpaling dari kamu!"PlakPlakDua tamparan melesat begitu saja. Ayu menahan amarahnya mati-matian kin
Baca selengkapnya
Bab 29
Amelia menatap tajam ke arah Maura lalu berpindah pada Ilham. Anak bungsunya menunduk, terkesan merasa bersalah. Sedangkan Ayu, dia duduk di sofa paling ujung. Bersama Nadia tangan mereka saling bertautan."Seperti ini istri siri mu yang kau banggakan Ilham?" tanya Amelia dengan suara lantang. Ayu sengaja meminta Rendy tidak keluar kamar. Dia tidak perlu mendengarkan sesuatu yang menambah luka."Maura hanya membela diri, Ma.""Membela diri katamu? Dengan bersikap kasar?" tanya Amelia kembali."Ma, Maura juga perempuan. Dia juga punya hati, aku yakin sebenarnya bukan seperti itu." Ilham lagi-lagi menimpali. Lelaki itu terkesan membela Maura meskipun pada kenyataannya sang istri muda bersikap barbar dengan menarik hijab yang dikenakan sang kakak ipar."Lantas ….""Sudahlah, Mas." Maura merespon."Maura, minta maaf sama Mbak Nadia. Itu Mbakku lho. Kakak iparmu!" pinta Ilham dengan nada sedikit berbisik. Berharap Maura mampu bersikap selayaknya orang bersalah dan menyesal. Meminta maaf. N
Baca selengkapnya
Bab 30
Jam menunjukan angka tujuh tepat. Setelah Ayu mengantar Rendy ke sekolah dia langsung menuju kantor. Meninggalkan Amelia di rumah bersama asisten rumah tangga yang sekarang menjadi setiap hari datang ke rumah. "Mbok, kamu tolong bereskan kamar belakang itu! Semua barang milik wanita itu kamu buang saja!""Baik, Nyonya." Wanita paruh baya yang sudah membantu Ayu selama ini mengangguk lantas hendak pergi menuju kamar belakang. Namun lagi-lagi, langkahnya terhenti kala sang majikan kembali berucap."Jangan sampai ada yang tertinggal!"Wanita itu kembali mengangguk, lalu menatap ke arah sang majikan memastikan tidak ada lagi perintah.Tangan tua yang sudah keriput itu perlahan tapi pasti memasukan semua pakaian dan juga beberapa benda milik Maura ke dalam sebuah koper yang berada di sisi ranjang. Memasukkannya sembari mata terus saja menatap sekeliling."Ealah, Ibu Ayu itu kurang apa coba? Sudah baik, cantik, bisa merawat diri, anak dan juga suami. Eh, malah suaminya masih main serong ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status