Semua Bab Wanita Hamil itu Maduku: Bab 31 - Bab 40
98 Bab
Bab 31. Benarkah Itu?
Hana benar-benar terkejut ketika dia menyenggol pot bunga. Dengan cepat dia pergi dari tempatnya berdiri karena takut ketahuan oleh Alya. Hana segera pergi ke kamarnya dan beruntung dia tidak ketahuan oleh Alya. "Alhamdulillah aku gak ketahuan. Tapi, ucapan mereka tadi apa maksudnya? Kenapa Alya dan laki-laki itu bicara begitu? Apa jangan-jangan —?" Pikiran Hana langsung mengarah ke Keenan yang diakui sebagai anak suaminya bersama dengan Alya. "Ya Allah, Mas Adam! Kalau memang benar kata mereka, berarti Mas Adam bukan ayah dari anak itu. Dan berarti Alya berbohong? Benarkah itu? Aku harus selidiki ini. Harus! Jika memang benar begitu, aku gak boleh tinggal diam! Aku harus membuktikan kepada Mas Adam kalau dia dibohongi dan dijebak oleh Alya. Ya, aku harus bertahan di rumah ini!"Tekat besar dalam diri Hana membuatnya kini lebih mantap untuk tinggal lebih lama di sana. Dia ingin sekali mengungkap kebenaran soal ayah kandung Keenan. Setelah hatinya sudah tenang, Hana kembali lagi be
Baca selengkapnya
Bab 32. Kecewa
Hana menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak melakukan perbuatan itu. "Tidak, Mas, bukan aku. Buat apa aku melakukan itu kepada bayi kecil yang tak berdosa? Jangankan mencubit, Hana hendak menyentuh Keenan saja tidak boleh sama Alya," sanggah Hana cepat. "Gak usah ngeles atau beralasan, Mbak! Jelas-jelas ini perbuatan Mbak Hana, kan? Bukankah tadi aku sudah peringatkan Mbak Hana untuk tidak masuk ke sini? Kenapa Mbak Hana nekat? Pasti karena ingin melakukan ini, kan? Iya, kan?" Alya terus saja mengintimidasi Hana tanpa ampun. "Gak, Mas! Bohong itu, Mas. Aku hanya —""Sudah ... Sudah! Aku pusing mendengar kalian berdebat! Alya, cepat tenangkan Keenan dulu. Hana, kamu bisa keluar dari kamar ini, kan?" potong Adam sebelum Hana selesai bicara. "Aku kecewa sama kamu, Mas!" ucap Hana sebelum meninggalkan kamar Alya. Tentu saja Alya puas dan bisa tersenyum senang, walaupun dia harus mengorbankan bayi kecilnya. Ya, sebenarnya Alya sendirilah yang mencubit bayi itu saat Adam
Baca selengkapnya
Bab 33. Akting
Setelah selesai sholat subuh, Abah Hasan berpamitan untuk pulang karena ada hal yang harus Beliau kerjakan. Ayah Tri yang sejatinya akan berangkat bersama dirinya saat subuh tidak jadi karena Ayah Tri semalam setelah selesai mengobrol langsung pulang karena ada satu dan lain hal. "Abah pamit dulu, ya, Nduk. Ingat, yang akur sama Alya." Sebuah nasehat yang sudah pasti terlontar dari mulut Beliau. "Nggih, Bah. Hati-hati, ya, Bah! Kabari Hana kalau sudah sampai," jawab Hana."Adam, jaga dua istrimu baik-baik. Jika memang kamu sudah tidak sanggup dengan keduanya, kembalikan Hana pada Abah." Ucapan yang sangat mengena di hati Adam. Kali ini Adam hanya merespon dengan anggukan. Setelah berpamitan, Abah Hasan diantar oleh Adam ke terminal. Tak ada obrolan yang berarti diantara keduanya karena Adam agak canggung. "Hati-hati, Bah! Terima kasih sudah berkenan datang," ucap Adam ketika Abah Hasan hendak masuk ke dalam bus. "Sama-sama. Abah titip Hana, ya, Dam. Jaga dia dan ingatkan dia jika
Baca selengkapnya
Bab 34. Fitnah Lagi
Hana tertawa kecil dan menertawakan kondisinya ini. Sungguh tidak menyangka jika dia mempunyai madu bermuka dua dan pandai bersilat lidah. Jangankan menggendong Keenan, masuk ke kamar Alya saja tidak. Dia tahu diri setelah Alya melarangnya untuk dekat-dekat dengan Keenan. Dia paham betul rasanya menjadi ibu baru dan ibu muda. "Apa yang harus saya jelaskan untuk hal yang tidak aku lakukan, Mas? Aku sangat menghargai permintaan Alya untuk tidak menggendong Keenan. Aku juga pernah menjadi Ibu, Mas."Adam pun sangat paham sifat Hana. Tentu saja yang dikatakan oleh Hana tidak mungkin bohong. Tapi dia juga tidak mungkin langsung menuduh Alya berbohong. Dia harus memikirkan perasaan kedua istrinya. Jangan sampai mereka berpikir kalau Adam hanya berpihak pada salah satunya. "Iya aku paham. Alya, kenapa kamu begini? Jangan lakukan ini lagi. Kita semua sekarang keluarga. Tolong dengan sangat bantu aku berlayar dalam kapal ini. Jangan sampai kapal ini karam karena sesuatu yang sebenarnya tidak
Baca selengkapnya
Bab 35. Minta Maaf
Setelah kejadian itu, Alya jadi lebih banyak diam dan selalu menghindar ketika bertemu dengan Hana. Tapi itu tak membuat Hana terganggu. Dia semakin enjoy menjalani hari-harinya. Hingga suatu malam, Adam bicara empat mata dengan Alya mengenai hal ini. Karena dia merasa tidak nyaman ketika kedua istrinya tidak saling tegur padahal satu rumah. "Al, boleh aku masuk?" Adam mengintip dari balik pintu sebelum dia masuk."Masuk aja, Mas, ngapain pakai izin segala?" jawab Alya yang tengah memberikan ASI kepada Keenan. Hana mengetahui suaminya masuk ke kamar Alya dan dia sudah terbiasa dengan itu. Tak ingin terlalu penasaran dengan urusan keduanya, Hana memilih duduk di teras sambil menikmati udara malam yang terasa sangat dingin. Lima belas di teras, tiba-tiba Alya menyusulnya dan langsung duduk di sebelah Hana. Tak ada kata apapun yang keluar dari mulutnya. Dia diam seribu bahasa tanpa menatap atau menoleh ke arah Hana. Karena hatinya tengah tenang, Hana pun tidak keberatan jika Alya dud
Baca selengkapnya
Bab 36. Mata-mata
Hana senang bukan main karena sekarang hati Alya mulai melunak. Dia dan Alya sering bergantian menjaga Keenan. Keduanya tampak akur hingga membuat Adam merasa senang. "Alhamdulillah, Ya Allah. Semoga mereka berdua bisa akur seterusnya seperti ini. Aamiin!" Teriring doa dan harapan dari Adam ketika melihat keduanya secara bergantian menjaga Keenan. Tak terasa Adam menitikkan air mata. Air mata bahagia karena Hana dan Alya sudah jarang berselisih paham. Tak ingin kedua istrinya tahu dia menangis, Adam segera menghapusnya dan mulai menghampiri mereka. "Wah seperti lagi asyik, nih! Sampai Mas dilupakan," celetuk Adam dengan gaya bercanda. "Eh, Mas Adam. Iya, ini, Mas, habisnya Keenan lagi lucu-lucunya, Mas. Mas Adam gak ke gudang?" tanya Hana. "Nanti saja, Sayang. Mas masih mau menikmati kebahagiaan ini bersama kalian," jawab Adam sembari tersenyum. "Al, terima kasih karena kamu sudah bisa berubah. Terima kasih juga sudah mengizinkan Hana ikut merawat Keenan. Mas harap kondisi ini a
Baca selengkapnya
Bab 37. Ke Luar Kota
Mata Adam tidak bisa beralih dari Marvin yang sudah naik ke bus. Tempat duduk Marvin tepat berada dibelakang Hana dan tentu saja itu membuat Adam khawatir. [Hati-hati dengan orang yang duduk di belakangmu, Sayang. Ingat itu!] Sebuah pesan di kirim Adam ke ponsel istrinya. Ketika membuka pesan itu, Hana tersenyum dan melihat ke arah Adam. Dia mengangguk pelan sebagai jawaban atas pesan dari Adam. Hana juga melambaikan tangan pada Adam. Jika ditanya apakah Hana tidak khawatir meninggalkan Adam sendirian dengan Alya? Tentu saja tidak. Ada Bi Imah yang sudah siap melaporkan apapun yang terjadi di rumah. "Han, memangnya kamu gak takut pergi jauh?" tanya Luna dengan berbisik. "Takut? Maksudnya takut apa, Lun?" tanya Hana balik dengan menoleh sebentar ke arah Luna. "Kamu gak tahu apa pura-pura gak tahu? Kan, kamu ninggalin suamimu bareng istri keduanya. Mereka jadi bisa punya banyak waktu berduaan, dong, Han. Iya gak?" Alis mata Luna naik-turun dan bibirnya tersenyum lebar. "Lha meman
Baca selengkapnya
Bab 38. Cemburu
Dalam pesannya, Adam marah-marah dan meminta Hana untuk segera pulang padahal Hana baru saja sampai lokasi dan mereka belum melakukan kunjungan. Karena ingin tahu masalah yang sebenarnya, Hana langsung menelepon Adam untuk membicarakan hal ini. "Ass—""Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus pulang! Jika perlu, aku akan menjemputmu!" Belum selesai Hana mengucap salam, Adam sudah mengomel. Hana menghela nafas panjang. Jika diladeni, pasti akan terjadi perang dunia. Dia memilih tak menanggapi ancaman dari Adam itu. "Assalamualaikum, Mas." Hana mengulangi ucapan salamnya. Hening. Adam tak menjawab salam dari Hana. "Menjawab salam dari orang itu wajib hukumnya, lho, Mas," sindir Hana. "Waalaikumsalam," jawab Adam ketus. "Ya Allah, Mas, kamu itu kenapa, sih? Bukannya kemarin Mas sudah mengizinkan? Aku sudah sampai lho, Mas. Dan pagi ini kami serombongan akan berkunjung ke yayasan yang lain. Memangnya ada apa, sih, Mas? Hana benar-benar gak ngerti," ujar Hana panjang lebar. Ya, Hana t
Baca selengkapnya
Bab 39. Kabar Buruk
Hana terlihat menangis. Dia terduduk lemas dengan ponsel masih dia genggam. Ucapan Ibu Tuti membuat tubuh Hana limbung. "Ya Allah, Abah ...." lirih Hana. Air matanya langsung mengalir begitu derasnya. Menyadari ada yang salah dengan Hana, Luna dan Marvin segera menghampirinya. "Han, kamu kenapa?" tanya Luna. Hana menatap Luna dengan mata yang penuh dengan air mata. "Aku harus gimana, Lun? Abah, Lun. Abah!" "Abah? Memangnya Abah kenapa, Han? Bicara jangan setengah-setengah," timpal Luna. Marvin yang tak tahu arah pembicaraan mereka hanya diam sampai semuanya jelas. Jika dilihat dari ekspresi Hana, jelas ada sesuatu buruk yang baru saja dia dengar. "Abah kecelakaan dan sekarang kritis di rumah sakit, Lun. Aku harus bagaimana, Lun? Jarak kota ini dengan kota Abah berkali-kali lipat. Sedangkan di sini juga masih ada acara yang harus kita selesaikan. Aku harus bagaimana, Luna?" Hana sesenggukan karena menahan agar dia tidak menangis dengan kencang. Luna mencoba untuk menenangkan Han
Baca selengkapnya
Bab 40. Kritis
"Ada apa, Bu Hana? Suami kamu marah?" tanya Marvin karena dia mendengar sedikit suara Adam saat berbicara kencang. Hana tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tak usah dipikirkan, Pak. Saat ini fokusku hanya gimana caranya sampai di rumah Abah," kata Hana tanpa menjawab pertanyaan Marvin. Marvin mengangguk dan paham. Dia sudah tak berani bertanya lagi dan memilih fokus melihat ke depan. Perjalanan mereka masih sangatlah jauh. Karena sudah hampir gelap, Marvin menawarkan diri kepada Hana untuk makan terlebih dahulu. "Maaf, Pak, saya tidak lapar," tolak Hana halus. Jangankan untuk makan, minum saja Hana tak mampu menelannya. Hanya ada Abah Hasan dalam pikiran Hana, tak ada yang lain selain itu. Bahkan ketika Adam terus-menerus menghubunginya saja, Hana mengabaikannya. Hana tahu kalau Adam akan mengatakan apa jika dia mengangkatnya. Jadi, biarlah Adam berasumsi dengan pikiran dia sendiri. "Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit, Hana. Kalau kamu sakit, siapa yang akan merawat ayah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status