All Chapters of Si Gendut Penakluk Bos : Chapter 91 - Chapter 100
118 Chapters
Diincar
Efek langsung dari tabrakan yang jelas-jelas disengaja itu adalah tubuh keempat penumpang mobil nyaris terjungkal ke depan jika saja tidak ada seatbelt yang membelit.Teriakan kaget merupakan refleks pertama yang keluar dari mulut keempat perempuan tersebut, Riana yang berada di posisi kemudi juga kontan menginjak rem sedalam-dalamnya agar mobil tidak melaju dan membahayakan pengguna jalan lainnya.Tidak hanya Falisha, Ameera, Lina dan Riana yang diliputi oleh ketegangan dan keterkejutan tapi juga dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.Para pemilik kendaraan yang tengah melintas, pejalan kaki yang berada di lokasi area juga atau pengunjung kafe dan toko yang ada di tempat itu langsung memusatkan perhatian kepada ‘kecelakaan’ yang tidak terduga ini.Setelah Riana yang mengerem kuat, Falisha lah yang lebih dulu bereaksi keluar dari keterkejutannya daripada yang lain.“Jangan ada yang keluar! Rin, kunci pintunya!” seru Falisha memerintahkan dengan penuh ketegasan. Lantas, dia men
Read more
Aksi Riana
Riana yang berada dibalik kemudi langsung berniat menginjak pedal gas tanpa banyak berpikir lagi begitu mendengar perkataan Lina.Walau ada keraguan, Riana tidak ingin lagi ambil pusing. Keselamatan adalah yang utama sekarang, ini yang terpenting.Akan tetapi, niat Riana untuk menabrak jatuh orang-orang yang tengah mengepung mobilnya itu tidak pernah terealisasikan sebab pergerakan dari lawan telah menciutkan nyalinya lebih dulu.Bug!Satu pukulan keras mendarat di jendela bagian pengemudi tepat di saat kaki Riana akan berpindah posisi menginjak pedal gas. Akibat dari pukulan itu, bukan hanya menggagalkan niat Riana tapi juga menyebabkan keretakan di bagian kaca.“Kyaa!!” pekik refleks Riana yang hampir berbarengan dengan dua temannya yang lain.“Buka!”“Heh, Gendut! Turun!” “Keluar Kau sekarang!”“Jangan cari mati disini, Kau!”Bening menggenang tidak terbendung lagi di rongga mata Falisha, dia semakin takut juga gugup dengan apa yang terjadi. Kedua sahabatnya dan Ameera meringkuk k
Read more
Selamat
Mengebut menjadi satu-satunya pilihan jika ingin menyelamatkan diri. Jadi, inilah yang tengah dilakukan Riana.Riana tidak pernah melajukan mobilnya melebihi batas seperti sekarang ini. Adrenalin dan rasa takut lah mendorongnya bertindak hingga menekan pedal gas dalam-dalam.“Sha, Kita mau kemana ini?” tanya Riana setengah berteriak, yang tanpa dia sendiri sadari jika suaranya terlontar lebih besar.Belum Falisha merespon pertanyaan sahabatnya itu, dering ponsel sudah lebih dulu menyela mereka.Tanpa Falisha melihat nama yang muncul di layar ponselnya, di dalam pikiran wanita itu sudah muncul satu nama dan terbukti kalau dugaannya benar. Matteo menelpon balik karena tidak kunjung menerima panggilan berkala dari Falisha sesuai janji mereka pada panggilan yang lalu.Alih-alih menjawab pertanyaan sang Sahabat yang tetap mengebut karena masih dalam pengejaran musuh, Falisha lebih memilih menerima panggilan telepon dari calon suaminya itu."Ya, Mat?" sapa Falisha dengan sebelah tangan mele
Read more
Reuni
Si Gendut - Bab 94 ReuniSenyum tipis Falisha pasang di wajah sebagai bentuk kelegaan yang teramat dalam di hatinya. Berangsur-angsur dalam tempo singkat, panik beserta ketakutan yang sebelumnya sempat merongrong kini pudar sudah. Semua karena keberadaan Matteo yang lagi-lagi menjadi penyelamat mereka."Aku nggak apa … kami semua nggak apa kok," jawab Falisha sejujurnya tanpa melunturkan senyum, dibiarkannya Ameera berada di gendongan pria itu.Falisha kemudian ikut turun dari mobil di susul dengan Lina dan Riana dari sisi yang berbeda.Bukan hanya karena keberadaan Matteo saja Falisha merasa aman tapi juga karena lingkungannya sekarang.Hotel West tempat mereka berdiri sekarang adalah properti milik keluarga Tirta. Di tempat ini jugalah Falisha berjanji temu via panggilan telepon tadi dengan sang Ibunda.Dengan sebelah tangannya yang masih menggendong Ameera, tidak menghalangi Matteo untuk maju dan memeluk Falisha sekilas. Hal yang sejak awal ingin ia lakukan tapi terhalang karena Am
Read more
Ultimatum
Bergetar tubuh Falisha diterjang kerinduan menggebu, akhirnya dia bisa melihat lagi sosok kedua orang tua kandungnya. Dalam nyata, bukan mimpi apalagi delusi. Mereka ada dihadapannya sekarang, setelah sekian lama terpisah jarak dan waktu.Falisha mengerjapkan kelopak beberapa kali untuk menghalau bening agar memperjelas penglihatan, tapi tetap saja cairan itu kembali dan kembali berkumpul di rongga matanya.Dalam haru yang mengumpul tanpa bisa dicegah, Falisha bisa melihat jelas kelembutan yang ditampilkan Miranda dan ketegasan Teddy.“Ma … Pa …,” panggil Falisha sekali lagi karena Miranda dan Teddy yang tetap bergeming di tempatnya.Entah kenapa Falisha yakin, kedua orang tuanya bukan sengaja melakukan hal ini. Tapi, lebih karena keterkejutan sebab Falisha sangat menyadari perubahan bentuk tubuhnya. Walau wajah tidak terlalu banyak berubah, tapi bobot tubuh jelas tidak bisa menutupi kenyataan yang ada.Falisha maju selangkah dengan ragu-ragu, bayang-bayang penolakan yang ada di masa
Read more
Arogansi
Tanpa menjauh dari sang Ibunda, Falisha menyapu sisa air matanya asal agar bisa fokus menatap ayahnya.Falisha sama sekali tidak menyangka jika setelah sekian tahun seorang Teddy Tirta masih sama seperti yang ada di ingatannya. Baik dulu maupun sekarang sang Ayah tetap sama, Teddy yang tegas dan dingin, yang hanya mementingkan nama baik keluarga di atas segala-galanya.Falisha bukannya ingin dibilang anak durhaka atau pribadi yang egois tapi ia benar-benar merasakan bagaimana kejamnya Teddy delapan tahun lalu. Membuang putri kecilnya hanya untuk menjaga nama baik keluarga, bukan merangkul sang Anak atas kesalahan yang sebenarnya tidak ia perbuat dengan sengaja.Tapi, ini pemikiran dari sudut pandang Falisha, yang tidak pernah menerima penjelasan langsung dari Teddy atau Miranda atas pengusiran dan pemutusan hubungan kala itu.Segenap keberanian yang tersisa dalam dirinya Falisha himpun, biar bagaimanapun ia ingin menyatakan pendapatnya agar imbas dari semua yang terjadi saat ini tidak
Read more
Sisi Matteo Yang Berbeda
Entah sudah berapa kali Falisha memandang ke arah balkon kamar hotel dengan perasaan gundah yang berlarut kecemasan, wanita itu seakan tidak merasa bosan melakukannya.Sebenarnya bukan tanpa alasan tapi karena keberadaan Matteo yang tengah melangsungkan panggilan telepon.Usai ultimatum yang diberikan oleh sang Ayah, Falisha dan yang lainnya menuruti keinginan Matteo untuk beristirahat di salah satu kamar president suite hotel West ini.Tidak ada yang berani menyinggung peristiwa yang baru saja terjadi, baik Falisha dan kedua kawannya memilih topik di luar penyerangan untuk menjadi bahan perbincangan mereka. Selepas menyantap makanan yang disajikan oleh pihak hotel, Lina juga Riana pun pulang dan meninggalkan calon pasangan yang akan menikah dalam waktu beberapa minggu kedepan itu.Ketika itulah, sepeninggal keduanya dan hanya menyisakan mereka, ponsel Matteo berdering dan pria itu tidak hentinya menerima beberapa panggilan di area balkon sejak lebih dari lima belas menit yang lalu.T
Read more
Deep Talk
"No need!" putus Matteo langsung, "Kamu nggak perlu minta maaf, Sha! Ini semua bukan salahmu!"Tercekat di ujung lidah kalimat Falisha selanjutnya karena kata-kata Matteo yang diikuti dengan tatapan mata tajam pria itu. Akan tetapi, rasa bersalah yang ada dalam diri Falisha membuatnya melawan ketegasan yang tengah ditampilkan Matteo.Namun, baru Falisha akan membuka mulutnya guna meluncurkan bantahan, tangan Matteo sudah lebih dulu terangkat dan mengacungkan jari telunjuk mengkodenya untuk diam."Bentar Micin! Kamu diam sebentar, dengerin Aku dulu," ujar Matteo cepat meminta kesempatan tanpa melunturkan ekspresi tegasnya dan dia baru menurunkan jari setelah menerima anggukan kepala Falisha.Senyum tipis nan hangat Matteo ulas karena Falisha yang penurut serta memberikannya kesempatan."Yang pertama dan yang paling penting, Kamu nggak perlu merasa bersalah dan minta maaf! Karena apa? Karena semua ini jelas ada sangkut pautnya dengan Aku juga. Asalnya bukan dari Kamu tapi dari Aku. Disi
Read more
Deep Talk (2)
Terkesiap ringan Falisha detik itu juga dengan jantung yang mendadak berdebar kencang. Tidak hanya ini saja, pikiran Falisha pun ikut kosong sebagai respon tubuhnya.Apalagi alasannya jika bukan karena pelukan Matteo yang tiba-tiba tersebut.Perubahan ini terasa sangat cepat bagi Falisha. Padahal baru beberapa detik lalu mereka berdua masih berbicara dengan begitu seriusnya tapi sekarang telah ada dekapan yang menyusup di tengah-tengah. Falisha tidak habis pikir apa yang mendasari tindakan Matteo ini.Terlebih, Falisha sedikit risih bersentuhan dengan Matteo seperti ini.Di detik-detik saat Falisha masih berkutat dan bingung akan pikirannya sendiri, Matteo pun buka suara.“Makasih Micin! You are the best! Kamu nggak perlu ngelakuin apa-apa, Kamu duduk diam dan tetap di sampingku aja itu sudah sangat membantu. Keberadaan Kamu ini sudah merupakan support sistem untuk Aku!”Tertegun Falisha akan kata-kata tidak terduga Matteo dan entah mengapa hatinya langsung menghangat. Kesan kalau dir
Read more
Roda Kehidupan
Di saat Falisha masih berada di kamar Hotel West bersama Matteo dan melakukan percakapan serius, hal yang berbeda justru terjadi pada Bramantyo.Di ruang tamu berdebu rumah satu-satunya milik Bramantyo ini, pria itu duduk setengah termenung menatap seorang pria asing yang datang sekitar setengah jam lalu tersebut.Tamu pria yang mengenakan kemeja marun lengan pendek tengah berkutat dengan berkas-berkasnya di hadapan Bramantyo yang tengah melamun. Tidak ada percakapan yang terjadi di lima menit terakhir, hanya suara gesekan kertas yang terdengar mendominasi.Di halaman rumah, tempat mobil putih kebanggaan Bramantyo diparkirkan, terdapat dua orang pria lainnya yang berputar-putar mengelilingi kendaraan tersebut. Jelas sekali terlihat dari gestur tubuh mereka jika keduanya tengah memeriksa fisik kendaraan."Baik, Pak Bramantyo …," tegur pria berkemeja marun itu memecah keheningan, "berkas dan suratnya lengkap, tidak ada masalah lain kecuali pembayaran yang tertunda. Jadi, sesuai dengan k
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status