Semua Bab Si Gendut Penakluk Bos : Bab 101 - Bab 110
118 Bab
Masalah Yang Lainnya
Sudah lebih dari satu jam Bramantyo duduk termenung di teras rumahnya. Posisi dan pandangan mata pria itu masih sama seperti awal ia duduk di tempat tersebut.Tidak ada satupun orang yang mengusik Bramantyo sehingga pria itu semakin larut dengan pikirannya. Teguran tetangga yang lewat, tatapan-tatapan mata heran yang melayang melalui pintu pagar yang terbuka lebar sama sekali tidak Bramantyo gubris karena dia sibuk dengan pikirannya sendiri.Mungkin Bramantyo akan bertahan di teras depan beberapa jam lagi andai tidak ada yang mengganggunya. Tapi, pria itu tidak bisa lagi tenggelam dalam prestasinya lebih lama karena kedatangan orang yang jelas-jelas akan membawakannya masalah yang lain.Di saat Bramantyo masih larut dengan lamunannya, di bagian luar rumahnya telah berhenti sebuah mobil berwarna hitam dan dengan tergesa-gesa sang Adik, Candrawati atau yang akrab dipanggil dengan nama Wati."Kak Bram!" panggil Wati keras dengan setengah berlari memasuki gerbang rumah cepat dan seruannya
Baca selengkapnya
Main Api
Bramantyo mengerutkan alisnya dalam diam tapi wajahnya jelas mengarah ke arah Wati yang tengah menyetir cukup ngebut itu.Terus terang saja Bramantyo juga sama penasarannya tapi lebih memilih menutup mulut dan membiarkan Reni saja yang memulai percakapan.Nyatanya, Wati tidak langsung menjawab pertanyaan dari ibu kandungnya itu. Dia malah memilih diam dengan pandangan mata terpaku pada kepadatan jalan raya.Wati bukan hanya berkonsentrasi mengemudi tapi dia juga bingung harus memulai dari mana pembicaraan yang sangat penting ini."Ck!" decak Reni tidak sabaran karena sang Anak yang hanya membisu, "kalau Kamu nggak mau ngomong sekarang lebih baik Kamu antar Mama pulang! Mama ini sibuk, mau siap-siap masak buat lauk untuk jenguk Papamu besok!" sergah Reni menyambung kalimatnya diiringi dengan dengusan dingin.Kalimat terakhir tadi juga sengaja Reni tekankan sebagai kode secara tidak langsung kepada anak-anaknya. Selama ini baik Bramantyo maupun Wati jarang sekali mengunjungi Benny di pe
Baca selengkapnya
TKP (Tempat Kejadian Perselingkuhan)
Insting seorang istri tentang suaminya biasanya selalu tepat, ini pepatah lama yang selalu dikatakan oleh orang-orang di luar sana. Dulu, Wati merasa kalimat itu biasa saja tapi kini ia justru merasa ada benarnya.Wati merasakan sendiri jika Bayu-nya berubah. Berubah dalam artian cenderung ke arah negatif. Hal ini bukan sekedar pemikiran sepihak saja tapi sungguh Wati rasakan.Bukan Wati tidak setuju dengan kata-kata Reni tapi ia bahkan telah memikirkannya selama beberapa hari belakangan dan menemukan beberapa bukti konkret mengenai kecurigaannya ini."Ini bukan cuma dugaan, Ma! Wati juga nggak asal nuduh … Mas Bayu beneran selingkuh, Ma … Aku tahu, Aku bisa rasa …," ucap Wati mendebat sang Ibunda dengan terbata dan mata yang mulai memanas. Wati juga mencengkeram lebih erat setir mobil sebagai pelampiasan rasa.Bramantyo yang tadinya hanya ingin diam saja tanpa banyak bicara atau melakukan apapun hingga sampai ke tempat tujuan akhirnya membatalkan niatnya itu.Sederhana saja alasan Br
Baca selengkapnya
Karma?
Kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir Wati mampu membuat ketegangan menggantung di dalam mobil selama beberapa puluh detik.Rini yang biasanya cerewet dan tadinya membela Bayu tidak mampu berkata apapun karena sibuk mencerna kata-kata Wati. Rini juga tidak mampu menampik jika ada keyakinan yang sangat kuat pada diri sang Anak yang kini tengah menangis itu.Oleh Bramantyo, pria ini juga sama diamnya seperti Reni. Sirna sudah keraguan yang sempat ada dalam diri Bramantyo, sekarang ia yakin akan kebenaran insting Wati.Sebagai mantan pelaku yang pernah bermain api di belakang istri sah, Bramantyo langsung yakin jika kecurigaan kecurigaan Wati benar adanya.Bramantyo kini seribu persen yakin jika Bayu benar-benar menghianati Wati sebab kebohongan-kebohongan dan cara bermain klise sudah ia lakukan setahun belakangan bersama Hera.Seperti halnya yang dilakukan oleh Bayu, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak kebohongan yang dilakukan oleh Bramantyo terhadap Falisha hanya demi memul
Baca selengkapnya
Biang Pelakor
Wati ingin menampik tapi kenyataan menampar terlampau kuat di depan mata. Wati rasanya tidak mau mengakui kebohongan kebohongan yang dilakukan Bayu tapi bukti demi bukti yang ia dapatkan mematahkan kembali semuanya. Lagi, kembali kali ini Wati mendapatkan bukti yang sangat kuat akan kebohongan Bayu. Izin pamit berangkat ke luar kota untuk urusan pekerjaan merupakan rentetan dari kebohongan Bayu yang lain. Kenyataan sebenarnya di tutupi, pekerjaan hanya menjadi kamuflase karena seyogyanya dia melakukan hal yang jauh berbeda dari urusan yang katanya pekerjaan itu. Tidak satupun dari mereka yang merupakan keluarga inti Satya ini yang tidak mengetahui jika area villa Sewindu ini biasanya dipakai untuk sarana rekreasi menginap. Rasanya sedikit tidak masuk di akal jika bertemu dengan investor dan membicarakan pekerjaan di tempat tersebut kecuali memiliki tujuan lain. Alih-alih kesedihan menguasai karena kebohongan yang lagi-lagi dilakukan oleh Bayu, kemarahan yang berkobar dalam diri Wa
Baca selengkapnya
Hukum Sebab Akibat
Bagaimana tidak wajah Bramantyo dan Wati tidak memucat, pasalnya suara percakapan di arah belakang villa sana.Suara tawa cukup keras diikuti dengan kalimat-kalimat manja yang terlontar membuat satu nama yang muncul di dalam pikiran kakak beradik tersebut.Karena apa yang baru saja mereka dengar itu juga, reaksi berikutnya yang datang dari Bramantyo adalah tertegun sejenak dan cengkramannya mengendur.Hal inilah yang segera di manfaatkan oleh Wati. Di detik berikutnya, Wati menyentak kuat tangannya hingga terlepas dari sang Kakak dan ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Bramantyo begitu saja.Wati melangkah dan terus melangkah tanpa lagi peduli apapun termasuk keberadaan Bramantyo atau Reni yang menyusulnya. Wati hanya ingin mencari Bayu dan suara pria itu semakin jelas terdengar dan tentu saja mengiris hatinya.“Makasih ya, Kak! Kakak yang terbaik!”“Sama-sama, Sayang … servis Kamu juga yang te
Baca selengkapnya
Pembelaan
Tidak ada yang tidak terkejut akan apa yang baru saja berlangsung.Bramantyo juga Wati yang sudah terkaget-kaget karena perselingkuhan di depan mata jelas kian terkejut akan tindakan ibunya yang tiba-tiba dan tidak direncanakan. Demikian pula dengan Bayu dan Hera yang tidak menyangka bahwa aksi mereka akan diketahui secepat ini.Semuanya terjadi begitu cepat. Belum keempat orang ini sempat merespon apapun karena masih diliputi keterkejutan, Reni sudah lebih dulu menerjang maju membabi buta dirundung amarahnya.“Sundal jahanam!”Reni sama sekali tidak memedulikan kalimat sangat kasar yang terlontar dari bibirnya yang telah berusia lebih dari setengah abad itu. Bagi wanita paruh baya ini, yang terpenting hanyalah mengeluarkan semua amarah yang ada dalam dirinya sekarang.Untuk seorang Reni Satya, masalah Benny yang masih mendekam di penjara, memikirkan kondisi Bramantyo yang luntang lantung tanpa pekerjaan sudah membuat kadar stressnya meningkat drastis belakangan ini.Sekarang, putri b
Baca selengkapnya
Lagi-lagi Hera
Sumpah demi apapun, Bramantyo sungguh merasa sedang dejavu sekarang. Segala sesuatu yang pernah ia lakukan sekarang berulang tepat di depan mata meski bukan dia pelakon utamanya kali ini.Sudah sedari tadi ingatan Bramantyo terlempar ke memori beberapa waktu lalu. Seperti yang terjadi saat ini, di masa lalu dia juga melakukan hal yang sama dengan apa yang Bayu lakukan.Pembelaan terhadap Hera. Lagi-lagi untuk seorang Hera dan Bramantyo seperti sedang menonton reka ulang adegan tapi dari sudut pandang yang berbeda.Tersentil nurani Bramantyo detik itu juga, dia bisa merasakan kemarahan dari berbagai pihak atas apa yang tengah terjadi termasuk amarah yang dulu pernah ia lihat dari Falisha.Melihat Wati, merasakan kesakitan sebagai orang terdekat adiknya, membuat Bramantyo paham apa yang dirasakan Falisha tempo itu.Namun, meski amarah berbalut rasa bersalah kini menyerang Bramantyo tapi pria itu justru berdiam diri di tempatnya tanpa melakukan apapun.Benar-benar hanya berdiam melihat p
Baca selengkapnya
Keinginan Falisha
“Tidak! Tidak! Kamu tidak boleh pergi Bayu, masalah ini belum selesai!” pekik Reni mendominasi setelah mengatasi keterkejutannya atas pengakuan Bayu barusan.Bayu hanya melirik dingin ke arah Reni, tidak berniat berhenti sejenak pun untuk meladeni meski sang Mertua melarangnya pergi karena memang tidak lagi peduli. Perkataan Reni itu justru membuat Bayu mempercepat langkah, pria ini sudah muak dengan segala drama di kehidupannya.Tidak terima Bayu pergi begitu saja, atas dasar mencari keadilan untuk putri kesayangannya, Reni pun melangkah maju untuk mengejar Bayu dan Hera.Emosi yang menguasai Reni menyebabkan wanita paruh baya itu tidak awas dengan sekeliling terutama pijakannya saat ini.Baru dua langkah yang Reni lakukan, genangan air kolam sudah membuatnya tergelincir jatuh. Tidak hanya jatuh biasa, dengan keras kepala bagian belakang Reni menghantam lantai basah tersebut.Bruk!“Ma!”Bramantyo yang sedari
Baca selengkapnya
Permintaan Maaf
"Ma … Pa …," tegur Falisha lembut menyapa kedua orang tuanya.Falisha juga tahu jika Miranda dan Teddy telah menyadari kedatangannya sejak awal tapi bukankah kewajibannya sebagai anak kalau sudah seharusnya dialah yang menjadi pihak yang menyapa lebih dulu terlepas dari apa yang pernah terjadi antara mereka sebelum ini.Miranda menjadi yang menoleh pertama daripada Teddy, posisinya masih setia begitu dekat dengan sang Cucu Ameera yang tengah sibuk bermain.“Kita makan bersama ya … Mama belum sempat masak tapi Mama order makanan kesukaan Kamu sama pihak hotel,” ucap Miranda tanpa melunturkan senyum di wajahnya yang mulai berhiaskan keriput.Senyum dan tutur kata lembut Miranda selalu sukses membuat hangat hati Falisha.“Iya, makasih Ma …,” jawab langsung Falisha, dengan rasa sungkan yang masih bersarang cukup besar di hatinya dia maju mendekati pasangan paruh baya itu alih-alih duduk menunggu di me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status