All Chapters of TAMU SELEPAS SUBUH: Chapter 71 - Chapter 80
180 Chapters
Bab 71
Bab 71Kalimat terakhir dari jawaban yang diberikan oleh Fika itu, membuat aku melongo. Karena menurutku, berarti Nesya saat ini sedang terobsesi menjadi seorang yang kaya bukan? Sedangkan orang biasanya sih orang yang terobsesi itu akan melakukan segala hal dewi mewujudkan mimpinya. "Kamu kok bisa tahu hal itu, Fik?" Kembali aku bertanya karena memang belum merasa puas.Jika menghembuskan nafasnya kasar. "Tahu dong, Ma. Nesya itu nggak begitu banyak punya teman di kampus, rasanya teman dekat dia hanya aku saja deh. Jadi, aku sudah hafal sekali dengan melakukan dia. Kadang pun dia curhat juga tentang masalah kehidupan pribadinya. Dia itu sebenarnya sih sudah malas pulang ke penari asuhan. Cita-citanya hanya ingin menjadi kaya!" Penjelasan Fika semakin menambah rasa curiga dalam diriku. Sebuah pikiran buruk pun berkelebat saat itu juga. Apa Lagi saat ini kan banyak sekali perempuan muda yang mengejar lelaki kaya dan sudah beristri hanya demi harta dan kemewahan. Seperti hal nya Adel
Read more
Bab 72
Bab 72Pagi ini aku dan Fika kembali ke rumah agak siang, karena tadi kami sempatkan membungkus soto daging yang terletak di pojok kompleks terlebih dahulu. Karena memang terkenal enak dan harganya terjangkau, pembeli harus rela antri apa lagi ketika weekend seperti ini.Aku dan Fika sepakat untuk berpikiran yang positif pada Nesya dan Mas Hasan. Sepertinya hubungan mereka hanya seperti ayah dan anak saja. Karena Fika pun yakin jika temannya itu anak baik-baik.Ketika telah sampai di rumah, malah ternyata Bi Nur telah siap dengan menu sarapan paginya. Nesya dan Mas Hasan pun juga telah duduk di meja makan."Mama dan Fika dari mana aja nih? Kok baru pulang? Tadi Papa coba hubungin ponsel kalian tapi ternyata nggak bisa, malah ponsel Mama juga ada di rumah." Mas Hasan menyambutku dengan beberapa pertanyaan."Lagi bungkus soto Pak Karimun ini tadi, Mas. Maaf ya tadi nggak ngasih kabar. Kamu dan Nesya sarapan dulu saja, biar aku dan Fika membersihkan diri dulu," ucapku sambil tersenyum. N
Read more
Bab 73
Bab 73Mas Hasan dan Nesya pun terus meyakinkan aku dan Fika jika mereka tak memiliki hubungan yang salah. Akhirnya, aku dan Fika menjadi percaya. Bahkan kami pun mengajak Nesya untuk berlibur ke kota Yogyakarta saat itu. Lumayan meski hanya dua hari, tetapi itu sudah bisa membuat pikiranku kembali tenang.Mas Hasan pun membelikan aku satu set perhiasan emas saat kami berada di kota gudeg. Pun Fika mendapatkan satu buah ponsel keluaran terbaru. Tentu saja kami merasa senang sekali saat itu. Pesta kebersamaan itu pun akhirnya harus selesai, karena mereka harus kembali beraktifitas. Mas Hasan malah terlebih dulu sejak pagi pamit berangkat ke luar kota, karena ada pembukaan proyek BUMN yang baru. Setelah ini Fika dan Nesya pun akan kembali ke Malang. Akhiranya rumah akan kembali sepi, hanya ada aku Lio dan juga Bi Nur saja."Ma, Fika berangkat dulu ya. Jangan mikir yang macam-macam lagi. Fika akan terus menyelidiki tentang Nesya juga nanti disana, " ucap Fika saat pamit ke kamarku sebel
Read more
Bab 74
Bab 74Bi Nur menautkan kedua tangannya, nampaknya dia sedang gelisah saat ini. Sudah lama wanita itu bekerja denganku, hampir selama umur Fika. Tetapi dia tak pernah tertutup ini, bahkan ketika dulu bercerita kepadaku tentang kelakuan buruk Mas Hasan padanya. Sepertinya memang ada suatu lagi yang dia ingin katakan lagi padaku saat ini.Kutepuk sisi ranjang di sebelahku. "Duduklah disini, Bi. Jangan tegang seperti itu dong. Tarik nafas dan katakan yang mengganjal di pikiran kamu," ucapku sambil tersenyum.Bi Nur pun akhirnya duduk dan mulai mau bercerita. "Saya ingin cerita, tapi tolong Nyonya jangan bilang pada Tuan Hasan, jika saya yang mengatakan hal ini ya," ucapnya yang tak ubah seperti orang memohon.Aku mengeryitkan dahi demi mendengarkan ucapan Bi Nur itu. Benar bukan tebakanku, semua ini pasti ada hubungannya dengan Mas Hasan.'Ya Allah kuatkan hati ini mendengar apa saja yang nanti akan diceritakan oleh Bi Nur. Semoga bukan kabar yang buruk," doaku seketika dalam hati. Sete
Read more
Bab 75
Bab 75Ternyata Mas Hasan dan Nesya memang pintar sekali untuk bersandiwara. Ingin rasanya saat ini aku mengatakan curahan dari Bi Nur kepada Fika, tapi aku takut jika hal ini hanya akan menganggu kuliah dia, apa lagi sebentar lagi dia akan ujian. Tetapi untuk hanya sekedar diam saja, rasanya aku terlalu menjadi istri yang bodoh."Aku harus menanyakan hal ini pada Mas Hasan!" ucapku sembari meletakkan Lio di ranjangnya, karena memang bayiku itu pun sudah terlelap.Segera aku pun mengambil ponsel yang sejak tadi ada di nakas, dan dengan cepat pula menekan nomer telepon Mas Hasan. Tetapi sampai lima kali percobaan panggilanku, nyatanya tak mendapatkan respon sama sekali dari suamiku itu."Apa mungkin Mas Hasan masih di jalan ya?" tanyaku pada diri sendiri. Karena memang tadi dia juga berkata kota yang akan dia tuju jauh dari sini. Dari pada aku semakin gelisah dan menjadi uring-uringan sendiri, aku pun akhirnya memutuskan melakukan sesuatu.Segera Aku pun melangkahkan kaki ke kamar tam
Read more
Bab 76
Bab 76Jika sekarang sudah seperti ini, maka aku pun harus menghubungi Fika. Tapi kembali aku ingat jika putriku itu baru saja berangkat, pasti saat ini dia juga dengan menyetir."Apa aku kirim pesan saja ya pada Fika?" tanyaku sambil menimang ponsel. Saat ini aku sudah kembali ke kamar, tak lupa kubawa pula foto dengan tulisan tangan Nesya tadi. Sepertinya dari tulisan tadi juga Aku mengambil kesimpulan jika Nesya bukanlah seorang teman yang baik, banyak hal yang gadis itu sembunyikan saat ini. Ternyata memang tak bisa kita melihat orang lain itu dari penampilan luarnya saja.Ketika aku akan mengetikkan pesan untuk Fika, malah Mas Hasan menghubungiku saat ini. Langsung saja aku menerima panggilan itu. Bismillah aku akan menanyakan semua ini langsung pada Mas Hasan, sebelum semuanya terlambat."Assalamualaikum, Dek. Ada apa tadi menelepon aku? Maaf tadi aku lagi ada di jalan, dan ini lagi break sebentar di rest area tol," ucap Mas Hasan memulai obrolan melalui sambungan telepon.Ku
Read more
Bab 77
Bab 77Dulu, saat pertama mengetahui skandal kecurangan Mas Hasan dengan Adelia, aku meski terlihat sangat tegar, tetapi sungguh dalam hati aku hancur. Berusaha terlihat tegar jika di depan orang lain itu yang aku lakukan. Aku bahkan sempat pernah merasakan jika hidup sangat tak berarti sekali saat itu. Jika tak ingat dengan Tuhan, mungkin saat itu aku sudah siap mengakhiri hidup.Namun di kasus yang hampir sama kali ini, kubuat hidupku sesantai mungkin. Awalnya sih karena trauma yang mendalam itu, aku masih down tadi. Tetapi setelah aku berpikir dengan jernih, untuk apa aku down? Untuk apa aku memikirkan lelaki yang sepertinya sedikit pun tak akan berubah? Bukankah lebih baik aku mengambil sisi positifnya saja?Saat ini yang pasti aku harus tetap waras menghadapi semua masalah ini. Diusiaku yang saat ini pun sudah tak muda lagi, maka aku pun tak terlalu boleh memikirkan sebuah masalah hingga berlarut-larut. Yang ada nanti malah aku yang rugi sendiri. Aku harus tetap sehat fisik dan m
Read more
Bab 78
Bab 78Uang dari Mas Hasan sebesar dua ratus juta itu telah aku belikan sebuah mobil baru. Tak perlu keluar rumah, karena aku memiliki seorang teman yang bekerja di sebuah dealer mobil besar di kota ini. Tinggal telepon, semua dia yang urus, besok mobil baru itu pasti sudah bertengger di garasi rumahku.Kenapa aku meminta mobil baru? Banyak hal yang aku pikirkan dengan ini. Satu karena memang mulai saat ini aku ingin lebih leluasa keluar rumah, bukan untuk kelayapan tak jelas, tapi ada banyak hal yang ingin aku lakukan. Namun tentu yang paling utama adalah memindahkan banyak aset atas namaku nantinya.Seorang lelaki jika setengah jatuh cinta pada wanita lain pasti akan dengan suka rela mengeluarkan banyak orang demi wanita simpanan itu bukan? Nah, sebelum sebagian harta itu habis maka lebih baik aku mengamankannya dulu.Kebetulan sekali memang rumah yang aku tempati sudah atas namaku, namun masih ada beberapa aset lagi yang sedang aku incar saat ini. Bukan aku saja, tapi aku pun akan
Read more
Bab 79
Bab 79Pov Author Setelah menelepon Dewi, dan ternyata Dewi kembali mulai menaruh rasa curiga padanya, Hasan pun langsung menghubungi Nesya."Nes, kamu harus hati-hati dengan Fika ya. Karena sepertinya hubungan kita ini mulai tercium oleh mereka. Kamu bisa kan meyakinkan Fika, karena aku yakin jika nanti dia akan menanyakan hal ini pada kamu," ucap Hasan yang tak bisa menyembunyikan kelakalutan hatinya."Tenang saja Om. Pokoknya aku ini bisa dipercaya kok. Buktinya selama satu bulan ini kita menjalin hubungan, tak ada yang tahu bukan? Om sih kemarin terlalu menggebu padahal lagi di rumah loh. Akhirnya jadi seperti ini deh. Tapi nggak masalah sih. Aku bisa menghandle semuanya kok," jawab Nesya dengan entengnya.Hasan tersenyum kecut sendiri. Saat berada di rumah kemarin, dia memang tak bisa membendung hasrat dengan Nesya. Apa Lagi malam ikut Dewi pun tak mau melayaninya hanya karena sedikit perbedaan pendapat tentang Lio.Alhasil, Hasan pun datang ke sugar baby-nya yang saat itu selal
Read more
Bab 80
Bab 80Pov AuthorMeski telah mengetahui skandal terbaru sang suami dengan Nesya, gadis muda sahabat Fika itu, nyatanya malam ini pun Dewi bisa tidur dengan nyenyak. Sesaat di awal tentu dia merasa sangat syok karena sang suami kembali berkhianat. Kesempatan Kedua yang diberikan nyatanya tak digunakan dengan baik. Namun, kemudian Dewi bisa berpikir dengan jernih ketika mengingat Fika dan melihat Lio. Akal sehatnya pun mulai bisa diajak untuk berkompromi saat ini, dan demi masa depan dua buah hatinya, kini dia ingin bangkit."Bi, aku nitip Lio dulu ya. Jika nanti dia rewel atau ada apa gitu. Langsung saja telepon ya. Mungkin nanti aku agak lama sedikit di luar," ucap Dewi siang itu ketika akan berangkat keluar."Tentu Nyonya. Saya pastikan Den Lio tak akan rewel. Tapi Nyonya pun harus berhati-hati ya," jawab Bi Nur yang tahu apa yang sedang dirasakan oleh majikannya itu.Dewi pun hanya mengangguk dan tersenyum, setelah kembali menciumi Lio, wanita berpenampilan kalem itu pun segera be
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status