Semua Bab Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Bab 21 - Bab 30
199 Bab
Part 21. Penuh Drama
"Mas … nggak, Mas. Aku nggak mau kita pisah, Mas." Laura bangkit dari sofa lalu langsung memeluk kaki Bram dengan erat.Bram berusaha menyentak kakinya, tapi …, "Lepasin, Laura. Cukup kamu buat aku malu. Caramu murahan, nggak mikir ke depannya gimana. Jadi … lebih baik kita berpisah!" tegas Bram sekali lagi.Tampaknya dia tak bisa memberi toleransi pada Laura yang hampir saja menghancurkan karir yang susah payah diraih Bram selama ini."Mas … aku tahu, aku salah. Maaf, Mas. Maaf …."Laura melepaskan kedua tangannya, kemudian bersimpuh di hadapan Bram. Ada bulir bening menyertai. Luruh tanpa jeda di pipinya yang mulus itu. Wati hanya terperangah sembari melirik pada anak semata wayangnya itu."Aku ngelakuin itu karena aku cemburu, Mas. Aku cemburu kamu berubah sejak resmi bercerai dari Mbak Ratna."Tangis Laura semakin menjadi-jadi."Kenapa kamu diam? Benar 'kan dugaanku.""Coba kamu jadi aku, Mas! Coba kamu merasakan apa yang aku rasakan! Pasti kamu tahu sakitnya seperti apa!""Kamu it
Baca selengkapnya
Part 22. Pelayan Gila!
"Bapak Arjuna," sentak Ratna. Ada sekejap getaran yang terasa di dadanya."Ada apa dia nelpon pagi begini?" gumam Ratna disertai tatapan kosong.Tak ingin membiarkan terlalu lama, Ratna pun segera mengangkatnya. "Halo, Pak," sapa Ratna setelah telepon tersambung.Seberang sana, Arjuna tampak salah tingkah, ada juga perasaan tak enak ikut campur terlalu jauh. Namun, satu hari dia mencoba mendiamkan kegalauan sanubari, tak bisa dia tahan. Dan, pagi ini dia putuskan untuk menghubungi Ratna."Hai, Bu Ratna. Gimana keadaannya? Baik-baik saja 'kan?" tanya Arjuna basa-basi. Berusaha menciptakan suasana hangat biar kekakuan melebur perlahan.Ratna diam sesaat, sedikit mengerutkan keningnya, merasa heran dengan apa yang ditanyakan Arjuna. "Saya baik, Pak. Lebih baik malah. Kenapa, ya?" Ratna bertanya balik, ada rasa penasaran juga dengan sikap Arjuna padanya.Apalagi, kedatangan Arjuna sebagai saksi dalam persidangan. Selain itu, ada beberapa kali Ratna menangkap pernyataan yang keluar dari mul
Baca selengkapnya
Part 23. Rupanya ... Dia ...
Terdengar derap langkah yang semakin lama semakin dekat, dan semakin tahu siapa pemilik langkah tersebut."Aku yang punya masalah sama kamu, Mbak!" Pandangan Ratna seketika beralih pada perempuan mungil. Dia tampak tersenyum kecut menatap Ratna.Perempuan ini memberi amplop coklat pada pelayan berambut keriting tadi. Lalu, dia menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan agar si pelayan beranjak dari sana."Kamu?!" Ratna benar-benar murka, setelah melihat perempuan laknat itu berdiri di hadapannya.Pelayan tadi pun mengikuti perintah Laura."Kenapa, Mbak? Sakit?" ejek Laura dengan senyum penuh dendam. "Itu belum seberapa!" tambahnya lagi.Perebut suami orang memang sering lupa jika dirinya menyakiti perempuan lain. Namun, akan selalu ingat jika kebahagiaannya terancam diambil oleh perempuan yang pernah dia sakiti. Kini, Laura menggigil dalam kerisauannya.***Bukan tanpa alasan perempuan bertubuh mungil ini datang menemui Ratna. Hal ini dikarenakan, semalam saat terjaga dari mimpi buruknya.
Baca selengkapnya
Part 24. Uangnya Udah Dipakai Ternyata
Para geng ibu-ibu komplek yang terbilang paling bersuara ini sudah berkumpul di rumah Bu Soimah satu jam sebelum Ratna sampai. Sebenarnya beberapa kali dia mendesak Bu Soimah agar menghubungi Ratna supaya lekas pulang ke kost. Namun, Bu Soimah punya pandangan lain, dia berpendapat Ratna akan lebih gampang mengelak kalau ditelpon karena disuruh pulang. Video fitnah yang sempat berseliweran di aplikasi toktok memang membuat khawatir."Akhirnya kamu menampakkan batang hidung juga di kost saya Ratna," ucap Bu Soimah dengan tatapan tajam."Ada apa, ya, Bu? Kalau memang ada kebutuhan mendesak kenapa tidak menghubungi aku saja? Bukannya ibu punya nomor hapeku," tutur Ratna terus berjalan mendekat pada Bu Soimah.Bukannya Bu Soimah yang menyahut, malahan Bu Nani yang sudah lebih menggebu. "Halah … gayamu, Rat. Memangnya kalau kamu ditelpon bakalan langsung menuju sini. Saya rasa sih cuma omong kosong aja. Nggak udah pura-pura bodoh kamu, Rat," cecar Bu Nani emosi."Udahlah, Bu Soimah. Tak usah
Baca selengkapnya
Part 25. Angkat Kaki Sana!
Bu Susi dan beberapa ibu lainnya tak terima sikap Ratna seolah meremehkan Bu Soimah. Belum lagi umur Ratna juga jauh dari Bu Soimah. Attitude Ratna dinilai buruk."Heh, Ratna. Kamu harusnya ngaca. Udah jadi simpanan om-om. Malah belagu lagi. Apa kamu nggak sadar, Bu Soimah itu usianya terpaut jauh dari kamu. Jadi, sopan dikit kalau ngomong sama yang lebih tua," sergah Bu Susi. Umurnya juga sepantaran Bu Soimah."Iya, Mbak Ratna. Lagian ya, kami di sini mengantisipasi segala sesuatu yang berdampak buruk. Mbak Ratna 'kan pendatang di sini. Tahu tempat ajalah menurutku, Mbak. Hmm ... kalau tahu tempat terlalu harus ya bahasaku. Tahu dirilah lebih tepatnya. 'Kan aku jadinya kasar gegara Mbak pancing.""Satu lagi video yang beredar juga nggak mungkin tanpa sebab," tambah Erika, umurnya kurang lebih sepantaran Ratna. Dia juga anggota arisan komplek. Salah satu anggota paling muda."Aku diam mereka malah makin menjadi menghinaku, tapi kalau aku bicara mereka pasti ngelunjak," batin Ratna. "Me
Baca selengkapnya
Part 26. Lelaki Gagah!
Seorang lelaki gagah, turun dari mobil sport keluaran terbaru itu. Ketampanannya tak perlu diragukan lagi. Penampilannya tak kalah juga dibanding oppa-oppa Korea. Bau tubuhnya, meski berjarak lima meter masih tercium harum dan tak menyengat sama sekali."Bapak Arjuna! Ada apa dia ke sini?" tanya Ratna dalam hati. Dirinya juga kadang bingung, mengapa sosok lelaki ini selalu datang di saat yang tepat."Tuh salah satu simpanannya," bisik Bu Soimah pada ibu-ibu yang berdiri di belakangnya yang sejurus kemudian menganggukkan kepala pertanda mengerti. Dirinya berbisik, tapi masih terdengar jelas di telinga Ratna."Ini mah bukan om-om, Bu Soimah," celetuk Bu Yanti.Bu Soimah agak tersinggung dengan komentar Bu Yanti."Kan saya bilang salah satu, Bu. Mungkin ini mangsa baru. Lagian tampan begitu mau ya sama janda."Ratna menaruh koper antara halaman dan teras kamarnya, dia pun menghampiri Arjuna yang berjalan masuk."Siang, Bu Ratna," sapa Arjuna ramah. Senyuman kaku memang selalu terbit kala
Baca selengkapnya
Part 27. Dia Nelpon dengan Siapa?
Setelah memarkir kendaraannya, Arjuna kembali melakukan hal yang sama. Pertama-tama, Ratna bisa memaklumi cara Arjuna memperlakukannya. Otaknya masih mencerna kali pertama pasca sidang cerainya dengan Bram.Memang ada gejolak yang dia rasakan, apalagi Arjuna tak berubah, pandai memperlakukan perempuan selayaknya. Namun, dia berusaha menepis gejolak yang sempat singgah. Jelas ada beberapa alasan, terutama rasa trauma akan pernikahan masih melekat di sanubarinya."Ingat, Rat. Tidak semua perlakuan istimewa selalu disanjung," bisiknya dalam hati, bersamaan turun dari mobil dan menatap Arjuna sekilas. Ratna ingin menegaskan kembali prinsip pada dirinya yang sempat pudar karena menerima Bram apa adanya dulu.Kadang perlu berterima kasih pada rasa trauma yang masih ada karena bisa menjadi benteng diri agar lebih berhati-hati dan tidak gampang menaruh simpati ataupun berlebihan menganggumi seseorang, salah satu prinsip yang muncul saat Ratna dikecewakan oleh orang yang pernah dia yakini tidak
Baca selengkapnya
Part 28. Ada Hubungan Apa?
Seorang lelaki berjalan masuk ke dalam restoran. Salah satu diantara mereka sangat dikenal oleh Ratna, malah lelaki itu pernah menjadi tambatan hati Ratna hampir sembilan tahun lamanya."Ratna," sentak Bram. Dia sangat kaget mendapati Ratna dengan atasannya sendiri keluar dari restoran mahal. Dan, seolah yang terjadi masa lalu terkoneksi di otaknya, bahwa selama pernikahan dirinya tak pernah mengajak Ratna menikmati hidangan di sini."Mas Bram!" Setelah menyapa Bram, Ratna sempat menoleh ke Arjuna sebentar.Bram menoleh pada Arjuna, emosi bercampur takut. Takut? Kenapa dia harus takut?Tiba-tiba salah seorang lelaki yang umurnya sepantaran, menepuk pundak Bram. Bram pun menoleh ke belakang. "Lho, Bro. Kok berhenti di sini. Ayo masuk!" ajak Heru. Rupanya Bram datang ke restoran mewah ini tidak sendirian. Melainkan dengan teman-temannya."Lu duluan aja, nanti gue susul," sahut Bram. Wajahnya yang ketika sampai agak berseri, berubah 108° ketika dirinya melihat Ratna dan Arjuna."Sip, nant
Baca selengkapnya
Part 29. Ini adalah Kesempatan!
Baru saja pintu dibuka Bram langsung mencerca istrinya dengan pertanyaan beruntun. Pakaian serba minim yang dipakai Laura, tak membuat Bram urungkan emosi. Tahu suaminya emosi, Laura tampak berpikir keras, mencari cara agar suaminya itu mengurungkan diri untuk menghempaskan amarah padanya."Tenang, Lau. Tenang ... semua akan baik-baik saja," batinnya.Laura tampak mengatur napas. "Duduk dulu, Mas. Kamu pasti capek 'kan?" tanya Laura basa-basi setelah dirinya menutup pintu utama. Kemudian, menarik tubuh Bram untuk duduk di kursi. Dia pun memulai aksinya dengan memijit pundak Bram."Lepaskan! Aku tidak butuh! Kamu jawab saja!" teriak Bram sembari menyentak kasar tangan Laura. Dia bangkit dan menatap Laura dengan tajam."Iya, aku ketemu. Di supermarket dekat sekolahnya, Devina. Mau cari daging tenderloin, Mas. Kan Mas tahu sendiri, di pasar tradisional mana ada daging mahal itu." Alasan yang sama sekali tidak masuk diakal.Kini, Laura tentu sudah tahu celah untuk menghadapi Bram yang agak
Baca selengkapnya
Part 30. Rentetan Pesan untuk Ratna
Laura terperanjat. Seketika terduduk. Melihat Laura yang heran, "Kamu ngapain? Tumben?" Bram pun melanjutkan aksinya. Dia memeluk Laura dengan erat sambil berkata …Laura yang masih mengumpulkan nyawa tak menolak sedikitpun, dia hanya pasrah."Loh, kok kamu kaget, Sayang. Mas mau minta maaf karena udah kasar dan berubah sikap sama kamu akhir-akhir ini. Maaf, ya," ucapnya dengan suara rendah, kemudian melepaskan pelukan itu dengan pelan.Jantung Laura seketika berdegup tak beraturan. Satu sisi dia grogi tapi sisi lain dia …"Kenapa dia jadi berubah seperti ini. Jangan-jangan … apa dia beneran sadar atau ada sesuatu yang sedang dia rencanakan? Hmm … tapi … aku sepertinya tidak boleh melewatkan kondisi ini," ungkap Laura dalam hati.Laura terkesiap, saat Bram mengguncang tubuhnya saat dia melamu. "Lau … Laura … kamu nggak apa-apa kan, Sayang? Kok melamun gitu?""Oh nggak, kok, Mas. Aku cuma agak gimana aja gitu, pas denger yang mas katakan.""Iya, Sayang. Agak aneh ya. Cuma setelah aku pi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status