All Chapters of Istri Bayaran Untuk Bos Galak: Chapter 31 - Chapter 40
77 Chapters
Ribut Besar
Di dalam mobil, Cecil masih merajuk. Gadis itu memilih untuk memalingkan wajah, ketika tak sengaja tatapan keduanya beradu.Devan melirik Cecil, menghembus napas panjang untuk meredam emosinya. Terjebak dalam perseteruan seperti ini, membuat suasana menjadi canggung. Devan merasa tak enak, bila diabaikan terus menerus."Aku minta maaf," ujarnya meminta maaf. Tak merespon, Cecil memilih jurus andalannya, yaitu diam seribu bahasa.Merasa tak ditanggapi, darah Devan kembali mendidih. "Jangan kayak anak kecil dong! Tolong ngertiin aku. Aku juga punya tanggung jawab di kantor."Cecil menatap nyolot! Dia sudah tidak tahan dengan devannya yang kasar. "Kebiasan kamu mana yang gak aku ngertiin? Sibuk kamu mana yang gak aku pahamin? Kejelekan kamu mana yang gak aku maafin? Semua udah aku korbanin, Devan. Kamu memang egois! Maunya dimengerti, tapi gak mau ngertiin balik. Pantas gak, kamu bentak aku di depan anak sekecil Cia? Kamu keterlaluan, Dev! Cia sampai ketakutan loh!"Air mata Cecil akhirn
Read more
Diskotik
Langit yang biru, kini kelabu. Terangnya sang surya tergantikan gemerlap bintang rembulan.Di bawah tekanan alcohol, Cecil kembali menikmati manisnya anggur merah yang dipesan pada seorang barista. Dentuman musik keras juga turut berdisco mengiringi kehancuran Cecilia malam ini.Seteguk, dua teguk minuman durjana itu kembali meluncur di kerongkongan Cecilia. Cecil mulai meracau seiring dengan kesadaran yang menurun."Devan jancok! Bajingan! Keparat. Enyahlah dari hidupku! Aku membencimu!" Cecil menumpahkan semua uneg-unegnya dengan kebar-baran malam ini.Seolah menggila, Cecil justru terlihat sangat menikmati alunan musik dari seorang DJ sexy itu. Padahal, sebelumnya dia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat beginian. Alhasil, tubuh elok Cecilia mulai dikerubungi gadun-gadun kegatelan.Seorang pria berperut buncit dengan wajah berumur, mendekati Cecilia dengan tatapan lapar. Tak lupa, dia menjebak korbannya dengan segelas wine yang sudah dicampur dengan obat perangsang.Pria itu d
Read more
Siapa Yang Salah?
Pagi menjelang. Di bawah selimut langit biru, kicauan burung menggema syahdu, saling bersahut menyambut mentari.Cecil menggeliat di pelukan Devano. Gadis itu mengerang kecil, merasakan rasa sakit pada tangan dan kaki. Perlahan, Cecil membuka mata. Mengerjap beberapa kali, sambil merentangkan tangannya.Sayangnya, semakin bergerak, dirinya semakin kesakitan. Seutas tali yang melilit di tubuhnya, membuat kulit Cecil memerah."Devano." ujar Cecil pelan.Gadis itu terkejut bukan main, melihat Devano tertidur nyenyak di sebelahnya. Cecil juga melihat ke bawah, melihat pakaiannya sudah berganti, pikiran negatif memenuhi otaknya. "Jangan-jangan ..."Cecil menggeleng lemas. Tidak mungkin Devan sejahat itu. Tapi kenapa pakaiannya bisa berganti? Apalagi, dengan ikatan tali seperti ini.Cecil berteriak histeris. "Bajingan! Jahat, keparat! Devan!"Teriakan Cecil membuat Devan terjaga. Lelaki itu menatap bingung pada Cecilia yang kini tengah menangis histeris. "Ada apa?" tanyanya dengan suara se
Read more
Hukuman Kecil
Baskara bertahta di puncak peraduan. Awan-awan berselimut pun mengitari cakrawala yang cerah. Cecil dan Devan sepakat memutuskan pulang karena Utari sangat cemas. Bahkan, wanita itu terus menghubungi sang putra berkali-kali, meski sudah dibilang jika Cecil baik-baik saja, tapi tetap saja tidak akan percaya, jika gadis itu belum berada di rumah."Sudah siap semua, kan? Mama sudah menunggu." Sambil melirik Cecil yang masih terdiam di tempat. Terlalu malas walau hanya menjawab pertanyaan sesimple itu.Cecil hanya mengacungkan kedua jempolnya, mengangguk lemah menatap Devan.Devan mendekat pada Cecil, duduk di samping gadis itu, sambil merangkulkan tangan di pundaknya. "Kenapa diam saja? Mogok bicara? Aku ada salah apa lagi?"Tak ingin menjawab, Cecil bergerak gelisah. Berusaha menjauhkan tangan Devan dari bahunya. Detik berikutnya, makian keluar dari mulut gadis itu. "Banyak! Kamu sesat! Aku membencimu, Devan!"Bayangan Devan yang melumat rakus bibir Cecil beberapa jam lalu, masih terngi
Read more
Sugar Daddy
Suasana semakin panas. Kesunyian kembali melanda dan yang tercipta hanya kesabaran Utari yang menuntut penjelasan.Dentingan jarum jam, yang berporos mengeliling angka yang tertera, memecah sepi yang tercipta.Di dalam bekapan Devan, Cecil meraung ingin dilepas. Menarik tangan itu, sekuat tenanga, tapi sayangnya Devan terlalu kuat."Ada apa ini? Kenapa kamu bekap Cecil seperti itu, Dev?" Utari memandang heran pada Devan dan Cecil. Terlihat, Cecil ingin berontak, tapi tidak bisa.Tak ingin membuat Utari semakin bertanya-tanya, Devan mendekatkan tubuhnya dengan Cecil, membisikkan kalimat-kalimat yang membuat gadis itu bergidik ngeri. "Jangan bicara macam-macam, sama Mama. Masih mau bekerja, kan? Kalau kamu aduin semua, Mama akan membuatmu seperti hidup di sangkar emas. Penuh dengan kemewahan, tapi tidak bisa terbang bebas ke manapun yang kamu mau."Setelah mengancam Cecilia seperti itu, Devan melepaskan Cecilia. Membiarkan gadis itu menjelaskan sendiri.Cecil kebingungan, mencari alasan
Read more
Rayuan Maut
Dengan tawa yang cukup nyaring, Devan meremehkan kejujuran Cecil. Menatap gadis itu lekat-lekat."Sopir, kamu bilang? Gak usah beralibi! Jangan bela gadunmu di depanku! Aku sangat muak!" Sekali lagi, Devan menatap pria bangsat itu. Seketika, darahnya kembali mendidih. Dia tidak habis pikir, bagaimana mungkin, Cecil bisa tertarik dengan lelaki sepertinya? Pelet apa yang sudah diberinya pada Cecil?Hampir, Devan hampir melayangkan tinjunya lagi. Namun dengan cepat, Cecil berdiri menantang. Memasang badan di depan lelaki tak berdaya itu. Ya, Cecil merasa bersalah, sudah melibatkannya dalam permusuhan bersama Devan. Tapi niatnya tadi tidak seperti ini, tidak tahunya, Devan malah seperti orang kesetanan.Cecil menunjuk Devan. Kilatan marah di ekor matanya, membuat dia tak bisa menahan diri lagi. "Jangan sentuh dia sedikit pun! Masalahmu sama aku, bukan sama bapak ini. Dia cuman laki-laki yang ingin bertanggung jawab dengan anak istrinya. Mencari sesuap nasi dengan menjadi sopir online. C
Read more
Mantan VS Masa Depan
Semilir angin segar menjuntai-juntai. Bertiup mesra pada helaian legam panjang yang berterbangan diterpa udara. Terlihat Cecilia semakin masuk dalam pelataran yang megah mentereng.Ekor matanya bertubrukan dengan seseorang nan jauh di sana. Ya, pandangan Cecil dan Dela saling beradu. Meski Dela melayangkan tatapan ketidak sukaan, tapi Cecil tampak tak acuh dan lebih memilih untuk terus berjalan.Sementara Devan yang berjalan dibelakang Cecil, diam-diam mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu. Menggandeng tangan Cecil, dan tak mempedulikan keberadaan Dela di sana."Van." Tegur Dela saat keduanya tiba di hadapan Dela.Dengan malas, Devan menanggapi panggilan itu. "Ada apa lagi sih? Urusan kita udah selesai! Jangan cari aku lagi."Diam-diam, Cecil memerhatikan pertikaian itu. Tapi dia tidak berani ikut campur, karena ini memang bukan rananya untuk berbicara.Dela terdiam, melirik Cecil sejenak, lalu kembali bersua, "Dia siapa?" Ujung matanya menelisik dari atas sampai bawah. Cukup cant
Read more
Jalangmu!
Suasana mendadak sunyi. Sepeninggal Cecil, hanya ada Devan yang berada di ruang itu. Denting jam yang mengitari poros, terdengar cukup nyaring.Teringat suatu hal, Devan memutuskan untuk menyusul Cecil ke dalam, membahas penukaran yang akan dilaksanakan tepat jam 8 pagi di rumah ini.Di sisi lain, Cecil yang memainkan ponselnya dengan berselonjor kaki di atas kasur, mendengus kesal kala suara ketukan pintu yang tak santai mengganggu waktu istirahatnya.Sudah bisa ditebak, itu pasti Devan, karena Utari tidak akan se-kasar dan se-berutal itu ketika hendak masuk kamarnya."Sebentar! Jangan berisik!" teriak gadis itu memutar bola matanya.Langkah kakinya dipijakkan pada lantai dengan gontai. Tanpa alas yang nyaman, gadis itu sedikit berjingkat merahan hawa dingin yang mulai menjalar dari ubin marmer megah di kediaman Nicolas.Cecil memutar kunci, membuka kenop pintu dengan ekspresi yang datar. Benar dugaannya. Ternyata Devan yang berdiri gagah di ambang pintu dengan satu tangan dimasukkan
Read more
Selamat Tinggal Dunia
Sedikit demi sedikit, gunting dengan Permukaan tajam itu mulai menggores nadi Cecilia. Menimbulkan bekas kemerahan di tangan mulusnya. Cecilia mulai memejamkan mata, dia tak sanggup jika melihat darah yang nantinya akan mengalir deras dari titik kehidupannya."Maaf, Ibu," monolognya dengan lirih dan parau.Tiba-tiba saja, pintu diketuk dengan lembut. Cecil terhenyak gelagapan. Buru-buru gadis itu membuang guntingnya dan menarik sweeter dari gantungan lalu memakainya untuk menyembunyikan bekas kemerahan di tangannya.Gadis itu bergerak gelisah, seiring dengan ketukan yang semakin keras. Dia yakin jika itu adalah Utari."Cecil, buka Nak. Ada yang mau Mama bicarakan!" teriak Utari dari luar Karena tak kunjung mendapat sambutan dari Cecilia."Sebentar, Ma," sahut Cecil dari dalam. Gadis itu beranjak dari tempatnya, lalu berjalan ke arah pintu dan menyambut Utari dengan senyuman."Masuk, Ma. Kita bicara di dalam saja." Cecil membuka pintunya lebar-lebar. Setelah memastikan calon mertuanya
Read more
Ada Apa Dengan Zaki?
Cecilia menepati ucapannya. Gadis itu tetap tidak keluar kamar meski jam makan malam sudah lewat. Dengan setia, Cecil menunggu makanannya datang diantar si Mbok di rumah ini.Cecil memegangi perutnya yang keroncongan. Tak hentinya gadis itu terkekeh mendengar perutnya berirama. "Kamu sudah lapar ya? Ah, manja sekali." Terdengar suara ketukan pintu yang dinanti-nanti sejak tadi. Cecil melompat kegirangan sambil berjalan membuka pintunya.Cecil tersenyum bahagia mendapati sepiring nasi goreng cumi dan tumpukan telor ceplok dan nugget goreng di atas nampan. Jeruk panas dengan uap yang masih mengepul juga terlihat sangat menggoda."Makan malamnya, Non. Nasi goreng special dengan lauk kesukaan Non Cecil."Cecil menerima nampan itu dengan tangan terbuka. "Terima kasih, Mbok Asih. Pasti nikmat sekali."Mbok Asih tersenyum tulus, lantas pamit keluar untuk membereskan sisa makanan di meja makan. Nanti dia akan kembali lagi, untuk mengambil piring makan Cecil. "Syukurlah, kalau Non suka dengan
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status