All Chapters of Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Chapter 41 - Chapter 50
199 Chapters
Part 41. Bunga Mawar Putih
Jantung kedua orang dewasa ini berdetak tak karuan. Lebih cepat dari biasanya. Napas yang memburu bisa dirasakan keduanya."Cie … Mama sama Oom Ganteng romantis banget," celetukan Devina membuat keduanya kaget. Buru-buru Arjuna membantu Ratna untuk berdiri seperti sedia kala.Wajahnya tampak merah bagai kepiting rebus, malu."Maaf, Rat. Aku tidak bermaksud," ucap Arjuna setelah membantu Ratna untuk berdiri. Terlihat dari wajahnya, Arjuna begitu merasa bersalah, isengnya berakhir dengan kejadian tak seharusnya terjadi. Namun, sisi lain dia bahagia."Ya, Mas. Nggak papa, aku tahu kamu nggak sengaja," sahut Ratna berusaha bersikap biasa saja. Ratna tampak menjaga sikap supaya tidak terlihat jelas di depan Arjuna."Cie … cie …" Devina makin menjadi menjahili kedua orang ini. "Mukanya mama sama Oom ganteng, sama-sama merah.""Kita lanjut jalan aja, yuk!" ajak Ratna kikuk. Mengalihkan topik juga menghilangkan grogi yang masih tersisa."Oke!" sahut Arjuna tak banyak bicara. Arjuna mempersilak
Read more
Part 42. Permisi!
"Berapa, Mbak?" tanyanya pada pelayan toko."Lima ratus, Pak."Bram mencebik karena kaget. "Haa? Apa? Segini doang, cuma lima tangkai, harganya lima ratus ribu. Diskon dong, Mbak?" tawar lelaki itu, wajahnya mengisyaratkan suatu hal mustahil harga yang disebutkan sang pelayan toko. "Satu tangkai seratus ribu?" tanyanya heran, tapi nada bicaranya seolah menyudutkan sang pelayan toko.Ada rasa tak percaya akan harga yang disebutkan. Padahal, bunga mawar putih itu tampak terlihat cantik dalam pot berbahan keramik, tak heran jika harganya juga fantastis.Pelayan toko pun seketika berubah gurat wajahnya. Mulai menatap sinis pada Bram."Diliat dari mobilnya kayak orang kaya, tapi pelit rupanya," umpat pelayan toko dalam hati. "Udah sombong mana pelit lagi.""Itu udah paling murah, Pak. Di sini kami jual kualitas, makanya harganya juga lumayan.""Jangan bicara soal kualitas dengan saya. Soalnya saya juga kerja bagian penjualan. Bisa kok jual kualitas bagus tapi harga miring," ujarnya tanpa me
Read more
Part 43. Bukannya Mengusir, Tapi ....
Bram memacu mobilnya menuju toko bunga lainnya. Dia tak ingin datang ke rumah Ratna tanpa membawa apa-apa. Jika di toko sebelumnya di membuat onar, tapi tidak di toko sekarang. Tanpa protes dia membayar bunga yang dipilihnya. Bahkan, kali ini lebih mahal dari itu yang tadi. "Bagaimanapun aku akan mencari cara untuk merebut hatimu lagi, Rat! Untungku lebih besar jika kamu kembali ke pelukan daripada modal yang ku keluarkan sekaeang ini.Sesampainya, di depan rumah Ratna, mata Bram terfokus melihat mobil atasannya masih terparkir di halaman. Darahnya berdesir hebat, bahkan kedua tangannya tampak bergetar menahan emosi. Tatapan tajam ke arah mobil menjadi pelengkap, bahwa Bram sakit hati."Sial. Kenapa harus ada dia segala?" Bram menghela napas kasar. Musuhnya masih duduk manis di dalam rumah."Tidak … tidak … aku nggak boleh menampakkan amarah ini di depan Ratna. Bisa-bisa yang ada malah sebaliknya, jauh dari harapanku."Kurang lebih sepuluh menit mengendalikan emosi supaya reda. Akhirn
Read more
Part 44. Perempuan Berpakaian Minim
Laura menoleh ke sumber suara. Seorang wanita paruh baya sudah berdiri di dekat sofa panjang. Siapa lagi kalau bukan mertuanya."Apa maksud mama?"Wati mencebik. "Masa kamu belum juga ngerti maksud saya gimana?""Ya, memang aku nggak ngerti. Coba mama jelasin!" Laura kelihatan heran dan bingung."Entahlah, Lau. Mama rasa kamu sudah cukup pintar dan paham. Kalau kamu tidak mau kehilangan Bram, rubah sikapmu sebelum semuanya terlambat!" ucap Wati kemudian berlalu dari pandangan Laura.Mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut mertuanya itu, semakin membuat Laura membenci."Sepertinya ada yang janggal. Lihat saja, jika aku berhasil membuktikan feelingku. Kau si tua bangka, akan terima pembalasan dariku!" geram Laura dalam hatinya. Dia memilih bertolak ke kamar daripada terus melihat wajah mertuanya yang sama sekali tidak enak dipandang."Sebentar, apa jangan-jangan …." Laura tak henti menduga-duga dalam hatinya.[Mbak, kapan selesainya urusan perceraian kalian di pengadilan? Bisa dip
Read more
Part 45. Busuk!
"Itu mulut atau tong sampah? Busuk!" sentak Bram geram."Lalu menurut kamu, sebutan apa yang pantas buat perempuan yang dengan gampangnya menyerahkan dirinya? Bahkan, kamu rela merogoh uang demi membayar pelayanan mereka. Giliran aku aja belanja, kamu kemana kemarin? Kencan 'kan? Tapi sama aku bilangnya meeting.""Iya, puas kamu! Buat apa nemenin istri macam kamu. Nggak tahu diri tepatnya. Sekarang aku tanya, apa bedanya kamu dengan mereka? Aku juga nyomot kamu dari lingkungan kotor. Mau protes? Hah?"Laura terdiam, dia kehilangan kata-kata dalam membela diri."Aku makin ke sini, aku makin sadar, kalau kamu rupaya tak lebih baik dari Ratna. Aku menyesal telah membuat Ratna pergi, dan membawa kamu ke rumah ini!" "Kamu menghancurkan masa depanku."Deg!!!"Ratna lagi. Si Janda itu lagi. Kenapa dia harus membandingkan aku dengan perempuan yang sangat aku benci selain ibunya itu!" umpat Laura dalam hati.Jantung Laura semakin berdegup tak beraturan, dibandingkan dengan perempuan yang dulun
Read more
Part 46. Jantung Hatiku
Ratna sempat terdiam sebentar. Dia bingung mau menjawab apa. Jika diberi tahu kalau Bram mau ke rumah atau tidaknya, tentu punya konsekuensi masing-masing."Boleh tidak, Ma?" rengek Devina sembari memegang tangan kanan mamanya."Na, kata papa dia nanti emang mau ke sini. Jadi … kita tunggu aja, ya. Nggak usah ditelpon," ucap Ratna memilih untuk jujur."Mama serius?" Mata Devina tampak berbinar menatap perempuan yang melahirkannya itu."Iya, tadi papa ngirim pesan sama Mama. Katanya begitu mau ke sini lepas Magrib."Hmm …,"Melihat Devina melirik ke atas, Ratna pun seolah peka akan tingkah anaknya. "Kenapa, Na?""Tapi ... Nana tetap boleh pinjam hape mama tidak?""Buat apa? Kan papa katanya mau ke sini. Kenapa ditelpon lagi?" "Nana mau nitip makanan, Ma. Mumpung papa ke sini."Tanpa mempertanyakan lebih lanjut, Ratna pun mengambil ponsel ke kamarnya dan menyerahkan pada Devina.Jantung Bram berdebar hebat dengan senyum terkembang merekah di bibirnya. Dia terlihat bahagia saat tulisan J
Read more
Part 47. Makanan yang Dibawa
"Ratna!" Bram tersentak. Wajahnya yang tadi tegas berubah seketika. Tangannya pun sigap mengelus kepala Devina."Setahu aku, Devina suka ayam goreng, Rat.""Memangnya kamu pernah liat ayam goreng kayak gini di meja makan, Mas? Atau se-ingat kamu pernah bawain Devina ini?" tanya Ratna dengan penuh penekanan dan tatapan tajam.Bram semakin salah tingkah. Seakan tak berkutik dibuat oleh Ratna."Maafkan aku ya, Rat. Bukan bermaksud lupa. Tapi kamu tahu 'kan selama kita bersama aku sibuk nyari uang buat kamu dan Devina," kilah Bram tak mau tersudutkan."Nggak usah di lanjutin pembahasannya, Mas!""Devina lagi ada tugas sekolah buat besok. Jadi … kamu bantuin aja. Anggap aja itu sebagai ganti karena kamu udah salah bawa makanan kesukaannya, Devina.""Oke, nggak masalah.""Yuk, Pa. Masuk!" titah Devina dengan menarik tangan Bram.Lagi-lagi, ada yang janggal. Disaat Devina berusaha menggenggam erat tangan papanya saat itu juga Bram berusaha mencari celah bagaimana genggaman tangan anaknya ter
Read more
Part 48. Khawatir???
Bram seperti menyisir pandangan, lalu tak lama kemudian beralih pandangan pada Arjuna yang mengambil posisi duduk seperti malam kemarin. Menatap tak suka. "Pak, Anda jangan berbangga diri dulu. Meskipun di kantor Anda atasan saya, bukan berarti Anda bisa menggantikan saya di hati Devina dan Ratna." Bram menatap tajam pada Arjuna yang bersikap biasa-biasa saja. Tak ada gurat tegang ataupun emosi yang terlihat."Hati Ratna dan Devina bukan urusan kamu ataupun saya. Itu hak mereka. Dan, saya juga tidak perlu bertanya panjang lebar. Kenapa bisa Ratna mengambil keputusan untuk pergi dari Anda, Bram.""Pak, itu bukan urusan Anda.""Ya, memang bukan urusan saya. Dan, saya di sini juga bukan urusan Anda!""Jelas ini menjadi urusan saya. Devina anak saya dan Ratna ….""Ingat dia hanya mantan Anda. Bukan siapa-siapa.""Dia bukan hanya sekedar mantan tapi …."Perdebatan antara dewasa lelaki itu hening seketika saat melihat Ratna datang dengan membawa nampan berukuran sedang. Berisikan makanan y
Read more
Part 49. Bagaimana Ratna?
Bram tampak memarkir kendaraan roda empat asal-asalan. Mendengar deru mobil Bram memasuki pekarangan, Laura langsung bergegas membukakan pintu utama.Selayaknya istri menyambut kepulangan suaminya pulang bekerja.Namun, naasnya, Bram malah mendorong tubuh mungil Laura hampir saja terjatuh kehilangan keseimbangan."Mas, kamu kenapa? Masih marah? Kenapa kasar gini?"Wati yang di kamar pun ikut keluar, tapi hanya berdiri di depan kamarnya, sambil menyuguhkan senyuman penuh arti."Aku mau kita pisah! Aku talak kamu! Kemasin barang-barang dan segera hengkang dari sini!""Mas, aku mohon, aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan jadi istri seperti yang kamu harapkan. Kamu mau aku jadi Mbak Ratna. Oke aku akan lakukan, Mas. Asal kamu nggak talak aku, Mas.""Akhirnya Bram menalak si Jalang ini juga. Bagus!" ucap Wati dalam batinnya."Kekayaan dan hidup mewah sudah di depan mata," tambahnya kemudian."Ratna … tunggu mama ya. Kita harus serumah lagi.""Aku cinta sama kamu. Aku mau rumah tangga ki
Read more
Part 50. Cemburu
Bram menghela napas berat. "Entahlah, Ma. Agak sulit. Ratna dingin padaku, tapi sama Arjuna dia bisa welcome dan humble," sahut Bram sembari mengubah posisi duduknya.Wati tampak agak terkejut. "Tadi aku ke rumah Ratna, Devina minta bawakan makanan kesukaannya. Aku bawakan ayam goreng. Mama tahu, Devina nggak suka. Emang selama di sini dia nggak pernah makan, Ma? Padahal dulu bukannya mama pernah telepon aku buat bawakan ayam goreng merk terkenal itu pulang?"Wati seketika salah tingkah. Bola matanya melirik sembarangan arah."Mati aku. Jangan sampai Bram tahu kalau dulu itu bukan untuk Devina. Tapi …." ucap Wati dalam hati."Ya buat anak kamu lah, Bram. Buat siapa lagi. Mungkin dia sengaja berbohong sama kamu, Bram.""Nggak mungkin Devina berbohong, Ma. Dia masih polos kalau untuk berbohong seperti itu," tangkas Bram tak percaya."Bisa aja, Bram. Bisa jadi Ratna yang ngajarin. Mungkin karena kecewa sama kamu.""Entahlah, Ma. Aku juga nggak tahu pasti. Parahnya, Devina malah lebih sen
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status