Semua Bab Wanita Hamil itu Maduku: Bab 41 - Bab 50
98 Bab
Bab 41. Menahan Diri
Melihat Marvin, ingin rasanya Adam memberi pelajaran kepada laki-laki yang merupakan atasan dari Hana itu. Tapi, dia juga tahu waktu. Saat ini Abah Hasan dalam kondisi kritis dan istrinya sedang syok. Jadi, Adam lebih memilih menenangkan Hana daripada mencari ribut. "Kondisi Abah gimana, Mas? Apa Mas Adam sudah bertemu dengan dokter yang merawat Abah?" tanya Hana yang sudah jauh lebih tenang. "Sudah. Kata dokter, Abah mengalami pendarahan di otak akibat benturan yang keras. Kita berdoa saja semoga Abah segera melewati masa kritisnya, ya, Sayang," jawab Adam dengan mencium kening Hana. Adam sengaja melakukan itu agar dilihat oleh Marvin yang tak kunjung pergi. Dia ingin Marvin sadar jika Hana itu adalah miliknya. Dia adalah suami Hana yang sah. "Ya Allah. Kenapa bisa begini, Mas? Memangnya Abah kecelakaan gimana, Mas?" Hana kembali lagi tak kuasa menahan air mata. "Menurut penuturan Pak RT, Abah ditabrak orang tak dikenal ketika Abah hendak pulang dari beli bahan bakar motor, Han.
Baca selengkapnya
Bab 42. Terjadi Lagi
Hana menatap mata laki-laki yang sudah menemaninya beberapa tahun itu. Ternyata menikah itu memang tidaklah mudah. Jelas-jelas Adam sendiri yang sudah mengkhianati dirinya. Tapi kini, dirinya malah dipojokkan dengan tuduhan-tuduhan Adam yang tidak mendasar. "Apa aku salah cemburu dengan istriku sendiri? Dia sudah jelas menyukaimu, Han! Bahkan dia pernah memintaku untuk melepasmu. Salahkah aku?" kata Adam tanpa bersalah sedikitpun. Hana tertawa kecil. Dia tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut suaminya. Hana memilih duduk bersandar di kursi sembari menunggu dokter selesai menangani abahnya. "Han! Kamu dengar aku tidak? Jauhi dia, Han!" pinta Adam lagi. "Kamu serius bicara seperti itu, Mas? Apa Mas Adam gak sadar dengan perbuatan Mas Adam sendiri?" timpal Hana yang berusaha menahan emosi. "Maksud kamu apa, Han?" tanya Adam. Laki-laki itu ikut duduk di samping Hana. "Sudahlah, Mas, aku capek! Yang penting buatku saat ini adalah kesembuhan Abah. Tolong mengertilah!" kata Hana l
Baca selengkapnya
Bab 43. Sadar
Hana tertawa kecil. Pertanyaan macam apa yang diajukan oleh Adam kali ini? Tak sadarkah Adam jika situasinya saat ini tidak tepat?"Jawab aku, Han! Kamu bahagia bersamaku?" Pertanyaan yang sama diulangi oleh Adam. "Kamu mau tahu jawabannya? Beneran mau tahu, Mas?" tanya Hana sebelum menjawabnya. "Iya, aku mau tahu." Tatapan mata Adam tak pernah lepas memandang Hana. "Iya aku bahagia. Tapi —" Hana sengaja menggantung kalimatnya. "Tapi apa, Han? Katakan saja tidak usah takut." Sangat percaya diri sekali Adam berucap. Sikapnya membuat Hana semakin sakit. Ternyata suaminya tidak sadar secara penuh kalau sudah sangat menyakiti hati Hana. "Aku memang bahagia hidup bersamamu. Tapi, sebelum Alya masuk dalam rumah tangga kita. Dengan singkat, kamu menghancurkan semuanya, Mas! Kamu gak sadar itu?" ucap Hana setenang mungkin. "Aku, kan, sudah katakan alasannya ke kamu, Han! Tolong mengertilah!" Adam tetap kekeuh kalau dia hanya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Alya. "Kamu benar-ben
Baca selengkapnya
Bab 44. Histeris
Adam sangat bingung hendak menjelaskan bagaimana. Dia sendiri sebenarnya tidak tahu pasti kejadiannya benar terjadi atau tidak. Hanya berbekal pengakuan Alya dan juga foto-foto mereka yang tanpa busana. "Adam juga kurang yakin, Bah. Tapi, saat itu Adam —" Malu rasanya jika harus menceritakan kalau dia menyentuh miras kembali karena depresi kehilangan anaknya. "Tapi, apa, Dam? Ceritakan semua saja. Abah gak akan marah karena itu semua sudah terjadi," ucap Abah Hasan. Ada beberapa ganjalan di hati Abah Hasan. Beberapa hari ini, Beliau selalu saja mimpi buruk. Hal itu pula yang membuat pikiran Abah Hasan tidak fokus dan terjadi kecelakaan. "Jujur saja, Dam. Beberapa hari ini, Abah mimpi buruk tentang kalian semua. Abah melihat Hana tengah kesakitan dan Alya tertawa tanpa mempedulikan kondisi Hana. Abah tak melihatmu. Kamu tidak ada di sana dan meninggalkan Hana sendirian. Abah takut kamu membuang Hana begitu saja. Umur Abah tinggal sebentar lagi. Siapa yang akan menjaganya jika Abah
Baca selengkapnya
Bab 45. Kembali Ke Rumah
Saat Hana tersadar, dia sudah berada di rumah Abah Hasan dan tengah berbaring di dalam kamarnya. Suara orang-orang mengaji terdengar begitu jelas di telinga. "Gak! Aku pasti mimpi. Ini gak mungkin nyata! Abah gak mungkin ninggalin Hana sendirian! Gak! Abah ..." Hana berteriak histeris hingga membuat orang-orang yang ada di ruang tamu terkejut. Adam pun juga sama terkejutnya. Dia langsung berdiri dan lari menghampiri istrinya di dalam kamar.Saat Hana akan keluar dari kamar, dia menubruk Adam yang secara bersamaan hendak masuk ke dalam. "Minggir, Mas! Aku mau ketemu Abah," kata Hana sambil berusaha melewati Adam. Dipeluknya sang istri yang semakin histeris. "Hana, kamu yang sabar. Kamu harus ikhlas melepas kepergian Abah," ucap Adam lirih. "Ngomong apa, sih, kamu, Mas? Jangan ngawur! Abah itu masih hidup. Tadi saja Abah panggil nama Hana kok," sangkal Hana. Adam tak mengira jika kepergian Abah Hasan akan membuat Hana seperti dulu lagi. Seperti saat kehilangan anak mereka. Tanpa
Baca selengkapnya
Bab 46. Ada Apa Ini?
Hana menyadari ada hal yang terjadi selama dia dan Adam pergi. Wajah Bi Imah terlihat ketakutan ketika melihat Alya yang tiba-tiba muncul. Hana pun turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya suami dan juga madunya masuk terlebih dahulu. Namun langkah Hana terhenti ketika melihat Bi Imah kembali ke luar. "Bi, apa semua baik-baik saja?" tanya Hana dengan berbisik. Bi Imah terlihat menggeleng sedikit agak ragu. "Apa Bibi diancam? Bibi terlihat ketakutan," sambung Hana lagi. "Itu, Bu, Mbak Alya —""BI IMAH, KEMARI!" teriak Adam dengan nada bicara seperti sedang marah. Hana dan Bi Imah pun terkejut dan saling berpandangan. Tak lama kemudian mereka masuk dan menyusul Adam serta Alya di ruang tamu. Terlihat hanya ada Adam dan Alya. Kemungkinan Keenan sudah dibawa masuk ke dalam kamar karena memang tadi sudah mengantuk. "Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Bi Imah dengan kedua tangan bertautan di depan perut. "Apa benar Bibi selama saya dan Hana ti
Baca selengkapnya
Bab 47. Pengakuan
Hana semakin yakin ada sesuatu yang terjadi selama dia dan Adam tidak ada di rumah. Namun, untuk membuat Bi Imah buka mulut juga cukup sulit karena diancam oleh Alya. "Bu, saya permisi ke belakang dulu!" ucap Bi Imah menunduk. Dia tak berani menatap Hana maupun Alya. Hana pun membiarkan Bi Imah pergi. Sementara itu, Alya dan Hana saling menatap. Keduanya menatap dengan emosi. "Apa yang sudah kamu lakukan sama Bi Imah, Al? Bukankah aku pergi kita masih baik-baik saja? Kenapa kamu sekarang seperti ini?" tanya Hana yang merasa bingung dengan kondisi rumahnya setelah dia tinggal. Terlihat Alya tertawa seperti mengejek. "Apa? Baik-baik saja, Mbak? Apa aku gak salah dengar?"Tawa Alya semakin kencang. Dia pun mendorong tubuh Hana hingga mundur beberapa langkah. "Jangan kira aku gak tahu kamu nyuruh Bi Imah melakukan apa, Mbak! Dan aku gak terima itu! Mbak Hana ... Mbak Hana, gak akan aku biarkan kamu dengan mudahnya menghancurkan pernikahanku dengan Mas Adam. Oh iya, aku mau kasih tau
Baca selengkapnya
Bab 48. Bertemu Romi
Adam bingung harus menjawab apa. Kepalanya bahkan terasa pusing karena pertengkaran keduanya. Ternyata memang punya istri lebih dari satu itu tidak enak. "Gimana, Mas? Kok diam saja, jawab dong!" desak Alya yang mulai tak sabaran menunggu Adam bicara. "Sudahlah, Al, jangan paksa begini. Biarkan aku dan Hana istirahat dulu. Kami baru saja pulang dari perjalanan jauh. Dan kamu, kenapa kamu tidak mengucapkan belasungkawa pada Hana tapi malah ngajak ribut?" sungut Adam yang lama-kelamaan juga kesal dengan Alya. Bukannya mengikuti ucapan Adam, Alya mencebik lalu meninggalkan mereka berdua di sana. Hana tertawa kecil melihat tingkah Alya ini. "Lihat tingkah istri mudamu itu, Mas. Sangat tidak sopan! Jika memang punya dua istri sangat menyulitkan untukmu, maka lepaskan salah satunya. Dan satu lagi, Mas, segera lakukan tes DNA agar kita bisa tahu siapa ayah biologis dari Keenan."Sama halnya dengan Alya, Hana meninggalkan Adam yang terpaku sendirian di rumah keluarga. Kepalanya mendadak p
Baca selengkapnya
Bab 49. Usul Romi
"Apa? Dan kamu menyetujuinya?" tanya Romi yang saat itu terkejut dengan pengakuan Adam. Terlihat Adam mengangguk, kemudian menunduk. Pikirannya saat ini benar-benar sangat kacau. "Tapi, aku tak tahu harus ke rumah sakit mana, Rom. Aku lakukan ini agar Hana percaya kalau Keenan itu anakku dan agar Alya tidak selalu merasa dipojokkan. Apa aku salah?" ucap Adam lagi sambil menatap mata Romi. "Tidak, Dam. Kamu tidak salah. Aku paham sekali maksudmu itu. Kalau kamu tidak keberatan, bawa saja anakmu itu ke rumah sakit Citra Raya. Di sana ada sepupuku juga yang kerja jadi dokter. Nanti aku coba bantu kamu lewat sepupuku itu. Gimana?" usul Romi yang mencoba mencarikan solusi untuk Adam. Adam terlihat berpikir soal usulan Romi itu. Dia masih ragu untuk menerima usulan Romi itu dan itu disadari oleh Romi. Dengan susah payah, Romi berusaha untuk membujuk Adam agar mau melakukan tes DNA di sana. "Jadi gimana, Dam? Kalau kamu mau, nanti biar aku yang urus semuanya. Kamu tinggal datang saja de
Baca selengkapnya
Bab 50. Perdebatan
Tubuh Alya mulai keluar keringat dingin. Yang awalnya dia yakin semua akan berjalan lancar, ternyata di luar dugaannya. Romi sama sekali tidak merespon pesannya. Padahal posisi Alya dan Adam sudah ada di parkiran rumah sakit. "Kamu kenapa, Al? Kok seperti cemas? Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Adam yang sadar akan sikap istri keduanya itu. "Oh, eng—gak ada apa-apa kok, Mas. Tolong gendong Keenan dulu, ya, Mas! Aku mau ke kamar mandi sebentar," jawab Alya agak terbata. Tanpa menunggu jawaban dari Adam, Alya langsung lari. Dia sebenarnya bukan mau ke kamar mandi, tapi dia mencari Romi. Kondisinya bingung saat itu. Tapi, kakinya tetap melangkah mencari walau tak tahu kemana. "Kamu dimana, sih, Sayang?" gerutu Alya sambil terus menyusuri rumah sakit bagian depan. Agak lama Alya mencari Romi. Tapi nyatanya pencariannya nihil. Dia sama sekali tidak menemukan Romi. Bahkan, telepon darinya pun tak diangkat oleh Romi. Alya makin panik. Dia melihat Adam dan Keenan sudah memasuki rum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status